Please vote and comment
Happy Reading🙌
.
.
.
.
.Sudah 2 Minggu Kanaya menjalani hidup baru sebagai Ravaline Arathea Dexter, dan sudah 2 Minggu itu pula ia berada dirumah sakit dengan banyak nya alat medis yang menempel pada tubuhnya, hari ini Rave baru saja membuka masker oksigen nya tapi ia dilarang untuk tidak terlalu banyak berbicara oleh Samuel.
Saat ini Rave sedang makan bubur dengan disuapi oleh Rose bunda nya dan Geovano ayahnya yang sedang duduk disampingnya dengan memegang iPad karna sedang mengerjakan dokumen perusahaan, Geovano seorang pengusaha sukses, masyarakat Indonesia pun tak asing jika mendengar namanya, karena nama dan wajah nya yang sering muncul di televisi, sedangkan bunda nya seorang desainer terkenal yang memiliki cabang butik dibeberapa kota.
"Bunda, ayah" Panggil Rave sambil memegang tangan Bunda dan Ayah nya, Mereka menatap Ara sambil tersenyum lembut.
"Maaf, Ara minta maaf karna selalu buat Bunda dan Ayah sedih, maaf karna Ara..." Rave menarik nafas sebentar karna nafas nya yang sesak, Rose menyimpan mangkok yang dipegang nya pada nakas disebelah ranjang Rave, diikuti Geovano yang menyimpan iPad dipangkunya. Mereka mengusap tangan pucat Rave.
"Maaf karna Ara, selalu nyerah dengan penyakit yang Ara derita" Lanjut Rave sambil menatap Bunda dan Ayah nya secara bergantian Rose, mengusap air matanya yang jatuh, Ia menggeleng.
"Engga sayang, kamu ga perlu minta maaf, harusnya Bunda dan Ayah yang minta maaf karna kamu harus menjadi seperti ini karna Bunda dan Ayah, kalo bunda bisa memilih bunda ingin, biar bunda saja yang sakit" Ucap Rose dengan air mata mengalir.
"Bunda ini mungkin udah takdir, bunda jangan merasa bersalah" Ucap Rave sambil mengusap air mata Rose dengan perlahan.
"Sayang kamu harus percaya kalo kamu bakal sembuh jadi jangan sekali-kali kamu nyerah lagi oke, Kamu percaya sama Ayah dan Bunda kan" Ucap Geovano.
"Ara percaya, dan Ara janji kalo Ara ga akan nyerah" Ucap Rave dengan senyumannya. Rose dan Geovano, berdiri memeluk putri mereka satu-satunya itu.
'Jadi gini rasanya kasih sayang orang tua, kasih sayang papah mamah yang ga pernah gue dapetin, gue bersyukur terimakasih Tuhan karna udah kasih Kanaya kesempatan ini' Batin Rave dengan senyum bahagia yang terpatri diwajah pucatnya.
_________________________________
Satu minggu berlalu, hari-hari berjalan begitu cepat. Rave kini sedang di periksa oleh Samuel. Samuel tersenyum sumringah saat telah selesai memeriksa Adiknya, ia menatap Bunda dan Ayah nya yang berada disisi kanan Ranjang Rave, lalu kembali menatap Adiknya, Samuel menunduk ia memegang tangan Rave.
"Ara mau pulang?" Tanya Samuel sambil tersenyum. Rave membulatkan matanya lucu.
"Ara udah boleh pulang?" Tanya Rave balik, Samuel mengangguk, membuat Rave memekik senang. Bunda dan Ayah nya yang melihat putrinya senang pun tersenyum.
"Ara serius udah boleh pulang Bang?" Tanya Geovano pada anak sulungnya.
"Iya yah, kondisi Ara udah jauh lebih baik, sangat-sangat baik" Ucap Samuel sambil tersenyum.
"Yeay, Ayah Ara udah boleh pulang" Ucap Rave senang.
"Iya sayang" Ucap Geovano.
"Bunda ayo pulang, Ara pengen pulang" Ucap Rave dengan semangat.
"Iya sayang, kita pulang" Ucap Rose tersenyum.
"Yeay Ara pulang, Ara pulanggg..." Ucap Rave semangat.Geovano mengusap kepala Rave, yang tengah bersemangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVE
Teen FictionSulit untuk mempercayainya, kanaya gadis yang merenggang nyawa karna overdosis obat penenang, kini jiwanya malah pindah pada raga seorang gadis yang berpenyakitan. _________________________________________ "Lebih baik gua mati dari pada harus mender...