Partikel Badai 18

35.8K 2.7K 2.2K
                                    

Peraturan lapak Fey🧚‍♀️
● WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR
● WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
● WAJIB TINGGALKAN JEJAK KOMEN

TARGET UP?

1,7k vote dan 2k komen🍒

Yuk ramaikan setiap paragraf dengan komen kalian💌

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


18. POSESIF TANDA APA?

Sore ini, ruang rapat markas besar Mandalika diisi oleh tiga orang yang sama-sama menunjukkan raut tegas dan dingin. Patung The Mannekin Pis yang ada di sudut ruangan dan lukisan minyak muka Mona Lisa di tembok menjadi saksi betapa menegangkannya rapat tiba-tiba tersebut. Nicholas dan Hilario berhadapan langsung dengan salah satu petinggi Partai Nusa Gemilang yang juga berperan penting dalam terbentuknya Mandalika Intelligence Service. Pria berkumis yang mengenakan jas hitam rapi itu adalah Sudarsa Cakrabirawa, putra kebanggaan mendiang Bambang Cakrabirawa yang diwarisi banyak aset dan jalan yang mulus di karier politik.

"Sampai kapan kita harus menutupi kasus Guntur Lasmadi?" Hilario menatap lurus pada pria berusia lima puluh tahunan yang duduk pas di depannya.

Jemari tangan Sudarsa yang saling mengisi satu sama lain kini kian mengerat seiring gejolak dendam yang mendarah daging dalam dirinya.

"Sampai saya puas melihat mereka jatuh." Sorot mata Sudarsa cukup menyalang kala ingatannya kembali mereka ulang serpihan-serpihan masa lalu. "Apa kamu nggak mau melihat mereka jatuh?" tanya Sudarsa yang mengedikkan dagu ke arah Hilario.

Helaan napas berat Hilario seolah menyerupai sinyal tak baik. "Sedikit."

Dengkusan meremehkan seketika Sudarsa berikan. Lalu, selanjutnya terdengar suara pemantik yang dinyalakan oleh Nicholas yang bibirnya telah diselipi sebatang rokok.

"Kamu masih sekurang ajar dulu, ya, Nichol? Tidak ada sungkan-sungkannya merokok di depan atasan." Sudarsa melirik sinis ketua agen markas tersebut.

"Pak Sudarsa mau? Silakan. Merokok nggak akan langsung membunuh Bapak." Nicholas mendorong kotak rokoknya kepada Pak Sudarsa.

"Nggak, nanti anak-anak saya marah." Rokok itu kemudian terdorong ke arah Hilario. "Anak muda di samping kamu mungkin mau."

Namun, Hilario justru mengembalikan kotak rokok itu ke samping pemantik milik Nicholas yang juga tergeletak di atas meja. "Nggak, terima kasih," tolak Hilario, karena sepulang dari markas besar Mandalika, ia berniat mengunjungi anaknya terlebih dahulu sebelum kembali ke asrama 665.

Kepulan asap keluar dari mulut Nicholas. Hal itu secara refleks membuat Sudarsa menutup hidung dan mulut menggunakan sapu tangan yang ia ambil dari saku jasnya.

Partikel Badai Mars #BukanTentangPlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang