BAB 19

102 7 0
                                    

       “Kak Jeff...!” Jeffandra menoleh ketika namanya disebut, sontak saja terkejut oleh setengah tubuhnya yang tiba-tiba dipeluk Ciara, tanpa permisi, dan kepala gadis itu yang menyandar di lengannya. Harusnya tidak begitu, kan? Jeffandra sendiri sudah tahu, Antonio yang mengatakan jika gadis itu suka bermanja. Bukan kecanggungan, harusnya Jeffandra bisa mengimbanginya. Seperti kata Antonio pula, Jeffandra harusnya memanjakannya. “Sebelum pulang, anterin aku ke suatu tempat dulu, yuk? Aku mau beli sesuatu,” pinta Ciara tersenyum, mendongakan kepalanya untuk menatap Jeffandra, tangannya yang lain menggenggami tangan cowok itu.

        Jeffandra bergeming. Meski pun diantar oleh Antonio tadi, dia akan tetap mendapati mobilnya di halaman depan sekolah. Pria itu memiliki banyak asisten, tentu bukan hal yang sulit baginya memahami sesuatu yang tak butuh waktu lama untuk berpikir itu. Antonio sudah pasti peka akannya. Maka dari itu, keinginan yang secara tidak langsung akan menjadi rutinitas setiap hari ini mau tidak mau harus menjadi tanggung jawabnya. Harus dikabulkannya dengan senang hati. “Kemana?” untuk Ciara tentu saja.

        “Nanti aku kasih tahu.” Jeffandra digantung, diminta untuk segera membersamai Ciara menuju mobil. Putri Antonio itu antusias sekali, Jeffandra tebak karena pernikahan papanya esok. Pasti itu alasannya. Jeffandra tidak mungkin keliru. 

         Jeffandra mencoba mengikuti kemana gadis itu membawanya pergi, mengarahkannya. Mobil berhenti atas intruksi Ciara tak berapa lama. Rupanya, gadis itu ingin ke pasar. Mungkin membutuhkan sesuatu atau mengganti barang-barangnya yang habis.

       Sebentar Jeffandra hening dalam diamnya, menatapi lalu-lalang di hadapan sana. “Gadis secantik lo ... ke tempat seperti ini?” sebelum menatap Ciara dengan serius, serius sekali.
 
       Ciara melepas seatbelt, tangannya menggenggam pintu. “Aku cuma manusia biasa kali, Kak,” sejenak tertawa oleh pertanyaan Jeffandra, pasti itu karena siapa papanya. “Gak ada salahnya, kan?”

         Jeffandra mengangkat bahu, itu Ciara anggap sebagai ‘tanpa debat’ pada pernyataannya barusan. Segera Ciara membuka pintu, turun, lalu menjelajahi pedagang yang akan dirinya kunjungi sesuai keinginan. Ciara ingin membeli makanan yang bisa memperbaiki moodnya. Sebenarnya, niat awal gadis itu ke sini hanya untuk membeli buah-buahan, sih. Tapi Ciara pikir, mubajir rasanya jika melewatkan makanan-makanan yang juga dijual di pasar. Ciara jarang pergi ke tempat seperti ini dan dia akan jarang juga bertemu makanan-makanan sederhana yang menurutnya punya rasa istimewa. Maka setelah membeli berbagai jenis buah, Ciara menghampiri pedagang kue untuk membeli kue-kuenya.

          “Kamu pasti bingung ya kenapa aku jadi jajan banyak?” Ciara mengajak bicara Jeffandra ketika pedagang kue yang dikunjunginya sedang ramai oleh banyak orang. “Sebenernya aku tuh gerogi, Kak. Karena Papa sama Mama bener-bener mau nikah besok, aku jadinya enggak bisa tenang.” Padahal yang akan menikah papanya dengan mamanya Jeffandra, bukan dirinya. “Aku juga enggak ngerti kenapa.”

           Jeffandra masih mencoba menanggapi dengan baik apa saja yang diucapkan gadis itu. Dia tahu, Ciara bersama kekalutannya, ketakutannya. Gadis itu khawatir akan sesuatu yang bisa saja terjadi di esok hari. Atau apa saja yang mungkin terjadi sebelum esok. Terlagi jika kembali mengungkit siapa pribadi Antonio. “Kalau gitu lakuin apa pun yang bisa membuat lo lebih baik.”

          Ciara senang, Jeffandra dapat melihat itu di rona wajahnya yang cerah setelah bibirnya berhasil tersenyum oleh kata-katanya. Jeffandra menenangkannya? Oh ghost... itu bukan sekali dirinya. Pengalihan mungkin lebih baik untuk menggambarkannya. Agar cowok itu tidak terlihat tak terlalu peduli padanya. Agar Ciara benar-benar menilainya simpatik. “Kalau gitu tunggu, ya. Bentar. Bentar doang, kok.”

        Ciara harap ini tidak lama. Dan dia juga berharap Jeffandra tetap bersabar selama bersamanya. Karena sebenarnya, Ciara masih ingin lagi mengunjungi pedagang lain jika boleh. Tapi tunggu, tidak jadi, deh. Ini saja cukup. Ciara tidak enak. Lagi pula juga, ini bukan keinginannya sekali. Semua makanan yang Ciara beli, belum tentu akan masuk ke perutnya habis. Semua itu hanya dicipta-cipta dan belum tentu Ciara coba.

JEFFANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang