Chapter 2

884 54 0
                                    

"Athena, bolehkah aku meminjam pensilmu? Pensil milikku diambil oleh salah dari mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Athena, bolehkah aku meminjam pensilmu? Pensil milikku diambil oleh salah dari mereka." Bisikan kecil itu memasuki pendengaran Athena yang sedang fokus mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh guru mereka.

Athena menolehkan wajahnya ke samping, name tag yang tertulis satu nama tanpa marga—Tiyan,  membuang tatapannya karena takut menatap langsung ke bola mata hitam Athena. Menyadari bahwa Athena hanya menatapnya dan tidak mengatakan apapun, perlahan Tiyan ikut melirik Athena dan tertegun dengan bola matanya.

Sudah dibilang, jangan menatap Athena terlalu lama jika tidak ingin tenggelam di dalam bola matanya.

Athena memutuskan kontak mata, tetap membisu namun tangannya menggeser tempat pensil miliknya.

"Terima kasih, Athena."

Dengan senyuman lebar, ia mengambil pensil di dalam tempat pensil Athena. Memakainya dengan bangga karena siapa yang berani meminjam barang milik Athena selain dirinya? Tidak ada, hanya Tiyan.

Athena melirik raut bahagia dari teman sebangkunya, sedikit bingung namun tidak juga mengeluarkan kata apa-apa. Sebenarnya kalau dilihat-lihat, visual Tiyan seperti anak orang kaya dengan kulit bersih kemerahan dengan tahi lalat di leher kanannya, hanya saja barang - barang dan pakaiannya sangat lusuh untuk seumurannya yang seharusnya masih dirawat dengan baik oleh ibunya—Athena tidak termasuk tentunya. Yang paling menarik perhatiannya adalah bola mata Tiyan yang hitam pekat, terlihat sangat gelap sampai tidak terlihat bayangan apapun di pantulan bola matanya.

Menurutnya, mata Tiyan cukup menyeramkan jika memiliki karakter yang kuat karena itu akan membuatnya mampu mengintimidasi orang lain yang bahkan tanpa mengeluarkan suara pun orang yang menatap matanya akan lari ketakutan seakan takut terjebak ke dalam bola matanya. Tapi Athena sedikit menyayangkan mengapa Tiyan tidak menggunakannya untuk melawan orang orang yang menindasnya, bola mata itu justru bergetar jika ia sedang merasa terancam.

Tiyan anak lelaki yang pengecut, sama sepertinya.

Puluhan anak sekolah dasar itu berhamburan keluar dari kelas saat bel istirahat berbunyi, menyisakan beberapa orang yang membawa bekal dan memakannya di kelas.

Athena tidak terburu-buru dalam merapikan alat tulisnya karena menurutnya kantin masih ramai dan ia tidak suka berdesak-desakan. Sama halnya dengan Athena yang masih berada di kelas begitupun juga dengan Tiyan, teman sebangkunya itu tidak terlihat ingin beranjak dari kursi. Tiyan justru menaruh kepala menghadap Athena beralaskan kedua tangannya yang ia lipat di atas meja, seperti ingin tertidur. Tidak berniat bertanya atau basa-basi mengajaknya ke kantin, Athena bangkit dari kursi dan keluar dari kelas seorang diri.

Tidak lama kemudian, Athena kembali dengan tote bag putih di tangannya. Melihat Tiyan yang masih dalam posisi yang sama dengan memejamkan kedua mata ketika ia meninggalkannya, Athena langsung duduk dan membuka plastik yang dibawanya lalu mengeluarkan beberapa makanan dan minuman kemasan. Mata Tiyan terbuka, memperhatikan apa yang dilakukan Athena dalam diam dengan posisi yang tidak berubah.

ATHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang