Partikel Badai 10

60K 3K 286
                                    

10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10. ASRAMA 665 PAKUBANDANU

Menjadi istri siri itu menyakitkan. Kamu harus siap diabaikan oleh suamimu sendiri di depan banyak orang. Matcha salah satunya, dia harus menahan nyeri ketika Hilario berlalu begitu saja keluar kelas tanpa melirik sedikit pun ke arahnya. Lebih menyakitkannya lagi, suaminya itu lebih mengajak Nala berbincang dibanding dirinya yang juga duduk tak jauh dari bangku Hilario. Mau tak mau, Matcha hanya bisa menelan pil pahit itu sendirian tanpa bisa membaginya kepada siapa pun.

"Cha, kok lo bisa pinjam jaketnya Hilar?" Ella langsung memberondongi Matcha dengan pertanyaan heran saat mereka berada di kantin fakultas.

Sambil mengaduk es jeruknya menggunakan sedotan, Matcha mengulas senyum manis. "Gue belum cerita, ya? Kemarin siang, gue dapat insiden memalukan di Pearl Cafe. Hm, gue ... bocor. Kebetulan di sana ada Hilario, dan ya ... dia bantuin gue." Pandai, kan, dia merangkai kebohongan?

"Hah?" Bebo, Tara, dan Ella kompak menganga. Hanya Gege yang tak memberikan reaksi berlebih atas peristiwa yang mereka lihat sekitar dua jam yang lalu.

"Kok bisa, Babe?" Bebo kini menutupi mulut terbukanya dengan telapak tangan.

"Ya, bisa. Hilario, kan, cowok baik. Dia ngelihat gue kayak kasihan gitu megang-megang bokong lama banget di parkiran cafe. Terus gue nyapa dia, kan. Sok akrab gitu―" Matcha bercerita secara semangat.

"Terus terus?" Tara ikut penasaran.

"Dia ngelihat gue kayak ... aneh, pokoknya. Gue yakin, sih, pasti dia mikir 'ngapain nih anak megang-megang pantat kayak orang mau berak?'"

"Terus gimana ceritanya dia bisa sebaik itu minjemin lo jaketnya buat nutupin noda blood?"

Dengan sedikit canggung, Matcha menggaruk tengkuk. Gila. Kebohongannya sudah terlampau jauh. Pasti suaminya akan menertawainya jika tahu karangan cerita palsunya yang di luar nalar akibat aksi sok pamernya yang terang-terangan memperlihatkan kepada seisi kelas bahwa dia dipinjami jaket oleh Hilario.

"Gue nyapa dia duluan. Sok kenal sok dekat gitu, deh. Pakai bilang, 'kita sekelas, loh, di Manajemen'. Terus dia nanyain, gue kenapa, katanya? Gue jawablah, tamu bulanan gue tiba-tiba datang dan ya ... tembus. Sumpah, ya, momen itu malu-maluin, asliii. Nah, dia baik banget sampai inisiatif minjemin jaketnya."

Matcha menahan dumelan dalam hati. Tamu bulanan dari Hongkong? Orang semalam mereka masih sempat mempertemukan hasrat yang telah lama merindu. Sungguh jauh berbeda dari kebohongannya barusan.

"Tapi kok mukanya Hilar pahit banget tadi? Nggak ada ramah-ramahnya, loh?" Kedua tangan Ella memangku dagu dengan seksama.

"Mungkin habis berantem sama Nala?" Matcha sangat berterima kasih kepada Nala karena bisa meminjam nama teman dekat Hilario itu ke dalam kebohongan sesatnya.

Tara mengangguk setuju. "Iya, sih. Tumben juga mereka nggak sama-sama masuk kelas. Biasanya, kan, bareng terus."

Informasi macam apa itu? Matcha mendadak membisu sembari menelan es jeruknya yang memiliki rasa manis dan kecut secara bersamaan, tetapi rasa yang familier di lehernya justru perisa pahit.

Partikel Badai Mars #BukanTentangPlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang