In 08

137 20 1
                                    

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Felix sudah mendekati hampir satu dekade sejak mengetahui soulmate-nya adalah Hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Felix sudah mendekati hampir satu dekade sejak mengetahui soulmate-nya adalah Hyunjin.
Hyunjin kini berusia 29 dan sebentar lagi selesai mengejar gelar PhD-nya, sedang Felix sudah memiliki perusahaan video game seperti yang ia bayangkan dulu. Meski masih skala kecil tapi sudah memiliki struktur organisasi inti perusahaan yang lengkap.

Jika bukan karena Hyunjin yang memberinya dorongan saat mereka kuliah dulu, mungkin Felix tidak akan mewujudkan anganya ini. Ia senang juga bangga pada mereka berdua yang sudah melangkah sejauh ini.

Namun, ada kalanya memiliki perusahaan sendiri juga tidak menyenangkan bagi Felix. Seperti saat ini. Ia masih terduduk ditengah meeting mendengarkan manager penjualan menerangkan tentang untung rugi dan naik turunya nilai penjualan game perusahaan mereka.
Felix merasa ini sudah sangat lama, ia berulang kali melirik penunjuk waktu diruangan itu.

Ini hari Kamis yang adalah jadwal Hyunjin libur. Ia ingin menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Felix biasanya sudah dirumah pada jam ini tapi kali ini meetingnya berjalan lebih lambat, atau hanya perasaan Felix saja.

"Apakah ada tambahan, Kak Fel?"
Jeongin membuyarkan lamunan Felix.

Felix memilih anak-anak muda berbakat untuk bekerja bersama denganya, menurutnya itu lebih nyaman karena mereka tidak perlu terlalu formal namun tetap menghormati satu sama lain.

"Tidak. Tidak ada. Apa sudah selesai?"
Tanyanya kembali.

"Sudah."

"Baiklah kalau begitu rapat hari ini selesai. Terima kasih atas kerja kerasnya."
Final Felix.

Saat semua sudah meninggalkan ruangan dan hanya tersisa Felix sendirian, ia mengeluarkan ponselnya dari saku. Melihat beberapa pesan yang tentu saja dari Hyunjin.

Hyunjin 🩵

09:20 
Aku tau kau baru berangkat tapi rasanya sudah merindukanmu.

10:32
Hari ini hujan, kuharap kau tidak lupa membawa payung agar tak kehujanan saat pulang

12:35
Kau tau warna apa yang paling menyebalkan?
Putih. Karena terlalu bersih.

12:55
Changbin bilang salam untuk Felix.

13:28
Aku tau ini terdengar menggelikan tapi kuharap kau disini bersamaku sekarang.

13:40
♥️

Felix menyercit heran pada pesan-pesan dari Hyunjin. Tidak ada yang aneh dari watak Hyunjin, hanya saja sesuatu terasa tidak seharusnya seperti itu.
Felix bahkan tidak tau kalau hari ini Hyunjin bertemu dengan Changbin. Biasanya laki-laki itu akan mengabarinya jika keluar atau bertemu dengan teman lama mereka.

Panggilan yang ia buat diponselnya tidak dapat menjangkau Hyunjin, jadi Felix memutuskan untuk segera pulang saja. hatinya tidak tenang.

Felix pikir ia bisa melakukan apa yang Hyunjin ajarkan padanya sejak dulu tentang soulmate marks mereka, namun nyatanya ia tidak bisa berhenti merasa cemas dan khawatir setiap hari. Apalagi kalau Hyunjin tidak bisa dihubungi.

Perjalanan dari kantornya kerumah membutuhkan waktu setidaknya satu jam. Dan kali ini Felix yakin satu jam perjalanan terasa seperti seharian penuh. Dengan langkah cepat Felix setengah berlari dari stasiun kereta menuju rumahnya. Jika ia menghitung mungkin ini rekor jalanya yang tercepat.

Felix sedikit mengatur nafasnya saat ia sudah sampai didepan pintu. Kemudian ia membukanya setelah berdiri disana beberapa saat.
Rumahnya begitu gelap, hanya ada cahaya dari arah dapur.

"Hyun.."
Panggilnya lembut sambil melepas sepatu dan menggantungkan mantelnya.

Felix berjalan kearah dapur, ia melihat beberapa kertas yang ia yakini adalah milik Hyunjin. Tapi pria itu tidak disana. Netranya menyisir seluruh ruangan. Masih ada cahaya dari luar karena hari belum malam, tapi langit yang mendung tidak memberikan cukup cahaya.

Ia terus menyisir hingga netranya menangkap sosok yang ia yakini adalah Hyunjin sedang terbaring di sofa depan tv. Jantungnya berdebar kencang seiring langkahnya menghampiri Hyunjin. Tv-nya tidak menyala, dan Hyunjin juga tidak tidur. Jadi apa yang terjadi pada kekasihnya ini?

Bahkan hingga langkah Felix berada di depanya, Hyunjin tidak memberikan tanggapan apapun. Felix berjongkok didepan sofa, ia memperhatikan raut wajah kekasihnya yang tidak seperti biasanya. Lingkar hitam mengelilingi matanya lebih terlihat jelas, dan garis wajahnya terlihat begitu lelah.

"Hyun..."
Panggil Felix lembut. Ia kemudian menyentuh pipi Hyunjin, seketika Hyunjin tersadar dari apapun yang sedang ia lamunkan.

"Oh.. Fel. Maaf aku tidak tau kau sudah pulang."
Katanya setelah mengedipkan matanya beberapa kali.

Hyunjin menggeser tubuhnya agar Felix dapat berbaring disebelahnya seperti biasa. Sofa yang cukup lebar untuk keduanya dapat berpelukan.

"Ada apa, hmn?"

"Hanya lelah."
Hyunjin menjawab disela suara dengus dan tawa.

Felix jelas tidak percaya, tapi ia yakin Hyunjin akan menceritakan padanya saat waktunya tepat. Menurutnya Hyunjin memang sedang banyak beban akhir-akhir ini, mungkin itu penyebabnya. Mungkin pendidikan PhD nya tidak berjalan lancar, mungkin kelas yang di ampu-nya ternyata lebih sulit ditangani.

Felix mengusap wajah Hyunjin. Pandanganya tidak lepas dari netra sang kekasih. Seolah menyampaikan bahwa ia ada disampingnya untuk berkeluh kesah.

"Mau bercerita?"
Tanya Felix lembut.

Hyunjin tersenyum padanya.  "Hanya hari yang buruk."
Jawabnya dengan mengalihkan pandangan, tidak lagi menatap pada mata Felix.

"Baiklah."
Felix memberikan kecupan di rahang tegas Hyunjin kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Kau tau kan kalau aku merasa begitu beruntung memilikimu dihidupku? Kau adalah segalanya bagiku."

Kalimat Felix berhasil membuat Hyunjin setidaknya nampak lebih hidup dengan sedikit rona merah ditulang pipinya.

Keduanya selalu memberikan kekuatan pada masing-masing, mengatakan sesuatu untuk menyemangati satu dan lainya. Meski Hyunjin memang lebih sering melakukanya tapi ada kalanya jika Felix yang melakukanya terasa lebih dalam. Seperti saat ini.

"Hyun, apa kau baik-baik saja?"
Tanya Felix lagi, dengan lembut. Tidak memaksa hanya khawatir.

Hyunjin tidak menjawabnya, laki-laki itu justru mengeratkan tanganya dipinggang Felix.

"Tetaplah seperti ini untuk sekarang."
Hyunjin kini menyembunyikan wajahnya diceruk leher Felix.

Felix berharap dengan seperti ini Hyunjin akan merasa lebih baik. Ia mungkin akan memasak nanti setelah Hyunjin melepaskan pelukanya, atau mereka bisa pesan antar agar lebih mudah.

Yang paling penting sekarang adalah soulmate-nya harus baik-baik saja setelah ini.







*************************************
TBC
*************************************

In Another Life (HyunLix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang