Lisa POV
"Ms. Lalisa Manoban?"
Aku berjalan ke meja depan. "Ya?"
"Sekarang kamu boleh pergi ke lantai 14, pintu 15. Pewawancara sudah menunggumu di sana." Kata wanita itu.
Aku mengangguk. "Terima kasih."
"Dan oh, semoga beruntung." Dan dia tertawa penuh arti, oke. Itu aneh.
Aku dengar CEO di sini agak pemarah. Aku pikir aku bisa menanganinya, aku sedang melamar pekerjaan sekretaris. Aku tahu banyak sekretaris yang mengundurkan diri dan dipecat karena sikapnya yang buruk, tapi aku ingin bertemu dengannya.
Aku teringat tentang Jennie, adik-adikku bilang dia punya sikap yang buruk tapi dia memperlakukan keluargaku dengan baik. Dia adalah teman keluarga yang baik. Aku hanya berharap CEO-nya seperti Jennie, semoga aku bisa membuat dia baik hati.
Ketika aku sudah sampai di depan pintu, aku mengetuk pelan. Itu terbuka secara otomatis jadi aku masuk.
Aku melihat seorang wanita duduk di kursi putar, aku hampir tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup oleh laptopnya. Pengusaha wanita ini gila kerja, kenapa aku merasa akan kesulitan bersamanya?
"Apakah kamu pelamar baru?" Dialah yang berbicara lebih dulu. Aku takut dengan suaranya, apakah suasana hatinya sedang buruk atau apa? Tapi tunggu, suaranya familiar.
Apakah dia yakin dia sedang wawancara? Laptopnya lebih penting dari orang di depannya, apa-apaan ini.
Sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata pun, dia berbicara lagi.
"Kupikir kamu melamar pekerjaan sekretaris? Kenapa kamu tidak bicara?"
Sial, sikap level 130% terasa. Aku tidak tahu dia seperti ini! Aku tidak ingin melamar lagi!
Aku tidak tahu harus berbuat apa saat ini, aku tidak ingin keluar dari sini.
"Ah.. eh.. ah.." Hanya itu yang bisa kuucapkan. Sialan ini sangat memalukan.
Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Tanganku gemetar, begitu juga lututku.
Aku ingin lari keluar tapi tidak bisa. Dia seperti tuanku dan dia mendisiplinkanku dengan keras.
"Apakah kamu mempermainkanku? Hentikan dengan Ah-eh-ah."
Astaga sekarang dia marah. Aku mati.
Aku menelan ludah. "Aku hanya tidak tahu harus berkata apa, ma'am."
Aku hampir tidak dapat berbicara. Aku ingin berteriak sekarang, menjawab semua pertanyaannya. Namun, aku malah menunduk. Mengapa aku takut padanya?
"Siapa namamu? Dan apa yang membawamu ke sini?"
Aku hendak berbicara tapi dia menutupku.
"Kamu tahu? Kamu membuang-buang waktuku, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini. Aku benci bicara dengan orang bodoh."
Dia membuatku jengkel.
Aku menghela nafas dan mengatupkan rahangku. "Pertama dan yang paling penting, bukan neraka yang membawaku ke sini karena berada di sini sudah seperti neraka. Kedua, aku tidak bodoh, aku terpelajar. Bukan karena kamu kaya kamu bisa menghakimiku. Terakhir aku tidak mempermainkanmu, aku di sini untuk melamar pekerjaan, tetapi mengetahui sikapmu? Terima kasih tapi bukan terima kasih." kataku dengan percaya diri.
"Kamu-!" Dia berdiri dan menatapku. Mataku terbelalak saat melihat siapa pewawancaranya, matanya pun terbelalak.
Apa yang dia lakukan di sini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
BUSAN (JENLISA) ID
RandomLalisa Manoban adalah gadis biasa. Dia baru saja menyelesaikan studinya di Busan, dan untuk kembali ke Seoul, dia akan mengejar mimpinya dan mendapatkan pekerjaan yang layak di sana. Sebelum dia meninggalkan Busan, temannya Rosé menemaninya pergi ke...