The Twenty-One-Year-Old Virgin

195 17 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Athina


"Tina!"

Aku berhenti mencoret-coret organizer warna oranye-ku dan menaruh buku kecil hadiah dari sahabatku, Mickey, di atas paha karena subjek yang membelikan buku ini sedang berlari-lari kecil menghampiriku yang sedang duduk di bangku-bangku selasar kampus, di sebelah coffee cart. Aku membalas lambaian tangan Mickey dan bergeser agar sahabatku bisa duduk di sebelahku.

Mickey menaruh tas ranselnya di antara kami lalu memberikan sebuah paper cup untukku. "Peach tea."

"Bless you." Aku menerima paper cup berisi minuman dari surga itu dan menyesapnya sedikit. "Fuuuh, tahu aja lo, kalau gue belum ketemu peach hari ini."

"Eh, kemarin lo cabut kelas pagi, ya? Pas gue samperin lo di kelas, lo nggak ada." Kami sama-sama mengambil jurusan Bisnis di Preston, tapi kelas kami nggak semuanya barengan.

"Yah, biasa, lah."

"Tristan bikin ulah LAGI?"

"Pertanyaan lebih tepatnya, kapan Tristan Khevandra nggak bikin ulah?" Mickey dan aku sudah bersahabat sejak semester 1, makanya dia sudah hafal sama kelakuan ajaib Tristan. "Tristan nyopotin ban mobil guru olahraganya kemarin, jadi harus diskors dua hari."

"Terus, lo langsung nyamperin dia ke SMA Preston? Untung kampus kita deket sama sekolah dia, jadi lo tinggal ngesot."

"Ngesot apanya, Mik? Walaupun deket, tetap aja gue harus lari-lari ke parkiran karena nggak mungkin gue jalan kaki ke sekolah dia."

Mickey meringis mendengarku memanggilnya dengan 'Mik'. "Gue harus ngasih tahu lo pakai cara apa lagi supaya lo berhenti manggil gue dengan 'Mickey'?"

"Nyerah aja. Mau lo tegur gue pakai cara apa pun, buat gue nama lo itu 'Mickey'."

Nama aslinya Mickey itu Michael. Waktu pertama kali kenalan, ia memintaku untuk memanggilnya dengan 'Mike'. Tapi, menurutku nama panggilan itu nggak cocok buat Mickey yang mukanya baby face. Badannya juga termasuk mungil untuk ukuran cowok. Makanya waktu ia menyuruhku memanggilnya dengan 'Mike', aku bertanya apakah aku boleh memanggilnya dengan 'Mickey' karena nama itu lebih cocok untuknya yang gemesin.

Aku menenggak peach tea-ku sampai hanya tersisa setengah. "Heran gue. Tristan nggak bisa apa nggak bikin satu rumah khawatir sebentarrrr aja?"

"Yah, kalau Tristan bisa berhenti bikin lo khawatir, lo nggak akan perlu gonta-ganti organizer secepat ini, kan?" Mickey mengambil organizer-ku dan membuka-buka isinya. "Sebentar lagi halamannya aja udah mau habis. Isinya Tristan, Papa, Opa, Tristan lagi. Biarin mereka ngurusin diri mereka sendiri kenapa, sih? Mereka udah pada gede. Atau bagi-bagi tugaslah sama Tristan. Dia bukan anak kecil lagi."

Farewell, Neverland! [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang