Partikel Badai 16

36.8K 2.4K 2.1K
                                    

Peraturan lapak Fey🧚‍♀️
● WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR
● WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
● WAJIB TINGGALKAN JEJAK KOMEN

TARGET UP?

1,7k vote dan 2k komen🍒

Yuk ramaikan setiap paragraf dengan komen kalian💌

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. BALADA ISTRI MATA DUITAN

Matcha mendahului suaminya mengambil Yaya dari gendongan Mbak Sumina. Usai sarapan di hotel, keduanya langsung pulang ke apartemen untuk bertemu Yaya, memanfaatkan waktu beberapa jam sebelum Matcha dan Hilario kembali ke kampus untuk mengikuti mata kuliah yang dimulai pada pukul satu siang nanti.

"Ayo, Yaya sama Papa."

Hilario mengulurkan kedua tangan untuk menanti Matcha memberikan anak mereka. Namun, wanita itu justru menjauh dengan tatapan menghunus kepadanya sambil terus membisikkan sesuatu di telinga Yaya.

"Lihat, Papa kamu baru pulang setelah ngilang hampir dua bulan. Yaya jangan mau dekat-dekat sama dia, ya? Cuekin aja. Biar dia tahu gimana nggak enaknya diabaikan tanpa alasan." Matcha membisikkan doktrin-doktrin kepada Yaya akibat rasa kesalnya yang memang tak kunjung menghilang meskipun ia dan Hilario telah menghabiskan malam hangat di salah satu hotel bintang lima di Jakarta Pusat. (Ada di Partikel Rahasia 15 di KK dan NBJ).

"Cha." Hilario menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan Matcha yang duduk di ujung sofa.

Matcha memeluk erat Yaya seolah anaknya akan diculik oleh orang tak dikenal.

"Kamu kangen, kan, sama Yaya? Kalau gitu, kenapa nggak ngehubungin sedetik pun pas kamu pergi? Atau, kalau memang nggak bisa kasih kabar, bilang aja sebelum pergi, kalau kamu mungkin nggak bisa ngehubungin kami. Gampang sebenarnya. Aku nggak mempersulit kamu kok."

Hilario mengerutkan dahi, bingung dengan perubahan sikap Matcha yang menurutnya ... terlalu aneh. Harusnya masalah 'tak dikabari' itu sudah selesai, bukan? Buktinya, saat mereka di hotel, Matcha dengan mudah bermanja padanya, tak menolak seluruh perlakuannya, dan ... membalas dengan tak kalah hebat. Apa semua wanita memang senang menyimpan dendam? Hilario mendesah lelah.

"Nggak selesai-selesai ngambeknya?" gumam Hilario yang sudah lumayan capek.

Matcha mendengkus samar. "Nggak, kelakuan kamu bakal aku ungkit-ungkit seumur hidup."

Ya Tuhan.

Kepala Hilario tambah ingin pecah rasanya. Memikirkan mereka akan menua bersama saja tidak pernah terlintas di otak Hilario.

"Suka-suka kamu deh." Hilario menggeleng tak peduli pada kemarahan istrinya yang terus berlanjut.

"Emang suka-suka aku."

Partikel Badai Mars #BukanTentangPlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang