Partikel Badai 11

31.1K 1.8K 572
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. RATU SEJAGAD

Seminggu berlalu pasca Matcha mengungkapkan isi hatinya yang merasa tidak cukup berharga dalam hidup Hilario tak lantas membuat suaminya itu lebih perhatian padanya. Hilario tetap sama, selalu menganggap keberadaan Matcha bagai makhluk harus tak kasat mata yang tak penting untuk dilirik, disenyumi, atau setidaknya diberi perhatian walau hanya via daring. Hal itu sungguh mengesalkan bagi Matcha. Tinggal di asrama yang sama justru membuat Hilario lebih banyak mengabaikannya. Ketika ia di apartemen pun, pria itu bisa dibilang lebih sering menghubunginya meskipun Hilario lebih kerap menanyakan soal Yaya dibanding Matcha sendiri.

Seperti malam ini, tindakan acuh tak acuh Hilario kembali Matcha dapatkan. Padahal, Matcha sudah dengan sengaja berdiri di belakang suaminya saat mengantre mengambil makanan.

"Malam ini, menunya apa, ya?" Dengan sengaja Matcha memperbesar suaranya ketika ia mulai membuka obrolan dengan Fau, Flora, dan Gege yang justru mengantre di barisan yang berbeda.

"Palingan bakal tetap ada ayam goreng," jawab Fau sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"Ah iya, kayaknya itu menu yang harus ada setiap hari, ya?" Sesekali, Matcha melarikan pandangan pada punggung kokoh di depannya yang malam ini mengenakan kaus putih. Hilario masih tak sedikit pun menolehkan tatapan kepadanya.

Seru kali, ya, kalau peluk dia dari belakang?

Matcha mendesah malas atas isi pikirannya yang sudah amat liar.

"Mungkin ibu kantin berpikir kalau semua mahasiswa suka ayam goreng," timpal Flora.

"Boleh gantian barisan? Gue pengin di belakangnya Matcha."

Matcha menoleh ke samping kiri usai mendengar permintaan tiba-tiba Gege. Selanjutnya, wanita berbando tanduk dua yang berada di belakang Matcha kini telah bergantian posisi dengan Gege meskipun masih menampakkan raut heran.

"Thanks, ya," ucap Gege dengan senyum iritnya yang cukup bisa mengintimidasi orang lain.

"Hmm, sama-sama." Wanita menggemaskan itu membalas Gege dengan ringisan senyum.

Matcha geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya yang tiba-tiba sok ramah pada orang asing.

"Berbarisnya yang rapi, jangan kayak anak TK!"

Salah satu ibu kantin yang memiliki tubuh tambun kini berteriak memberikan petuah sehingga beberapa mahasiswa pun dengan seketika bergeser memperbaiki barisannya yang miring kiri-kanan. Matcha dan Fau salah satunya.

"Barisan selanjutnya, maju!"

Matcha pun segera melangkah ke depan, tetapi baru sesaat ia berdiri diam, mendadak datang dorongan kuat dari belakang yang berhasil membuatnya terhuyung ke depan mengenai punggung Hilario.

"Aduh!" Racauan dalam batinnya tadi seakan langsung terkabul, badan Matcha dengan seketika menyapa tubuh kokoh suaminya yang hanya bergeser sedikit saja dari posisinya semula. Matcha bisa mendengar dengkusan kecil dari suaminya itu.

Partikel Badai Mars #BukanTentangPlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang