#1

864 119 24
                                    

“Bunuh Putra Mahkota Daventria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bunuh Putra Mahkota Daventria.” Putra Mahkota Kerajaan Alsaber, Uchiha Itachi menautkan jari-jemari di atas meja.

Obsidiannya yang bergerak turun, terlihat lebih gelap dari gulita pada malam ini.

Kerajaan mereka tengah melakukan gencatan senjata dengan kekaisaran. Jeda sebelum musim dingin adalah waktu terbaik untuk melakukan negosiasi. Pihak kekaisaran berkata, akan mengirimkan utusannya sebelum hari ke sepuluh di bulan September. Hal yang memaksa Itachi mengadakan langkah darurat. Memanggil anggota Anbu ke dalam rapat paling rahasia, yang bahkan tidak diketahui oleh raja.

“Rombongan akan datang lusa. Kalian harus menghabisinya sebelum mereka tiba di gerbang ibukota.” Suara Itachi telah bulat. “Apa pun yang terjadi, ingat, kalian harus kembali.”
Tatapannya bergulir pada sang sahabat.

Hinata membagikan bandul pedang yang terbuat dari batu obsidian, sewarna dengan mata putra mahkota. Tanda bahwa putra mahkota berada di balik punggung mereka. Sebuah janji setia.

Gebrakan, langkah untuk mencapai kata ‘merdeka’.

Mereka pun berangkat ketika bulan tertutup oleh awan, tepat di tengah dinginnya malam.
Berpacu di atas kuda yang bertolak dari ibukota Alsaber menuju perbatasan. Satu misi yang mereka emban, tidak boleh ada kata gagal. Mereka harus membunuh utusan perdamaian tanpa diketahui siapa pun. Operasi ini harus bersih tanpa adanya bukti.

.

“Di mana Dame Hinata?” pertanyaan Raja Fugaku membekukan udara yang seringan butiran kaca.

Itachi masih diam tanpa mampu barang sekadar menggelung lidahnya. Sebuah simpul yang sang raja ketahui maknanya.

“Kau gila?” Fugaku memukul lengan singgasana, dengan kekuatan yang seolah ingin membelah mereka menjadi dua. “Apa kau tidak mengerti alasan perdamaian harus terjadi?”

“Mereka telah membunuh Sasuke.”

“Itachi, bagaimana bisa kau—” Fugaku kehilangan kata-kata pada suara tegas dan mata obsidian yang memancarkan keteguhan.
“Bunuh mereka semua!”

Jantung Itachi serasa ditabuh. Hingga rasanya seperti tak ada pasokan oksigen yang memenuhi paru-parunya sejenak. “A—ayah! Tidak bisa! Para Anbu adalah kesatriaku. Mereka tanggung jawabku. Dan aku berjanji akan membawa mereka pulang hidup-hidup!”

“Kalau kau tidak pernah mengirim mereka, mereka pasti akan hidup. Tapi kau telah menentang kuasaku dengan bertindak tanpa pikir panjang—”

“—apa nyawa Sasuke tidak ada harganya di mata Ayah?” Itachi memotong pembicaraan, menahan urat-urat nadinya yang nyaris terasa putus. “Kekaisaran membunuh adikku. Dan sekarang menginginkan perdamaian. Tidakkah menurut Ayah ini—”

“—diam!!!” dada Fugaku bergerak naik dan turun, tanda emosinya sangat terguncang. Namun dia berusaha menetralkan suaranya agar tidak terdengar goyah. “Itachi, tidak ada perang tanpa adanya korban. Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan para pahlawan.”

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang