Happy reading❤️
***
*Elena POV*
Ugh, mengapa aku harus menceritakan semua ini sih? Aku menceritakan ini pada kalian para manusia itu karena di minta saja okey? Aku sebenarnya tidak ingin menceritakan ini pada kalian. Aku pertama kali bertemu Elard di sekolah sihir ini pada pelajaran sihir elemen tanah.
Kami para penyihir elf harus bisa menguasai semua elemen, seperti film kartun di dunia kalian para manusia. Saat itu aku duduk di bangku paling depan dan paling ujung sebelah kanan. Aku terkenal dengan keegoisanku serta diriku yang sering mengomel di jenjang sebelumnya. Sehingga banyak orang yang tidak ingin duduk di sampingku. Jujur saja aku benar-benar tidak masalah akan hal itu, mungkin memang takdirku berjuang sendiri pada sekolah sihir tingkat ini. Tepat setelah aku memikirkan hal itu seorang pemuda, berparas tampan datang lalu duduk disampingku bahkan tanpa berfikir. Saat itu aku sungguh kebingungan. Aku hendak berbicara, namun entah kenapa mulut itu tak dapat mengeluarkan suara. Dasar mulut aneh. Dia melihat kearahku dengan kebingungan. Pasti dia menganggapku aneh dan akan pergi. Pikirku. Namun.
“Hey? Apakah ada orang yang duduk disini?” tanya pemuda itu. Aku menggeleng.
“Oh baiklah, apa boleh aku duduk disini? Akankah itu mengganggumu?” tanya pemuda itu.
“Tidak apa-apa, kamu bisa duduk disini.” ucapku pelan. Semoga dia tidak terganggu dengan diriku yang cerewet dan sering mengomel.
Tap tap tap, bunyi langkah kaki perlahan masuk kedalam kelas. Terlihat sebuah lelaki yaa, tampangnya memang muda karena seluruh elf diberi karunia memiliki umur panjang dan terlihat muda. Namun umur lelaki itu sudah sekitar 8000 tahun.
“Wahai penyihir muda, elemen api adalah elemen terkuat. Elemen air sekalipun tidak bisa mengalahkan kuatnya elemen api. Maka dari itu saya akan mengajarkan mantra bola api dingin yang bisa menusuk musuh kalian hingga tulang rusuk mereka.” ucap lelaki itu, membuka pelajaran pada hari ini, kami memanggil lelaki itu dengan nama Profesor Tophy.
“Untuk menjadi penyihir yang ahli, kalian harus bisa melafalkan mantra, dengan hanya membaca. Silahkan buka buku sihir elemen api halamaan 729, dan bacalah mantra bolanapi dingim selama 5 menit lalu hafalkan!” perintah Profesor Tophy. Tertulis dalam buku mantra bola api dingin itu, mantranya berbunyi “ibhola yomlilo ebandayo!” ya kurang lebih berbunyi seperti itu. 5 menit berlalu.
“Baik waktunya sudah habis, saat nya menguji mantra yang telah kalian pelajari.” ucap Profesor Tophy. Profesor Tophy mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengucapkan sebuah mantra “tshintsha iindawo.” rapal Profesor Thopy.
Grek grek. Ruang kelas mulai bergoya-goyang. Apa yang terjadi? Apa ini gempa? Pikirku. Perlahan kursi dan meja di dalam ruang kelas mulai menghilang, tembok ruang kelas ini pun melebar. Perlahan kuas menjadi sebuah lapangan besar yang dikelilingi oleh hutan yang rimbun.
“umqeqeshi usathana” ucapnya lagi, tiba tiba kelusr sebuah makhluk berbentuk ayam raksasa.
“Kukuruyuk!!” teriak ayam itu, “wahai pengibir muda inilah tugas kalian. Gunakan mantra yang telah kalian pelajari untuk mengalahkan monster itu” perintan Profesor Tophi. Apa-apaan itu? Kita disuruh melawan monster tingkat B dengan sihir yang baru kita pelajari dalam 5 menit? Ayolah profesor yang benar saja.
“Kukuruyuk!!!!” Monster ayam tiu mengamuk kamu mulai fokus pada diri masing-masing fokus melawan ayam tersebut.
Wush! Boom! Boom! Bola api dingin itu terbang kemana-mana, ada yang tepat sasaran adapun yang tidak. Aku terlalu fokus untuk mengalahkan satu ayam, aku tidak sadar sebuah benda besar berdiri di belakang. Grek! Aku perlaham melihat ke arah belakang. Ayam itu menatapku. Takut, aku lari menjauh dari ayam itu, namun nihil aku sudah di kelilingi oleh monster ayam raksasa.
Glup, aku menelan air liurku. Aku menggenggam erat tongkat sihirku. Sungguh saat itu aku ingin sekali mengucapkan mantra bola api dingin, namun entah mengapa bibir ini tidak mau bicara. Tenanglah Elena ini hanya latihan. Apa sebaiknya aku menyerah?. Ayam itu seolah ingin mematukku. Saat itu aku benar-benar pasrah. Mulutku tidaki gin mengucapkan mantranya. Sudahlah aku tidak akan mati sekarang, lagi pulang ini hanya latihan pikirku. Namun…
Zashhh! Wushh! Boom! Ayam itu seketima terbakar dan membeku di saat yang bersamaan. Kaki sudah lemas saat itu.
“Hey apa kau baik-baik saja.” ucap Elard.
“E- eh, y- i-iya aku baik-baik saja.” balasku, jarang sekali ada yang menanykan keadaanku, apalagi dalam kondisi seperti ini. Aku menggenggam tangan Elard, dan membantuku untuk berdiri.
“Mari kita bekerja sama.” ajak Elard sembari tersenyum. Entah mengapa aku merasa senyuman itu begitu manis. Aku mengangguk dengan semangat, menyetujui ajakan Elard.
“Tentu!” balasku dengan senang. Aku berdiri di tengah lapangan, menggunakan teknik cahaya untuk memancing para Ayam Raksasa. Ketika ayam itu sudah muncul, aku memperterang cahaya matahari.
Aku melompat sentinggi-tingginya dan membaca mantra melayang.
Wush! Boom! Elard, menggunakan kekuatan sihirnya. Boom! Satu persatu Ayam Raksasa itu satu persatu tumbang dari lapangan. Jujur hampir semua Ayam Raksasa ini di kalahkan oleh aku dan Elard. Siswa dan siswi lain? Bersembunyi dibalik semak-semak dasar pengecut!
“Hey terimakasih sudah membantuku.” ucapku Elard dengan senyum yang manis.
“Tidak elard! Seharusnya aku yang berterimakasih.” ucapku
“Hahaha, baiklah-baiklah, bagaimana jika kita berteman. Kita bisa saling membantu satu sama lain” ajaknya.
“Tentu saja! Ayo berteman.” ucapku, lalu berjabat tangan dengan Alluna.
***
Sejak saat itu, aku dan Elard sering belajar bersama. Ia membantuku untuk belajar, aku pun begitu, saling bertimbal balik. Aku dan Elard menjadi semakin dekat, di tambah Kaspian yang menjadi penengah antara kami. Kita ber-3 menjadi sahabat yang baik. Setelah menghabiskan waktu persahabatan ini begitu lama aku teringat sebuah kalimat dari leluhur para Elf. “akukho zihlobo zamadoda nabafazi. ngaphandle kweemvakalelo zothando.” Yang artinya, tidak ada elf laki-laki dan perempuan yang bisa bersahabat, selalu ada titisan rasa pada salah satunya. Apakah di dunia kalian para manusia juga seperti itu? Setelah berteman cukup lama, hatiku berdegup lebih cepat dari biasanya. Ketika aku bertemu dengan Elard. Namun perasaan itu tak berani aku ungkapkan, karena ungkapkan perasaan bisa merusak tali persahabatan kami yang indah. Aku tidak boleh egois. Pikirku. Aku mencoba menutup rasa suka itu selama ini, namun kini keadaan semakin sulit. Kalian tau? Akhir-akhir ini Elard sering melamun, dan tidak fokus. Itu membuat aku mengkhawatirkannya, sehingga aku akan berbicara terus pada Elard menanyakan apa dia baik-baik saja, aku jadi susah move on. Apalagi terjadi sesuatu yang mengherankan sekali untukku. Dalam sekolahku ada sebuah olahraga menggunakan sapu terbang. Namanya balap sabu terbang. Sapu terbang dengan kualitas terbaik memiliki harga yang tinggi, jadi aku tidak menyaran untuk memakai sapu terbang dengan kualitas bagus, jika masih masa percobaan atau belum profesional. Aku mengikuti klub olahraga balap aapu tebang.
Suatu hari saat aku sedang berlatih, dengan Elard yang menontonku, membuatku tidak bisa fokus. Entah mengapa saat itu tanganku licin dan berkeringat, sehingga terpeleset saat mengendarai satu mobil. Aku panik dan terkejut, dengan tinggi sejauh ini apakah aku masih hidup?.
Namun drap! Elard menangkapku. Dia jadi menggendongku ala bridal style. Layaknya suami istri. Aku menatap mata indah milik Elard membuat aku terhipnotis.
“Hey turunkan aku!” Gerutuku.
“Apakah kamu baik-baik saja?” Tanyanya lagi. Bisa-bisanya dia masih mengkhawatirkan ku.
*”Aku baik-baik saja” balasku, aku menatap mata Elard dalam-dalam. Aku dna Elard saling bertatap. Setelah bertatapan cukup lama. Aku mulai bagi dari mimpi.
“Turunkan aku! Mengapa kamu tidak memakai sihir melayang!” kesalku.
“Maaf reflek” jawabnya singkat. Lalu aku diturunkan dari gendongan Elard.
Mengapa? Mengapa dia menatapku, apa dia menyukaiku?. Oh Elard beri aku penjelasan. Apakah kau juga menyukaiku?
***
Jangan kupa vote❤️❤️❤️