In 04

184 23 0
                                    

"Kenapa aku mengambil kimia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Kenapa aku mengambil kimia.. Ya Tuhan, apakah aku seorang sadistic?"
Hyunjin meregangkan tubuhnya diantara tumpukan-tumpukan kertas tugas dan buku sumber referensinya.

Felix menghela nafasnya kasar. Menyingkirkan buku dan tugasnya sendiri kesamping lalu memandangi Hyunjin.

"Kata-kata yang kau cari itu masochist, dan benar kau adalah salah satunya."

Felix sudah mulai kuliah di universitas yang sama dengan Hyunjin. Ia mengambil desain grafis, sedang Hyunjin mengambil kimia. Sampai sekarang ia masih bertanya-tanya kenapa Hyunjin tidak memilih sesuatu yang berkaitan dengan olahraga, bukan mengapa, dia kapten basket sebelumnya, kan?

"Apakah aku seorang masochist karena kimia? atau karena sesuatu yang lain?"
Tanyanya bercanda.

"Karena yang lain."
Jawab Felix dengan candanya.

"Woaahh.. Lee Felix! Kau harus hati-hati berbicara atau aku akan mengira kau sedang menggodaku."
Hyunjin melempar tutup pulpen kearah Felix.

Hyunjin sering menghabiskan waktu di kamar asrama Felix, mengerjakan tugas atau yang lainya. Alasanya adalah teman sekamarnya, Seo Changbin terlalu berisik jadi membuatnya tidak bisa fokus. Padahal tentu saja tidak begitu.

Kedatangan Hyunjin juga menjadi alasan bagi Kim Seungmin -teman sekamar Felix- untuk keluar dan tentu saja mendatangi kamar kekasihnya, Seo Changbin.

Mereka sama-sama laki-laki jadi lebih bebas mengunjungi kamar satu dan yang lainya, hanya saja tetap saat jam malam mereka harus kembali sesuai kamar masing-masing.

Benarkah demikian?

Tentu saja tidak, dengan banyak cara Hyunjin kadang tidur dikamar Felix, berganti dengan Seungmin yang pergi ke kamarnya.

"Bagaimana kalau aku memang sedang menggodamu?"
Kata Felix dengan wajah yang begitu polos.

Kalimat itu berhasil membuat Hyunjin terdiam ditempatnya, memandang Felix dengan mata sipit yang ia lebarkan begitu besarnya.
Belum selesai Hyunjin dengan kejutan itu, Felix kembali bersuara,

"Jadi kau akan tetap dibawah bersama kertas-kertas itu atau naik disini bersamaku."

Tanpa buang waktu lagi, Hyunjin mengabaikan setumpuk tugas kimianya dan merebahkan dirinya disamping Felix. Felix bergeser agar keduanya bisa berbaring bersama diranjang kecil Felix.

Felix masuk kedalam pelukan hangat Hyunjin dan Hyunjinpun semakin mendekatkan tubuh mereka tanpa jarak. Decit ranjang murah itu tak mereka hiraukan, alih-alih keduanya tenggelam dalam penyatuan mulut yang begitu panas. Tak buang kesempatan, Hyunjin menyelipkan satu tanganya kedalam baju Felix.

Saat-saat seperti ini sangat bagus untuk mereka, seolah mengistirahatkan pikiran dari tugas-tugas universitas yang tiada habisnya.

Pagutan keduanya terputus setelah beberapa saat. Hyunjin kemudian mencium pucuk hidung mungil Felix.

"Apa yang sudah kulakukan sehingga bisa mendapatkanmu?"

Dramatis, seperti biasa. Membuat Felix memutarkn bola matanya.

"Mengerjakan tugas kimia yang terhormat."

"Kau hanya mencintaiku karena otakku."

Felix tertawa karenanya. Kemudian Hyunjin pun ikut tertawa tak berselang lama setelah Felix. Tawa yang begitu keras sehingga Felix tak akan heran jika besok Jeonghan dikamar sebelah pasti menegurnya.

Keduanya kembali tenang setelah beberapa saat, Felix menyandarkan kepala pada dada Hyunjin, mendengar detak jantung kekasihnya yang masih lumayan kencang karena tawa mereka.

Suara detak jantung dan kehangatan dekap Hyunjin membuat Felix terlena dan hampir memejamkan mata hingga Hyunjin tiba-tiba bergerak. Si jangkung dengan tanganya yang lebih panjang meraih sebuah kertas yang tersampir diujung ranjang.

"Apa ini?"
Tanyanya.

"Bukan apa-apa."
Jawab Felix singkat, ia sedikit kesal karena rencana terlelapnya harus gagal.

"Ini tidak terlihat seperti bukan apa-apa."
Katanya lagi mengamati sketsa gambar dikertas yang beeada ditanganya.

"Uuhmm.. Hanya sebuah logo."

"Logo?"

"Logo usaha. Hanya sesuatu yang sedang kubayangan untuk memulai usaha. Mungkin hanya mimpi sementara."

Felix menyukai game, dan sejak dulu ia bermimpi suatu saat bisa memiliki perusahaan video game miliknya sendiri. Tapi pemikiran itu seperti terlalu berlebihan, maka Felix hanya menyebutnya mimpi.

"Dengar Kitty.
Aku tau seberapa cerdas dan berbakatnya dirimu. Jika kau menginginkanya dan kau mengusahakanya itu pasti akan terwujud. Aku yakin kau bisa melakukanya."
Kata Hyunjin memegang kedua bahu Felix.

Keduanya sudah duduk sejak Hyunjin menanyakan tentang logo tadi.
Felix hanya mengedipkan mata bulatnya beberapa kali. Bagaimana mungkin seseorang bisa menaruh kepercayaan seperti ini padanya.

"Hyun... Aku tidak ta..-"

"Aku tahu. Aku tahu kau pasti bisa melakukanya. Ayo coba saja, kita cari jalan bersama. Tidak ada ruginya mencoba, kan?"

Dan itu sepertinya cukup menjadi sebuah alasan untuk mencoba. Hyunjin tidak pernah mengarahkanya kejalan yang buruk, Felix setidaknya paham itu.

"Thank you."
Kata Felix lalu memberi satu ciuman di kening Hyunjin.

"Anytime Kitty. I love you."

Keduanya melebarkan mata mereka, tersadar dari kata yang baru saja terucap dari mulut Hyunjin. Cepat-cepat Hyunjin melanjutkan seolah itu adalah kalimat yang terpotong.

"..r big brain. Yeah.. Itu maksudku."
Hyunjin mencoba memperbaiki kata-katanya.

Mereka sudah bersama hampir dua tahun, dan Hyunjin tidak pernah sekalipun kelepasan mengatakan kata yang begitu ditakuti Felix. Ini yang pertama.

"Aku mohon lebih berhati-hati lagi."
Kata Felix penuh kecemasan yang tergambar jelas diwajah cantiknya.

"Sial.. Maaf maaf. Tapi Fel.. Kau lihatkan? aku mengatakanya dan aku tidak mati dan ada 99,9% kesempatan tidak akan ada apapun yang terjadi."

Hyunjin meyakinkan Felix. Kekasihnya itu selalu overthinking dengan soulmate marks milik mereka. Tapi bagaimanapun Hyunjin memahaminya, ia tidak ingin membuat si cantik khawatir.

"Aku tidak ingin mengambil resiko."

"Alright, sorry. Sorry okay? Jika itu masih membuatmu khawatir aku tidak akan mengatakanya lagi, aku janji. Ya?"

Felix kembali menenggelamkan tubuhnya yang lebih kecil dalam pelukan Hyunjin. Tangan rampingnya memeluk erat tubuh besar Hyunjin.
Ia mencintai Hyunjin, begitupun sebaliknya. Mereka sama-sama tahu itu dan mereka tidak perlu mengatakanya dengan kata-kata





*************************************
TBC
*************************************

In Another Life (HyunLix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang