Bagian-00

78 24 11
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

23:49 WIB, Seorang gadis jalan mengendap-endap kedalam rumahnya, ia menutup pintu rumahnya dengan pelan saat gadis itu berbalik seorang pria paruh baya sudah berdiri di depannya dengan tangan yang bersidekep di dadanya.

"Abis dari mana kamu hah!" Ucap pria itu menyentak.

"Aa-abis dari rumahnya keyra pah" Ucap gadis itu dengan gagap, sambil meremas tangannya.

"Kamu pikir saya percaya!. Dasar anak tidak tau diri kamu"

Plakk...

Pria itu lalu menampar nya dengan kencang.

"Sudah saya bilang jangan pernah kamu kelayapan malam-malam, mau jadi apa kamu hah!" Bentaknya

"Saya tau nilai ulangan kamu turun lagi, bukannya belajar kamu malah main terus, itu yang buat kamu jadi bodoh Kanaya, sekarang masuk kamar belajar, jika nilai kamu tidak kembali bagus lagi, lebih baik kamu angkat kaki dari rumah ini" Ucap pria itu dengan panjang, pria itu lalu berbalik namun saat akan berjalan langkah nya terhenti oleh suara dari gadis yang berstatus anak bungsunya itu Kanaya.

"Kenapa pah, kenapa papah selalu kaya gini sama Kanaya, sedangkan anak kesayangan papah itu selalu papah bangga-banggain, padahal sevanya ga lebih baik dari aku seharusnya yang papah maki-maki itu sevanya yang selalu malu-maluin, bukan aku yang buat salah aja jarang, aku juga anak papah, harusnya papah ga pilih kasih sama aku, aku juga berhak dapat kasih sayang dari papah, bukan cuma sevanya aja yang nyatanya dia anak terbodoh papah" Ucap Kanaya dengan sedih. Papanya yang mendengar ucapan Kanaya pun mengangkat tangan nya hendak menampar anak kurang ajar nya itu.

"Kenapa?papah mau tampar Kanaya lagi!, tampar pah tampar aja lagi, lagian papah juga udah sering pukulin kanaya, kenapa ga sekalian aja papah bunuh Kanaya"

Plakk...

"Kurang ajar kamu Kanaya, iya seharusnya kamu tidak ada didunia ini, jika saja kamu tidak lahir ke dunia ini, istri saya pasti masih ada didunia ini hidup bahagia bersama saya dan sevanya" Ucap papahnya lalu berjalan dengan cepat menuju kamarnya.

Sedangkan Kanaya sudah terduduk dilantai dengan kepala menunduk, air matanya mengalir membasahi pipinya, ia memukul-mukul dadanya yang sesak, jika ia bisa memilih ia juga tidak ingin ibunya mengorbankan nyawa untuk melahirkan nya, jika ia juga bisa memilih takdirnya didunia ia ingin hidup bahagia dengan kasih sayang dari ayah dan ibunya.

.
.
.
.

Sudah pukul 2 dini hari, tapi Kanaya masih belum juga bisa tidur, ia bersandar pada kepala ranjang dengan pandangan kosong, wajahnya yang terlihat pucat dan matanya yang sembab karena menangis. Tiba-tiba air matanya mengalir lagi, Kanaya memejamkan matanya. Ia membuka mata nya kembali lalu turun dari kasurnya, membuka laci nakasnya yang paling bawah ia lalu mengambil botol obat dari laci nakasnya, lalu menuangkan obatnya pada tangannya, dengan jumlah yang banyak, Kanaya lalu terdiam menatap obat itu dengan tatapan tajam.

"SIALANN" Teriak Kanaya sambil melemparkan obatnya.
Kanaya mengepalkan kedua tangannya.

Jdarr ..
Jdarr...

Tiba-tiba suara petir terdengar bersamaan dengan itu hujan turun dengan deras, Kanaya menoleh menatap keluar balkon yang tirainya masih terbuka, matanya menatap takut pada hujan yang turun.

Jdar... Jdar

"Akhhh..." Kanaya berteriak takut sambil menutup kuping nya, la lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya menatap obat yang tadi ia lemparkan, ia lalu merangkak mengambil obat itu lalu meminumnya sebanyak mungkin.

Tiba-tiba pandangan nya memburam tubuhnya langsung Jatuh ke lantai, mulutnya lalu mengeluarkan busa, air matanya mengalir Kanaya lalu menutup matanya, detik itu juga Kanaya kehilangan nyawa nya karena terlalu banyak meminum obat tidur dan obat penenang yang ia lempar tadi.

.
.
.
.
.
.

To be Continue
Jangan lupa klik tombol vote ya guys😁


LAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang