[Bonus Chapter] Guilty As Sin?

37 3 0
                                    


Tristan

Lo pernah nggak sih merasa bersalah sama seseorang sampai lo nggak bisa menceritakan hal itu kepada siapa pun? Gue pernah. Dan perasaan bersalah itu semakin menggerogoti gue karena berhubungan sama orang tua gue sendiri.

Semuanya berawal sangat harmless. Karena waktu itu gue lagi liburan sekolah, gue bosan mampus di rumah dan iseng menelepon Opa yang saat itu masih kerja. "Opa, pulang jam berapa? Pingin main sama Opa."

"Opa nanti pulang jam 8 malam bareng Papa ya, Tan. Kamu lagi apa?"

"Lagi tidur-tiduran aja." Gue melempar-lempar bola tenis ke tembok dan menangkapnya dengan satu tangan. Gue ingat waktu itu kartu kredit gue disita bokap karena bulan lalu gue habis diskors gara-gara mengadakan pesta di kolam renang sekolah. Mendadak bokek bikin gue nggak bisa main ke mana-mana. Lagian di waktu liburan gini, teman-teman gue mana ada yang mendekam di Jakarta kayak gue. Kafka saja sudah diboyong ke Milan dan nyokapnya dan nggak akan balik sampai bulan depan. "Opa, cepetan pulang, dong. Aku kangen sama Opa. Opa kangen sama aku, nggak?"

"Kangen, lah. Kangen banget." Opa suka ketawa kalau kami sudah jadi romantis begini. Gue paling geli melihat orang pacaran dengan gaya mendayu-dayu, tapi gue sendiri sering melakukannya bersama kakek-kakek. "Habis ini kita main ya, Sayang."

"Opa tahu nggak aku sayang sama Opa?"

"Tahu, dong. Opa juga sayang sama Tristan."

"Aku lebih sayang Opa daripada Papa."

"Nggak boleh begitu, Nak. Kamu harus tetap lebih sayang sama Papa. Kan, Papa orang tua."

"Nggak mau. Aku maunya yang jadi papa aku Opa."

"Kan, Tristan papanya baik. Masa nggak sayang sama Papa?"

"Baik gimana? Nyebelin, gitu. Aku nggak mau punya Papa."

"Tristan, nggak boleh ngomong kayak gitu." Nada Opa mendadak berubah tegas. "Opa nggak mau main sama Tristan kalau Tristan ngomongin Papa kayak gini. Tristan harus bilang dulu ke Papa kalau Tristan sayang Papa. Baru Opa mau main sama Tristan."

"Idih, najis! Nggak mau, ah!"

"Yaudah, kalau gitu Opa nggak mau main sama kamu."

"Yah, kok Opa kayak gitu, sih?" Gue gagal menangkap bola yang gue lempar ke tembok hingga bola itu menghantam koleksi Lego gue di atas meja. "Opa nggak sayang aku?"

"Nggak, soalnya Tristan nggak sayang Papa. Tristan harus bilang sayang sama Papa dulu, baru Opa sayang lagi sama Tristan."

Belum sempat gue membalasnya, Opa sudah mematikan telepon kami. Gue meneleponnya berkali-kali tapi nggak ada satu pun yang ia angkat. Bahkan sekretarisnya pun menolak menyambungkan telepon gue untuknya dan hanya menitipkan pesan kalau Opa hanya mau bicara sama gue kalau gue sudah bilang sayang ke bokap. Yaelah, males amat!

Gue menghubungi telepon bokap. Hanya Opa yang bisa bikin gue melakukan hal paling memalukan ini.

"Halo, Pa?"

"Nggak boleh."

"Apaan sih tiba-tiba ngomong nggak boleh? Aku ngomong aja belum!" Tuh kan, gimana gue pingin sayang sama orang ini kalau belum apa-apa dia sudah menghancurkan mood gue? "Nanya dulu kek, aku nelepon mau ngapain. Tiba-tiba langsung jawab nggak boleh aja!"

"Jawaban paling aman buat kamu itu nggak boleh!" serunya. "Kamu mau apa? Kartu kreditmu Papa balikin? Jangan mimpi."

"Aku cuma mau bilang...." Dan Opa masih bingung kenapa aku lebih sayang Opa dibanding Papa? "Aku sayang Papa."

"...."

".... Pa?" Kok, dia diam aja? "Udah, ya."

".... Habis ngapain kamu?"

"Maksudnya?"

"Kamu diskors lagi? Dikeluarin kamu dari Preston?" Nada menuduhnya makin tinggi. "Bikin masalah apa lagi kamu, Tan?! Nggak capek kamu bikin Papa pusing? Kamu pingin Papa cepat mati, kan?!"

"Mau bikin masalah dari mana?! Aku aja lagi libur sekolah! Papa kenapa sih suka banget tiba-tiba nuduh aku yang jelek-jelek?!"

Lo pernah nggak sih berurusan sama orang yang selalu bikin hati lo bergemuruh sama emosi karena responsnya? Yang bikin semangat lo mengerucut karena mendapatkan respons terlalu serius dan mengkritik padahal apa yang lo sampaikan tuh hanya bercanda atau pikiran sekelebat yang lo sampaikan untuk mencairkan suasana? Itu yang gue rasakan tiap kali ngobrol sama bokap. Contohnya kayak sekarang. Gue baru ngomong halo sudah dituduh, sekarang gue bilang sayang malah diomelin. Maunya apa, sih? Bokap maunya gue bikin masalah terus?!

"Gimana Papa nggak suka nuduh kamu kalau ada aja ulah kamu yang bikin Papa pusing! Sekarang nggak ada apa-apa, tiba-tiba kamu nelepon buat ngomong sayang ke Papa. Pasti ada udang di balik batu, kan?! Habis ngapain kamu?"

"Nggak ngapa-ngapain! Aku di rumah aja dari pagi! Kan, kartu kredit aku disita Papa, aku nggak punya duit buat pergi-pergi!"

"Kayak Opa nggak pernah diam-diam ngasih duit jajan buat kamu aja! Kamu pikir Papa nggak tahu?! Papa udah bilang berkali-kali ke Opa buat jangan manjain kamu, karena kamu anaknya nggak bisa dikasih hati!"

"Kenapa jadi panjang begini, sih?! Pa, aku cuma bilang aku sayang Papa!"

"Dan Papa nggak percaya! Kamu pasti habis—"

"Oh, yaudah kalau gitu!" Memang bokap pikir dia aja yang bisa menghancurkan mood seseorang? Pakai bawa-bawa Opa segala, pula! Bokap nggak tahu apa kalau nggak ada Opa, gue lebih pilih mati daripada jadi anaknya! "Memang aku nggak sayang sama Papa! Aku nelepon Papa karena dipaksa Opa buat bilang sayang ke Papa! Aku nggak pernah sayang sama Papa! Aku pinginnya jadi anak Opa, bukan Papa!"

BACA FULL SECARA GRATIS DI GWP, YA! :)

Hai, Guys! Karena naskah ini sudah diakuisisi oleh penerbit Kompas Gramedia, maka naskah Farewell, Neverland! hanya bisa dibaca di website GWP, ya!

Read full for free on GWP:

https://www.gwp.id/story/136113/farewell-neverland?q=

Kalau kalian buka di laptop, tinggal pencet external link aja nanti langsung diantarin ke situs GWP.

Kalau kalian buka di laptop, tinggal pencet external link aja nanti langsung diantarin ke situs GWP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Farewell, Neverland! [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang