Perjalanan dari rumah Serena ke Alan sudah sampai. Hadden sudah khawatir karena beberapa kali masuk jalan yang bukan jalan raya besar. Ia takut kalau mobilnya nggak bisa masuk kearea rumah Alan.
"Gue parkir mana nih?" gumam Hadden.
"Bentar, gue turun dulu." Serena dengan peka langsung turun dan mendekat ke Alan yang sedang merapikan helm dan rambutnya.
"Parkir dimana?"
"Masuk masuk Den, disana." arah Alan. Rumahnya adalah rumah di salah satu kampung di ibukota. Kalau bayangannya padat penduduk, tidak. Rumahnya masih punya halaman muat lah untuk 3 mobil, dengan pohon besar ditengah.
"Kok akunya diliatin mereka?" tanya Serena ke Alan ketika merasa dia diliatin orang orang didepan rumah Alan.
"Asing, makanya diliatin."
"Dihhhh, kepo banget tatapannya." balas Serena. Dia sebenernya diajari jadi anak feminim keturunan pejabat. Dirinya sejak kecil jadi sorotan, tapi semakin besar Serena sangat pandai memposisikan diri. Wajar usia segini masih sulit mengontrol emosi dan moodnya.
"Hahaha, kamu menarik makanya mereka kepo, udah nggak perlu dipikirin." balas Alan dan langsung membuka pintu rumahnya.
"Assalamualaikum." ucapnya, yang diikuti pelan Serena dan Hadden.
"Waalaikumsalam, ehhh nak Serenaa." balas Kurnia yang keluar dari arah dapur. Langsung memeluk Serena tanda selamat datang.
"Aduhhh, ini siapa ini namanyaa ibu lupa." ucapnya sembari salaman dengan Hadden.
"Hadden tan." jawab Hadden.
"Ahhh iyaa, Hadden. Udah sarapan belum ini? duduk dulu." ajaknya ceria. Serena yang melihat ekspresi ibu Alan sedikit merasa nyaman dan tidak canggung. Bener bener tipe guru TK yang selalu dituntut ramah dan ceria.
"Sudah tan." balas Serena.
"Jangan tante tauu panggilnya, ibu ajaa ibu." mintanya. Serena hanya melirik Hadden yang ternyata sama sama meliriknya.
"Iya ibu."
"Lama enggak tadi dari rumah nak Serena kesini?" tanya Ria sembari menyiapkan minum dan camilan kering.
"Enggak terlalu ibu, tadi cuma 20-25 menitan kok. Eehh, nggak perlu repot repot ibu, kan katanya mau baking." cegah Serena kala dia disuguhi minuman botol dingin dan beberapa camilan.
"Loh ini buat temen nak Hadden dong, kasian nanti nunggu nggak ibu kasih minum sama camilan. Santai ajaa ya, anggap rumah nenek." ucap Ria santai yang membuat Hadden tertawa.
"Ini banyak alat alat menulis dan menggambar buat apa bu?" tanya Hadden. Dirinya ini juga setengah kepo, setengahnya lagi ya ingin mendekatkan diri biar nggak canggung.
"Ibu buka les anak anak kampung sini, jadi buat mereka." jawabnya.
"Hari ini juga?"
"Enggak, kamis sama sabtu libur. Capek kalau seminggu ini, main kesini lah sesekali pas lagi les. Nanti banyak anak anak." lanjutnya bercerita.
"Kak Nola nggak suka anak anak." tunjuk Hadden tiba tiba ke Serena yang duduk diam mendengarkan. Sedangkan Alan hanya jadi penyimak, diam dan sesekali tersenyum melihat Serena dan Hadden yang sedang berbincang dengan ibunya.
"Nola? cantik banget namanya." puji Ria sembari menepuk lembut paha Serena yang terlapisi celana jeans longgar.
"Terimakasih bu." balas Serena.
"Kenapa nggak suka sama anak anak, coba cerita sama ibu. Siapa tau kita bisa saling belajar." ajak Ria semangat. Beneran magicnya guru TK yang legowo dan mendedikasikan diri untuk mendidik anak anak pra-sekolah tuh begini. Serena langsung merasa dekat dan di mong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm ✔
Fiksi Remaja[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyeba...