BAB 10

118 6 0
                                    

 
       “Sini.” Jeffandra membuka kakinya, meminta Ciara yang kembali duduk di sampingnya agar beralih di cela yang dia beri. Jeffandra menepuknya, mempersilahkan. Membuatnya menarik senyum, karena Ciara dengan sangat luluh menuruti permintaannya. Maka dengan sangat damai, Jeffandra mengulur tangan, melalui bahu gadis itu sehingga posisinya persis memeluk. Jemarinya mulai menari di atas tuts, bernyanyi tak hanya lewat alunan merdu piano, tapi dengan hati. Sambil sesekali menatap dalam pada Ciara, ini untuknya. Jeffandra tidak akan mengatakan ini adalah inisiatifnya untuk membuat perasaan rindu Ciara pada Gio sedikit terobati, Jeffandra sendiri tidak pernah merasa ingin seseorang masuk ke dunianya sehingga orang itu tahu sesuatu yang tidak seharusnya diketahuinya. Jeffandra tertutup soal kemampuannya, Jeffandra tidak pernah terus terang pada seseorang tentang apa yang disukai dan tidak disukainya. Hanya hari ini, itu pun bertolak belakang dengan egonya. Egonya bilang tidak, tapi hatinya bilang iya.

        Dan apa, ini bahkan pertama kalinya Jeffandra mengusai lagu dan terasa hidup di dalamnya di saat pikiran-pikiran kacau sebelumnya benar-benar membuat entakan yang keras di kepalanya. Rumah yang menjadikan emosinya meledak-ledak ini juga sebelumnua berpotensi sama. Namun entah kenapa, di ruangan yang gelap bersama gadis di pangkuannya ini, Jeffandra dapat menikmati setiap nada yang masuk ke indra pendengarannya. Menikmatinya dengan baik.

        Hingga jemari miliknya tak lagi menari, tanda lagu telah usai. Jeffandra kembali menujukan tatapnya pada Ciara yang detik itu juga menatapnya. Dengan senyuman teduhnya yang candu. “Suka dengan lagunya?”

        “Suka.” Ciara mengangguk pada Jeffandra yang mendaratkan tumpu di bahunya. “Tapi Kak Gio enggak pernah minta aku duduk di pangkuannya kayak gini.”

       Jeffandra mendengkus. “Gue Jeffandra,-”

       Sebelum berhasil menyelesaikan ucapannya, Ciara sudah lebih dahulu menyela dan menyempurnakannya. “Bukan Gio.” Gadis itu sepertinya menggodanya, “Aku ngerti,” buktinya, dia tertawa setelah mengangguk meski pun dengan sangat singkat dan anggun.

        “Apa yang lo suka dari gue?” Alih-alih menormalkan ekspresi, Jeffandra melibatkan tanya. Seolah memang tidak ingin waktunya cepat berlalu, bersama Ciara di pelukannya. Katakan dia sialan, mengambil kesempatan dalam kesempitan, persetan. Mari memancing selagi mangsa lengah dalam sangkar.

       Ciara membuat pergerakan, bergeser hingga tidak lagi membelakangi Jeffandra, tapi berhadapan dengannya, duduk di pahanya. Ada yang mati-matian Jeffandra tahan sebanyak gadis itu usik dan menyamankan posisi duduknya. “Em... semuanya?”

        “Bagian yang paling lo suka dari 'semuanya'?” tanya Jeffandra lagi, seolah tidak puas dengan jawaban Ciara sebelumnya.

       Menggantungnya cukup lama, sengaja Ciara lakukan itu untuk lagi-lagi menatapi ekspresi Jeffandra. Ciara suka ketika cowok itu kesal karena dirinya menyinggung nama Gio tadi, Ciara melihat itu lagi di matanya dan dia merasa puas dengannya.

      Merasa cukup menertawakannya diam-diam, lalu kemudian melingkarkan tangannya di leher Jeffandra. “Your touch,” itu jawaban dari Ciara untuk 'bagian yang paling dia suka dari semuanya.'

      Jeffandra terdiam, entah apa, tapi cowok itu dibuat tidak bisa berkata-kata dalam waktu yang lama. Oh... pesona putri Antonio memang sialan. Dan dengan diam tanpa merasa terusik sekali dengan posisi keduanya sekarang, itulah yang Jeffandra suka darinya. The girl is hypnotizing.. Jeffandra rasanya haus untuk berbuat lebih.

       “Untuk dua orang yang bahkan belum benar-benar resmi jadi saudara kayak kita,” Jeffandra ikut melingkarkan tangannya di pinggang Ciara sehingga jarak keduanya menipis, “Apa gak terlalu cepat buat kita dekat kayak gini?”

JEFFANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang