BAB 13

95 5 0
                                    


        “Demi apasih, Cia? Kok bisa sih lo sama Jeffandra?” Kelaya dengan ketidak habis pikirannya. Gadis itu masih syok saja ketika tiba-tiba Jeffandra muncul di hadapannya tadi. No, sebenarnya Kelaya sempat kegeeran cowok itu datang untuknya, meski pun Kelaya sambil gemetar di tempatnya. Namun ketika perbincangan melibatkan Jeffandra dengan Cia, Kelaya tahu jika alasan cowok itu muncul bukanlah untuknya, tapi untuk seseorang yang Kelaya ajak berkenalan saat itu hingga keduanya resmi menjadi teman, untuk Ciara Clarissa. “Lo punya hubungan apa sama dia?”

        Ciara sebentar mengembuskan napas setelah menjauhkan choco drink dari bibirnya, pertanyaan Kelaya membuat bola matanya berlarian. Keduanya tengah berada di kantin utama sekarang. Kelaya yang mengajaknya ke sini setelah jam pertama selesai, gadis itu katanya butuh ditemani dan ingin mengobrol banyak hal.

         “Aku .... ” Ciara dalam kebingungan, dia kemudian mengingat ucapan Jeffandra ketika di depan teman-temannya beberapa jam lalu. “Pacarnya Kak Jeffandra.” Benar begitu, Ciara mungkin juga harus mengungkapkan hal yang sama karena bukan tidak mungkin jika ketiga temannya Jeffandra itu bisa ada di mana-mana. Orang obsesif biasanya penguntit.
 
         “Eh....” Ciara terkejut, Kelaya tiba-tiba terbatuk setelah pernyataan itu terlontar dari mulutnya. “Kamu enggak papa?" Ciara sudah beranjak barangkali Kelaya membutuhkan bantuannya. Membuatnya kembali duduk, Kelaya mengangkat tangannya dan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.

        Setelah keadaannya lebih tenang, Kelaya kembali mengangkat pandangannya pada Ciara, masih dengan menolak percaya pada apa yang gadis itu katakan sebelumnya. “Lo beneran serius pacaran sama dia? Lo enggak takut?” Oke mungkin Kelaya lebay, reaksinya saat terkejut tadi persis sekali dengan adegan di film-film. But this is about Jeffandra, siapa yang tidak gemetar saat nama itu disebut?

        “Kenapa harus takut?” Ciara benar-benar dengan kebingungannya. “Kak Jeffandra orangnya baik, kok.”

        Kelaya menggeleng. “Tau dari mana lo kalau dia orangnya baik?”

         “Karena kita deket?”

        Kelaya mendengkus, sekarang dia mulai kesal pada Ciara karena kepolosannya. “Deket aja gak bisa jamin lo tau gimana sikap aslinya, Cia....”

         “Ya... sejauh aku kenal sama dia, itu impression aku yang sejujurnya.”

         “Seberapa jauh?” tanya Kelaya lagi-lagi.

         “Baru-baru ini, sih, sebenarnya.”

         Tuhkan! “Jeffandra tuh gak beres kalau lo mau tau!” Kelaya di sini menegaskan padanya untuk berhati-hati pada cowok itu. Ciara mungkin bukan tipikal cewek yang polos sekali dan mudah dibodohi, tapi siapa pun itu menurutnya akan dengan mudah jatuh ke dalam jeratan Jeffandra jika dia lengah.

         “Kenapa kayak gitu?”

        Kelaya mendesah berat, ternyata ditanyai terus-menerus menyebalkan juga. Dia jadi harus menjelaskan dengan detail setiap perkara agar Ciara mempercayainya. “Gini,” Kelaya berganti ke mode kalem, tapi mata gadis itu yang menatap intens tidak bisa membohongi jika dia sedang merasa gelisah. “Jeffandra itu enggak laku. Seumur hidup gue sesekolahan sama dia ... enggak ada satu pun cewek yang mau ngejar dia. Dia itu enggak ada yang mau.”

        Kening Ciara mengernyit dalam, entah apa untuk yang itu Ciara tidak bisa percaya. “Masa, sih?”

         Ah... gagal. Kelaya menggaruk kepalanya, Ciara sepertinya tidak percaya. Gadis itu memang bukan cewek yang gampang dibodohi ternyata. Kelaya malu sekali kalau sampai Ciara tahu tujuannya berbicara seperti itu bukanlah untuk menakutinya, tapi karena Kelaya takut makin tidak punya harapan untuk memiliki Jeffandra.

JEFFANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang