11| His obsession

241 69 21
                                    

Dua bulan telah berlalu. Selama itu pula Kathrin menempati tubuh White. Banyak kejadian tak terduga terjadi selama belakangan ini. Dirinya jauh lebih bisa mengontrol dirinya sekarang. Ia akan lebih banyak berkorban untuk White sekarang.

"Kath, sini deh." Ucap seorang gadis menyuruh Kathrin untuk beranjak dari duduknya.

Kathrin menurut ia beranjak dari duduknya mendekati temannya yang menunggunya diluar kelas. Selama ia berjalan ia sayup sayup mendengar bisik bisik seseorang.

Eh liat tuh sakit kok sekolah

Harusnya masuk rsj aja ga sih

Jangan deket deket woi tar ketularan gila

Selama dua bulan ini banyak yang terjadi. Semua orang jadi mengetahui bahwa White memiliki kepribadian ganda, semua orang beranggapan bahwa orang yang memiliki kepribadian ganda adalah orang gila. Dan mereka semua menganggap White gila. Sebagai seseorang yang mengidap penyakit skizofrenia ia cukup tahu bahwa orang seperti dirinya hanya akan selalu hidup dalam bayang bayang traumanya.

Kathrin memilih abai. Ia menghampiri temannya dengan senyum terpancar di wajahnya.

"Kenapa lo senyum senyum?" Sungut Renata melihat Kathrin yang senyum senyum seperti orang kasmaran.

"Emang gaboleh gue senyum? Gue kan harus bahagia."

Deg!

Renata melihat senyum menyakitkan itu. Ia tahu semua apa yang di sembunyikan Kathrin selama ini. Tentang gunjingan orang orang terhadapnya, tentang bagaimana Arnold yang belum bisa menerimanya, tentang kedua orang tuanya yang selalu abai padanya dan tentang bagaimana ia harus menyikap Black yang sebenarnya ia sendiri memiliki perasaan pada pria itu.

Ia benci mengatakan jika temannya ini pengidap penyakit skizofrenia. Ia benci melihat semua pandangan mata melihat temannya ini seperti melihat orang gila. Ia benci mengatakan jika dirinya tidak sakit melihat ini semua.

Melihat senyum terpancar dari wajah orang di depannya hatinya sakit. Ia bahkan lebih memilih melihat temannya ini menangis menumpahkan segalanya daripada harus tersenyum palsu seperti ini. Ia membenci senyuman itu.

"Benci banget gue sama lo hiks, harusnya lo sebagai kepribadian White harus bisa jadi tameng buat dia, bukannya malah ikutan lemah kaya gini." Ucap Renata dengan tangisan menyayat hati. Sebenarnya ia tak serius ketika mengucapkan kalimat ini, ia hanya ingin membuat Kathrin agar jauh lebih kuat.

Keduanya berpelukan dengan tubuh yang sama sama bergetar. Mereka menangis bersamaan dengan rasa sakit yang menyelimuti keduanya. Kathrin berani bersumpah White adalah manusia paling beruntung yang memiliki Renata di sisinya. Gadis ini sama sekali tidak akan pernah membuat dirinya merasa sendirian, gadis ini akan selalu ada di sisinya. Menemaninya, membelanya, dan selalu berada di pihaknya.

"Lo hiks jangan tinggalin gue, tolong tetep jadi Renata anjing yang selalu ada dipihak gue dan White." Ucap Kathrin yang masih tersedu.

"Gue cuma ada di pihak White jing bukan elo." Jawab Renata asal.

Kathrin tak marah, ia tahu temannya ini hanya asal bicara. Ia tahu temannya ini tetap menganggapnya juga.

"Sialan."

Keduanya melepas pelukannya. Tertawa bersama seraya mengusap air matanya dengan senyuman yang tak luntur. Bahkan sekarang mereka sudah menjadi tontonan orang orang sekitar, pasalnya mereka saat ini masih berada di lorong sekolah.

"Kathrin."

Seorang pria dengan raut wajah yang selalu datar menghampiri keduanya. Kemudian menarik kencang pergelangan tangan Kathrin. Mata elangnya menatap keduanya dengan pandangan tak suka.

BWHITE | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang