Hyunjin sangat jarang pulang telat, apalagi di hari Jum'at sore seperti ini.Biasanya ia akan pulang tepat waktu dan menyuruh Felix untuk berdandan jadi mereka bisa pergi berkencan. Sangat menyenangkan meski Felix terkadang akan menggerutu karenanya.
Felix melihat jam dinding dimana waktu sudah menunjukan pukul 7:30 petang. Biasanya Hyunjin sudah dirumah meski memang sibuk mengejar pendidikan PhD-nya.
Felix melihat ke luar jendela, langit begitu kelabu, sudah ada rintik air yang mulai jatuh. Ia berharap Hyunjin setidaknya ingat untuk membawa payung jadi kekasihnya itu tidak kehujanan dan kena flu.
Felix tidak suka saat Hyunjin sakit, bahkan jika itu hanya flu. Bayangan orang terkuat dihidupnya harus melemah membuat perasaanya tidak menentu, bahkan hanya karena flu biasa sekalipun.
Tadinya Felix sempat berpikir untuk menelpon Hyunjin untuk menenangkan pikiranya tapi mungkin saja sang kekasih sedang dalam pertemuanya dengan si advisor yang 'kasar dan tidak menyenangkan' itu jadi lebih panjang. Jadi Felix tidak ingin mengganggunya.
Ia memutuskan untuk menunggu, Felix memainkan video game di ponselnya dan duduk di sofa paling nyaman untuk membuat dirinya lebih santai.
Felix tak sadar sudah berapa lama ia memainkan ponselnya saat rungunya mendengar suara pintu terbuka. Hyunjin pulang. Netranya menelisik sosok kekasih yang baru masuk itu.
Hyunjin tidak basah dan juga raut wajahnya tidak kesal seperti biasanya setelah bertemu pembimbingnya. Jadi kenapa dia telat pulang?
"Apa kau ingin pergi kencan?"
Celetuk Felix sesaat setelah Hyunjin nelepas sepatunya."Tunggu-tunggu! Apa kau menantikan kencan hari ini? Kau siapa huh?? apa yang sudah kau lakukan pada kesayanganku?"
Felix bisa mendengar kekehan pada kalimat Hyunjin. Jujur saja Felix tidak ingin berkencan, ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama. Karena sungguh akhir-akhir ini keduanya sama-sama sibuk.
Felix sudah mulai memfokuskan banyak waktunya di usaha video gamenya, dan kadang ia juga akan melakukan streaming. Sedang Hyunjin sibuk mengejar pendidikan PhD dan mengajar tingkat dibawahnya.
Keduanya menghitung jum'at malam sebagai waktu bersama untuk sekedar melepas lelah dan rindu meski hanya sebentar.
"Kau darimana?"
Hyunjin mengangkat kaki Felix dan duduk disebelahnya sebelum mengembalikan kaki ramping itu pada pangkuanya.
"Dengar. Aku tadi melihat sesuatu yang sangat menarik dan kupikir aku harus memilikinya, lalu aku masuk kedalam toko itu dan melihat-lihat yang kemudian membuatku melewatkan dua jadwal kereta."
"Apa itu?"
Kata Felix penasaran. Tidak biasanya ada sesuatu yang menarik perhatian kekasihnya ini."Akan jadi kejutan. Kau akan menyukainya."
Jawab Hyunjin sambil mengusap kaki Felix dipangkuanya."Bermain rahasia tidak cocok denganmu."
Kata Felix dengan tatapan menelisiknya."Baiklah, kau ingin tau, kan?"
Felix mengangguk. Dengan itu Hyunjin mengalihkan kaki Felix dipangkuanya dan berdiri mengambil tas gendongnya.
"Masuklah ke kamar setelah 15menit. Aku butuh waktu untuk menyiapkanya."
Kata si jangkung."Hyun.."
Pria tinggi itu tidak menjawab hanya menoleh dan memberikan sebuah kedipan mata begitu genit pada Felix, kemudian menghilang dari hadapanya.
Lima belas menit tidak pernah sebegini lamanya dalam hidup Felix, seakan-akan ia melirik jam yang tidak bergerak. Apa yang akan disiapkan Hyunjin? Dikamar tidak ada televisi jadi tidak mungkin itu menonton film atau bermain video game bersama.
Felix tak membuang waktunya lagi saat sudah melewati lima belas menit terlamanya. Ia dengan segera melangkahkan kakinya menuju kamar. Menghela nafas bersiap saat tangan kecilnya memutar gagang pintu.
Kejutan yang menyambutnya tidak pernah terpikir dalam benaknya. Ia tidak bisa berkata-kata dengan ini.
Sejak langkahnya menapak di ruangan ini ia seperti masuk kedalam dunia yang berbeda. Kamarnya redup, tapi dipenuhi cahaya kecil dari bintang-bintang sejauh matanya memandang. Ada lampu gantung disepanjang dinding kamar berkelap kelip dengan cahaya ungu yang lembut.
"Hyun.."
Hanya itu yang dapat ia ucapkan.
Ia masih terpukau, apalagi dengan proyeksi galaksi yang besar diseluruh dinding dan atap.
Hyunjin duduk bersila ditengah ranjang besar mereka. Seolah-olah pria itu adalah pusat dunianya."Kau suka?"
Tanya Hyunjin dengan senyuman yang begitu lembut. Mungkin ini efek dari cahaya atau keadaan ruangan ini, tapi kekasihnya itu terlihat berbeda. Lebih tenang? Atau entahlah. Hyunjin terlihat sangat bercahaya ditengah keredupan ruangan yang indah."ini cantik."
Kata Felix lagi masih dengan mata yang mengagumi seisi ruangan.Hyunjin merentangkan kedua lenganya dan Felix-pun duduk didepan Hyunjin. Punggungnya ia sandarkan pada dada bidang kekasihnya. Tangan Hyunjin melingkari tubuhnya.
"Thank you for this."
Ucapnya tulus."No no, Kitten."
Hyunjin mengecup bahunya dari samping sebelum melanjutkan kalimatnya."Fel.. Kau pantas mendapatkan dunia dan keindahanya, hanya ini yang terpikirkan olehku dan bisa kulakukan."
Felix menautkan jari mereka. Berharap dengan ini Hyunjin bisa memahami kalau Felix bahagia dan menyukainya.
Meski setiap hari penuh dengan tingkah aneh Hyunjin, tapi Felix selalu bahagia dibuatnya. Hanya Hyunjin. Hyunjin-nya dan tidak ada yang lain.
"Awalnya aku ingin mengajakmu stargazing malam ini, tapi cuacanya seperti tidak mendukung."
"Ini cukup. Kita bisa pergi lain kali."
Keduanya menikmati saat bersama seperti ini, kali ini topik pembicaraan mereka adalah tentang masa kecil mereka. Dulu mereka sering melihat bintang diatap rumah, membayangkan jika suatu saat mereka bisa berkeliling melihat bintang-bintang dengan keindahanya diberbagai belahan dunia. Mimpi anak kecil.
Sekarang, dengan Hyunjin yang tetap berada disisinya, Felix tidak meminta lebih lagi. Cukup memiliki soulmate seorang Hwang Hyunjin
*************************************
TBC
*************************************
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life (HyunLix)
RandomFelix berharap jika memang ada kehidupan berikutnya, ia ingin bertemu lagi dengan Hyunjin-nya. Jatuh cinta padanya lagi dan lagi. #1 hyunlix [18 Nov 2024]