BAB 6

131 5 0
                                    

         Bleza menghampiri Jeffandra ke kamarnya. Wanita itu membawa nampan dengan beberapa jenis buah-buahan di atasnya. Dan satu lagi, satu gelas susu hangat untuk putranya sebelum tidur. Tangannya mengetuk pintu, dipersilahkan masuk dengan sangat mudahnya oleh Jeffandra membuat tarikan di sudut bibirnya terukir. Bleza biarkan kamar itu terang dengan hanya pencahayaan lampu tidur—jika di rumah, Jeffandra akan menggunakan lentera untuk menemani tidurnya. Dia tidak terlalu suka cahaya. Berbeda dengan Bleza yang lebih suka terang dalam keadaan apa pun. Jeffandra menyukai kegelapan di mana pun ia berada dan menuju.

         “Thank you so much.” Selagi Bleza menyimpan nampan di nakas, matanya memperhatikan Jeffandra. Putranya itu bergeser ke sisi yang lain lalu bermain-main dengan gitarnya. Satu hal yang cukup menyakiti egonya, Jeffandra tidak tertuju ke arahnya meski tidak mengabaikannya.

        “Kenapa melakukannya, Jeff?”

        Jeffandra terhenti daripada fokusnya pada senar, dalam posisinya bersila, kepalanya tergerak pada Bleza. “What am I doing?”

        “Foto-foto itu. Kamu, kan, yang menghapusnya?” Bleza dengan suara kecilnya. Berharap Jeffandra tidak terlalu tersinggung, tatapnya pada Jeffandra bahkan sederhana meski pun jauh di lubuk hatinya Bleza sangat marah. Akan sulit melakukan pendekatan dengannya dan bukan tidak mungkin jika segala rencana akan hancur jika hubungannya dengan Jeffandra terombang-ambing. Dan Bleza akan terus menjaga hubungannya agar segalanya berjalan baik.

       “Are you accusing me??” tanya Jeffandra sarkastis.

         “Karena enggak mungkin dalam waktu yang singkat foto-foto itu hilang, enggak mungkin juga kalau fotografernya teledor.” Bleza nyatanya tetap saja tersulut meski seberapa besar usahanya menahan diri, meski pun dia tetap bertahan dengan ekspresi teduhnya pada Jeffandra.

       “Kenapa enggak mungkin?” Jeffandra meletakkan gitarnya selagi berdiri dan menjauhi mamanya. “Am I more untrustworthy than him?”

      Bleza menggeleng, Jeffandra bukanlah sosok yang seringkali menghindarinya seperti ini, dia adalah sosok yang selalu memberikan respon positif jika berbicara berdua dengannya. Termasuk setelah Bleza pernah diperlakukan dengan sangat buruk oleh si brengsek—William, keduanya sangat dekat sejak insiden itu. Jeffandra menjagakannya dan dia sempurna menjadi seorang anak. Saat itu, tidak ada hari selain menciptakan kebersamaan yang membuat perasaan keduanya menghangat. Semuanya berubah setelah Bleza memperkenalkan Antonio padanya.

      “Kamu sudah berjanji untuk menyetujui pernikahan ini, Jeff....” Bleza menarik napas panjang, Jeffandra benar-benar menghindarinya, berpura-pura menyibukkan diri dengan barang-barang antik yang ada di ruangan ini.

     “I don't promise.” Jeffandra dengan suara beratnya, masih enggan untuk berbalik dan menujukan atensinya pada Bleza. Dugaannya memang tidak akan salah perihal sikap baik mamanya itu, semua yang berhubungan dengan uang dan hal-hal yang dia anggap dapat memuaskannya. “I'm just trying to cheer you up.” 
  
       Hanya menghibur? Fuck him. Meski pun Bleza sempat sakit mendengarkannya, dia tetap pada pendiriannya. Dan tetap tenang tanpa merasa terusik sedikit pun adalah cara Bleza mengelabui Jeffandra. Seperti yang putranya itu pasti tahu. Fine, ini terlihat sia-sia, namun Bleza tetap tidak akan menyerah karena dia yakin jika yang dilakukannya adalah kebenaran bukan kesalahan. “I really understand, but understand me too, Jeff.”

       Bleza berdiri. Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan ini, dia berujar lagi. Kata yang diucap dalam satu tarikan napas, yang dia harap akan lebih baik dalam berperan dan meluluhkan hati keras milik putranya. “Because I don't want to repeat those scary times again.”

***

        William pasti kembali, itu yang menjadi ketakutan Bleza. Tapi bagi Jeffandra, tetap tidak adil rasanya jika langkah inilah yang mamanya ambil. Semuanya sangat terburu-buru. Dan lagi pula, Jeffandra sudah dewasa sekarang. Dia sudah bisa melindungi Bleza dari William jika pria itu benar-benar kembali. Tidak perlu dengan melalui pernikahan ini, semuanya memang omong kosong saja. Semuanya hanya alibi mamanya agar Jeffandra tetap simpati padanya, bersimpati seterusnya sehinga kelengahan Jeffandra nanti dimanfaatkannya. Ditukar dengan uang.

        “Arhh....” Jeffandra menggenggam pisau, berhasil menancap dengan sempurna pada buah apel sasarannya. Andai itu Antonio, Jeffandra pasti akan tertawa dengan sangat kencang seperti orang gila saat ini.

       “Kak!” Jeffandra tersadar oleh suara dan sentuhan di bahunya. Menoleh, menemukan Ciara di belakangnya. Gadis itu datang dengan mengenakan piyama putih panjang yang menutupi hingga pahanya. Jeffandra memindainya dari ujung rambut sampai ujung kuku. Wajahnya gelisah sekali antara ragu dan gugup untuk terus terang.

       “Temenin aku tidur, yuk!” Ciara mengigit bibir, membuat ekspresi konyol di wajahnya yang pastinya terlihat bodoh di mata Jeffandra. Tapi percayalah, Ciara tidak membuat keputusan ini kecuali memikirkannya dengan matang. Belum lama tadi, lampu kamarnya tiba-tiba mati. Ciara rasa itu korslet dan butuh waktu yang lumayan untuk memperbaiki dan mengganti lampu di kamarnya yang rusak dengan yang baru. Dan ini sudah malam, Ciara tidak mau mengganggu papanya atau siapa pun dengan melaporkan hal merepotkan tersebut. “Mau, ya?”

       Jeffandra tertarik. Dibandingkan memikirkan omongan-omongan mamanya tadi, bermain dan menggoda putri Antonio yang senang sekali memancingnya ini rasanya lebih baik. “Are you addicted to being close to me?” menariknya dalam dekapan tanpa aba-aba, seperti biasa.

       Ciara mengangguk, selain alasan tadi, jujur saja apa yang Jeffandra ucapkan itu adalah fakta yang tidak bisa Ciara elakkan. Mengalungkan tangannya di leher, "Kamu berhasil bikin aku nyaman bahkan sebelum kamu resmi jadi Kakak aku.”

        Jeffandra tersenyum skeptis. Gadis itu sangat-sangat manis—seperti pengakuannya. “Princess want to sleep now?”

        Ciara mengangguk, memperagakan menguap lalu tidak lupa juga dengan nadanya, “Ngantuk,” agar Jeffandra cepat ikut ke kamar miliknya dan Ciara bisa tidur tenang dengan memeluk cowok itu nantinya. Ah... Ciara jadi ingat sang Kakak.

      “Wait.” Jeffandra membuka hoodie hitamnya, menyisakan kaos putih polos di tubuh huggable-nya. “Udah.” cowok itu lalu berjalan di belakangnya dan dengan tenang mengikuti langkah Ciara menuju kamarnya.

       Ciara lebih dulu memasuki kamarnya dan Jeffandra seperti biasa, cowok itu akan berdiam di ambang pintu lalu memperhatikan setiap pergerakan putri Antonio, menunggunya yang mengundang masuk meski sebenarnya Jeffandra berhak untuk langsung masuk. But not, Jeffandra ingin melihat bagaimana gadis itu menyambutnya.

        “Sini, Kak!” Dan ya, dia benar-benar mengundangnya. Gadis itu menepuk tempat di sampingnya agar Jeffandra segera menghampirinya—oh bukan; memenuhi undangannya. Tidak sadarkah jika hal itu sangat-sangat memancingnya?

       Jeffandra menarik senyum tipis lalu mengabulkannya.

        Ketika Jeffandra sempurna berada di sampingnya, Ciara memintanya berbaring disusul Ciara yang langsung memeluk tubuhnya. "Aku sebenarnya enggak phobia gelap. Tapi aku selalu takut kalau harus sendirian dalam gelap,” ujar Ciara terus terang. Oh... jadi karena itu dia memintanya menemani? “Biasanya bakal ada Papa yang gantiin tugasnya Kak Gio, tapi dia enggak bisa lagi karena Mama Bleza prioritasnya sekarang.” Ciara menatap matanya, merasa tidak enak hati sekaligus senang sekali karena Jeffandra menerima ajakannya dengan mudah. Who wouldn't? Itu tawaran menarik yang tidak boleh disia-siakan. “Kamu gak papa kan kalau harus nemenin aku?”

      Dan Jeffandra, berbanding terbaik dengannya, cowok itu menyukai kegelapan. Gelap seperti yang selalu mengikutinya, gelap seperti pribadinya, gelap seperti jiwanya. “Sure.” Membalas tatapannya, dalam, Jeffandra mengeratkan peluk agar Ciara semakin rapat dengannya. “With pleasure, Baby.”

       Jeffandra bisa merasakan kepala gadis itu bersandar di dadanya dengan nyaman selepasnya.

      And yeah..., we will see how Jeffandra uses her luck.

***
     

27 Juli 2024.

JEFFANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang