Felix melangkahkan kakinya dengan berat. Ia harus melakukan ini meski tidak ingin.
Sudah beberapa waktu ia tidak pulang ke apartmen sejak sebelum Hyunjin pergi, ia selalu di rumah sakit saat itu.Sebenarnya Felix tidak ingin pulang ke apartmen dimana setiap sudutnya menyimpan kenangan bersama Hyunjin, kenangan yang begitu banyak yang tak dapat ia hitung.
Felix menekankan jarinya pada gagang pintu deteksi sidik jari sebagai pembuka kunci. Ia harus menghadapinya. Pada akhirnya, hanya itu barang-barang Hyunjin yang tersisa.
Felix memasuki apartmennya yang gelap. Sudah dua minggu setelah kepergian Hyunjin dan Felix masih belum siap menghadapi kenangan yang ada dirumah ini. Dua minggu tidaklah cukup. Atau mungkin seumur hidupnya tidak akan pernah cukup untuk melarikan diri.
Melangkah masuk ke apartemennya lebih mengagetkan daripada yang ia pikirkan sebelumnya. Felix setengah berharap Hyunjin akan menyambutnya di pintu, seperti yang telah laki-laki itu lakukan jutaan kali sebelumnya.
Saat dirinya berjalan masuk, ia melihat apakah Hyunjin sedang berdiri di dapur, bernyanyi dengan menjengkelkan sambil memasak seperti yang selalu kekasihnya itu lakukan. Felix bahkan berharap melihat Hyunjin duduk di sofa dikelilingi oleh makalah penelitian yang akan dia jelaskan kepada Felix setelahnya, matanya yang berbinar karena kebahagiaan setelah menyelesaikan kasus kimia.
Tapi tentu saja... Hyunjin tidak ada disana.
Apartemen itu gelap dan kosong seperti yang seharusnya Felix ketahui.
Dengan kaki gemetar, Felix duduk disofa, lenganya menutupi sebagian wajahnya. Felix benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Ia merasa seperti hidup tanpa arah. Tidak ada yang pernah mengajarinya cara hidup setelah kehilangan dunianya.
Felix hanya berharap bahwa Hyunjin ada disana, memegang tangannya. Pria itu tahu apa yang harus dikatakan. Kekasihnya selalu tahu.
Felix tersentak berdiri. Ia mengingat sesuatu. Salah satu percakapan terakhir dengan Hyunjin yang tiba-tiba datang pada pikiranya adalah saat kekasihnya mengatakan bahwa dia meninggalkan sesuatu untuknya.
Ia percaya bahwa mungkin, mungkin saja, Hyunjin cukup mengenalnya sehingga itu akan menjadi panduanya setelah ditinggalkan sendirian.
Felix berjalan ke kamar tidur, membuka lemari mereka, dan menatap pada rak yang dimaksud Hyunjin. Hyunjin selalu menggoda Felix karena tidak bisa meraihnya, dan entah bagaimana Felix merasa ini adalah cara Hyunjin untuk tertawa terakhir kalinya. Ia tidak merasa terganggu oleh candaan itu sedikitpun.
Felix mendengus saat dirinya harus meraih bangku dari rak paling bawah, menyeimbangkan tubuhnya diatas bangku kecil itu untuk melihat apa yang ada di rak itu.
Disana ada sebuah kotak dengan pola bintang yang menandainya. Felix dengan ragu meraihnya, mencengkeramnya di dadanya saat dia melompat turun dan melangkah untuk duduk di tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life (HyunLix)
AléatoireFelix berharap jika memang ada kehidupan berikutnya, ia ingin bertemu lagi dengan Hyunjin-nya. Jatuh cinta padanya lagi dan lagi. #1 hyunlix [18 Nov 2024]