Partikel Badai 9

31K 1.7K 222
                                    


Sebelum baca part ini emang afdolnya baca part "Partikel Rahasia 8 (Additional Part 8) yg di Karyakarsa atau di Nihbuatjajan duluu.

Ada yg manis-manis loch dari keluarga kecil Hilario dan Mamatcha.

Info lanjut cek bab sebelum ini yaa!

Happy reading!

¤¤¤

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9. TEMAN DEKAT HILARIO

Mobil Hilario berhenti di parkiran auditorium lama UPB yang memang sangat sepi pagi itu. Hanya satu dua kendaraan yang melintas di jalan tersebut sehingga Hilario memutuskan untuk menurunkan Matcha di sana.

"Turun di sini."

Matcha yang mendapat titah tegas itu langsung melirik kiri-kanan. "Serius? Kamu nurunin aku di tempat sepi kayak gini?" tanya Matcha tak menyangka.

Hilario berdecak kecil. Tanpa banyak bicara ia langsung mengeluarkan dompet dan mengambil dua lembar uang seratus ribuan yang kemudian diulurkan kepada Matcha. "Naik taksi online dari sini ke FEB. Buruan order."

Matcha menyentak uang pemberian suaminya dengan wajah yang masih ditekuk. Dia sangat kesal. Bermula dari semalam ketika Hilario mengganggu tidur Yaya dan membuat mereka harus begadang menjaga bayi yang tak kunjung terlelap hingga pukul dua pagi. Pasangan muda itu pada akhirnya baru terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat beberapa menit dengan aktivitas siap-siap yang dilakukan amat buru-buru. Untungnya, mereka bisa tiba di kampus tiga puluh menit sebelum jam sepuluh.

"Lumayan jauh loh dari Auditorium Bakti Zachary ke FEB." Matcha memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan peta sebuah aplikasi kendaraan online.

"Berapa meter?" tanya Hilario sambil mengetuk-ngetuk jari di setir mobil.

"Satu kilo meter alias seribu meter!" Delikan tajam Matcha terpusat penuh ke arah Hilario yang hanya bisa tergelak renyah.

"Ya makanya aku suruh kamu naik taxol."

Matcha mengintip keluar jendela mobil, cuaca hari ini lumayan cerah. Dengan bibir mengerucut, Matcha mendesah malas sambil mengusap kulit lengannya. Baju yang ia pakai hari ini berupa kemeja lengan pendek yang memamerkan kulit bening hasil perawatannya yang memakan waktu berbulan-bulan.

"Panas, loh, di luar."

Andai dia tahu bakal diturunkan sebelum sampai di kawasan jurusan Manajemen Bisnis, pasti Matcha sudah mempersiapkan jaket atau minimal membawa kardigan tipis untuk menghalau sinar matahari menusuk pagi ini.

"Kamu pesan apa emangnya? Ojek?"

Matcha mengangguk. "Yang mobil, mahal. Beda lima belas ribu, jadi aku pesan ojol aja."

Partikel Badai Mars #BukanTentangPlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang