BAB 4

142 5 0
                                    

       Mamanya membohonginya, ketika  Jeffandra menanyainya kembali perihal lamaran yang wanita itu sebut, Bleza mengaku jika dia memang dengan sengaja memperdayai Jeffandra. Bleza terus terang jika dia tidak akan bisa mengambil simpati putranya jika tidak melakukan hal tersebut. Dia tidak akan bisa membawa Jeffandra sampai ke tempat ini jika tidak melakukannya. Bleza akui rencananya sangat matang sehingga Jeffandra mampu mengalah saat ia bersikukuh meminta persetujuannya, tapi rencana lain telah tersusun dengan rapi di kepalanya sehingga hal-hal kecil yang memungkinkan segalanya gagal, semua itu bisa ditepis dan segalanya akan berjalan dengan baik seperti keinginannya. Jeffandra sangat marah begitu mengetahuinya, jelas tersinggung karena sang mama mempermainkan perasaannya. Oh... fine, Jeffandra akui mamanya cerdik mengelabuinya. Jeffandra bahkan tidak terpikir di saat hanya mengabulkan semua ingin Blezalah yang ada di kepalanya oleh pengharapan yang wanita itu tunjukkan dengan amat sangat padanya. Bleza sepertinya cinta mati pada harta Antonio sehingga menyusun strategi serapi ini.

       “Kamu ternyata di sini, Kak.” Rumah megah Antonio memiliki ruangan khusus untuk memanah, ruangan yang gelap, tapi menarik bagi Jeffandra untuk menandainya. Ketika anak panah yang Jeffandra lepaskan melesat tepat di lingkaran sejauh pandangan tajamnya, kepalanya menoleh ke sisi, kemunculan putri Antonio di belakangnya seakan membuat emosi sempurna Jeffandra semakin sempurna. Menyampingkan busur di genggamannya, dalam satu detik, Jeffandra berhasil membawa Ciara jatuh di tubuhnya selepas menarik tangannya dengan kencang. “Papa sama Mama minta kita untuk temuin mereka,” tapi rupanya, gadis cantik ini tidak terintimidasi sama sekali meski pun keadaan yang melibatkan keduanya sangat intim. Dia bahkan tidak terusik sama sekali oleh dada Jeffandra yang naik turun dan napas menggebu milik cowok itu yang berhembus keras di hadapannya, dia malah tersenyum dengan sangat-sangat tenang. “Mau foto keluarga, katanya.”

       Jeffandra masih belum mengendalikan emosinya saat tangan Ciara yang bertumpu di dadanya naik, melingkar di lehernya sempurna. “Kamu mau kan, Kak?” senyumnya tertarik lagi, oh bukan—dia tertawa. “Enggak mungkin enggak mau, sih,” akal sehat Jeffandra mulai terkikis sedikit demi sedikit saat arah matanya hanya tertuju pada bibir gadis itu, yang tidak akan gagal menggodanya karena jarak mereka yang dekat sekali. “Karena sehabis jadi bagian keluarga ini nanti, dokumentasi bakalan jadi rutinitas setiap hari.”

    Jeffandra tidak terkendali. Ketika putri Antonio beranjak, memintanya untuk segera mengabulkan ajakan sebelumnya, Jeffandra melingkar tangan di dadanya sehingga Ciara kembali ke pelukan cowok itu. Jeffandra juga melingkarkan tangannya yang lain di pinggang gadis dalam dekapannya sebelum menghirup dalam-dalam aroma tubuh Ciara hingga membuat Ciara sedikit bergidik karena Jeffandra mengembuskan napas tepat di tengkuknya. “Kita jadi kayak orang yang mau dansa, deh. Kamu mainnya tarik-tarikan terus.”

     “I can if you want.” Ciara sekali lagi bergidik, Jeffandra berbisik serak dan embusan napas cowok itu kali ini berembus di telinganya.

     “Sure.” Ciara menjawab selagi berbalik, merenggang dekap seseorang yang berjanji untuk menjadi Kakak yang baik untuknya itu, menangkupi pipinya dengan tangannya yang kecil. Tapi enggak sekarang.” Ciara menekan tangkupannya sehingga pipi kanan dan kiri Jeffandra sempurna menggembung. “Papa sama Mama pasti udah nunggu.”

      Jeffandra kali ini melepaskannya. Apakah pemilik nama Ciara Clarissa itu tahu, selama ini tidak ada yang pernah menyentuh Jeffandra seleluasa ini, siapa pun itu yang Jeffandra kenali. Tidak ada yang berani mendekatinya apalagi menyentuhnya secara terang-terangan seperti ini. Perlu Jeffandra tekankan, seandainya Jeffandra menerima masuk seorang perempuan untuk menjadi milik seutuhnya, Jeffandra tidak yakin akan ada yang seberani dan seluwes Ciara seperti dia dekat dan berinteraksi. Baiklah, Jeffandra akan melihat sampai mana putri Antonio itu mampu memanjakannya dengan sentuhan yang dia beri di tubuhnya.

***

      Atau sebaliknya? Sial, Jeffandra masih saja dengan pikiran tidak waras itu dengan mengikuti Ciara sampai di tempat yang bisa Jeffandra lihat terdapat Antonio dan Bleza di sana. Keduanya tengah saling menggenggami lembar demi lembar foto yang Jeffandra yakini adalah sample dari pemotretan tadi. Keduanya akan memilih mana yang cocok, who cares? Jeffandra tidak akan mau dilibatkan dalam hal ini jadi dia memilih keduanya selesai sampai menyadari kehadirannya bersama Ciara.

       “Oh... sudah di sini?” Antonio dengan keantusiasannya, “Maaf,” pria itu memperbaiki gelagat gugupnya. “Ayo segera berfoto.”

       Jeffandra sangat ingin untuk menolak ajakan Antonio jika bukan karena Bleza yang nampak memaksanya lewat isyarat kedua mata yang tidak bisa berbohong jika dia sangat ingin untuk Jeffandra mengabulkan inginnya. Jeffandra bergerak maju, ketika sang fotografer memastikan keempatnya dalam keadaan siap, Jeffandra sebisa mungkin mengikuti arahannya namun tidak dengan tersenyum. Penyempurna dan pemberi warna untuk foto, Jeffandra tidak peduli sekali pun dirinya akan menjadi yang paling mencolok di frame foto ini nanti.

       “Kita mau istirahat dulu,” mengangkat lengannya, isyarat selesai dari Antonio untuk si fotografer, pria dengan baret hitam dan kemeja putih yang menjadi juru foto itu menawarkan Antonio untuk melihat secara langsung hasil fotonya, namun Antonio menepikannya dahulu karena jujur saja kakinya pegal setelah berfoto sangat banyak dan bolak-balik menuju background lain dengan berkali-kali juga mengganti pakaiannya.

       Jeffandra memilih berpaling di saat Ciara tertarik untuk mengikut papanya dengan sang calon mama untuk ikut duduk beristirahat. Akan ada perbincangan menyenangkan yang pastinya sayang dilewatkan. Ciara juga tidak mau melewatkan momen-momen saat papa dan calon mamanya PDKT-an meski pun itu mustahil dipublikasikan secara terang-terangan. Tapi pastinya akan terlihat sedikit demi sedikit, kan?

       “Gak mau ikutan duduk?” Suara Ciara yang tidak diabaikan Jeffandra, cowok itu berbalik sebentar dan mengatakan jika dia tertarik tapi ingin menjelajahi seisi rumah ini dulu sebagaimana Ciara memperkenalkan setiap sudut demi sudutnya beberapa jam lalu. Itu adalah kebohongan besar daripada Jeffandra yang sebenarnya sangat-sangat enggan untuk bergabung di meja yang sama bersama Antonio lagi. Apalagi mendengarkan perbincangan penuh kemunafikan antara dua orang yang katanya akan menikah sebentar lagi itu.

        “Nanti kita ketemu lagi setelah aku puas ngobrol di sana.”

        “Sure,” hanya senyum yang tipis sekali ketika telunjuknya menyentuh anak rambut putri Antonio, menariknya pelan lalu menggulungnya. “Princess Cia.”

***

       Jeffandra menyandar punggungnya dengan santai di kursi dekat kolam jernih besar milik Antonio, itu ada di bagian belakang rumahnya dan Jeffandra terlihat menikmati sekali kesendiriannya bersama udara segar yang berembus di sana dan pemandangannya. Moodnya membaik, Jeffandra juga dapat menahan dirinya kali ini untuk menghilangkan kebiasaan merokok di saat frustasi dan gusar. Tangannya tidak menyentuh sama sekali benda berbahan tar dan nikotin yang membuatnya candu itu. Artinya, kondisinya memang sedang membaik dan mungkin sebentar lagi sempurna membaik. Oke itu berlebihan, untuk hari ini, Jeffandra mungkin lebih pantas menyebutnya begitu.

    Ciara mengunjunginya, gadis itu benar-benar menepati janji. Jeffandra dapat melihatnya datang dengan dua jus di genggaman tangannya. Lebih intens menatapnya saat dia duduk, seperti bukan lagi pertanyaan bagi Jeffandra mengapa raut mendung dan murung itu yang kini menghiasi wajahnya. Jeffandra juga mendengarnya menghela napas dengan sangat panjang. “What makes you like this, Princess?”

      Ciara menghela napas sekali lagi lalu memejam. “Kamu tau gak sih, Kak? Fotografer tadi, masa foto-foto kita tadi enggak ada satu pun ketemu di galerinya?!” mengembuskan napasnya dengan benar-benar keras. “Pasti gak sengaja kehapus pas dia bersihin foto-foto yang gak bagus. Teledor banget, kan?”

       Jeffandra perlahan menarik senyum, itu senyum paling lebar dan paling niat yang Jeffandra tarik hanya kali ini. Perfect, Jeffandra memang tidak akan benar-benar berkontribusi dalam keluarga ini.

***

24 Juli 2024.

Jeff so impresif<3

      

JEFFANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang