Cora melihat layar ponselnya sekali lagi untuk memastikan alamat yang ia tuju benar. "Beneran di sini?"
Gadis itu melhat sekelilingnya, mungkin saja ia salah dan terdapat bangunan lain di sana. Tapi sejauh mata memandang, matanya tidak menemukan apa pun. Setelah meyakinkan diri ia membulatkan tekatnya untuk melangkahkan kakinya memasuki cafe di depannya, cafe yang belum lama ini ia datangi bersama Karina.
Ketika membuka pintu cafe aroma yang pertama kali ia cium adalah aroma kopi yang tidak disadari nya saat pertama kali ke sana. Aroma yang menurut Cora cukup enak dan menenangkan.
Hanya ada dua orang di sana, dan salah satunya tersenyum hangat seolah menanti kedatangannya. Cora berjalan mendekat, kali ini ia bisa dengan jelas melihat wajah kedua orang tersebut, seorang lelaki berwajah bule dengan rambut keriting dan satunya lagi seorang gadis berambut hitam lurus yang diikat kuda. Namun, sesuatu lebih menarik perhatian Cora dibanding wajah cantik gadis itu, sebuah luka atau lebih tepatnya bekas jahitan di leher gadis itu membuat Cora bertanya-tanya bagaimana gadis itu bisa mendapatkan luka seperti itu. Cora pun bergidik ngeri.
Baru saja hendak menyodorkan ponselnya untuk memperlihatkan undangan yang ia terima, Stevany langsung menyingkirkan ponsel Cora dan berkata, "Tamu VIP, right?"
Kerutan tercetak jelas di dahi Cora, apa yang dimaksud dengan tamu VIP? tetapi setelah berpikir bisa saja yang dimaksud gadis dihadapannya in, ia menjadi tamu VIP karena mendapat undangan.
"Ikutin gue," ucap Stevany, jujur saja Cora sedikit kaget karena gadis dengan rambut kuda itu berbicara non formal kepada dirinya, tetapi rasa penasaranya lebih tinggi, jadi ia mengekori Stevany yang membuka kulkas dua pintu. Sesuatu lagi-lagi membuat Cora takjub, pintu lain terbuka dan menampakkan sebuah ruangan yang terlihat luar biasa
"Lo tunggu di sini dulu, bentar lagi dia sampai."
"Dia?" tanya Cora. Namun, tak lama kemudian ia mendapatkan jawabanya ketika dua orang pria memasuki ruangan tersebut. Setelahnya Stevany pamit undur diri karena ia memang tidak pernah ikut campur terkait misi yang dijalani Kanaka, Alan, dan Ethan. Ia hanya bertugas untuk mencari tamu VIP.
"Lo?" kaget Kanaka mendapati gadis yang sedari tadi ia amati tiba-tiba menjadi tamu VIP nya.
Cora bangkit dari duduknya, ia tiba-tiba berpikir ini adalah penipuan atau balas dendam karena ia mengatai pria itu kemarin.
"lah, lo mau kemana?" tanya Ethan.
"Kalian penipu kan?"todong gadis itu langsung. Sebenarnya kata itu sudah sering di dengar Kanaka, tetapi entah kenapa telingnya panas saat mendengarnya kali ini.
"Lo lihat ini." Kanaka menatap fokus tempat sampah yang ada di sebelah meja, ia berniat memamerkan kekuatannya kepada gadis itu.
Ethan dan Alan saling menatap, hal yang dilakukan Kanaka kali ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya ia tidak peduli jika orang lain percaya maupun tidak.
Cora hanya menurut dan memperhatikan apa yang akan dilakukan pria menyebalkan dihadapannya ini.
Setelah menatap tempat sampah itu Kanaka menggerakkan bola matanya ke samping dan berhasil membuat tempat sampah itu bergeser mengikuti gerakan matannya. Ia tersenyum bangga dan menoleh ke arah Cora. Namun, yang ia dapati gadis itu sibuk mengucek matanya.
"Lo kenapa?" tanya Kanaka sedikit panik.
"Kemasukan candi," kesal Cora.
"Jadi lo tadi gak lihat apa yang gue lakuin?" tanya Kanaka memastikan.
"Menurut lo?" Cora semakin kesal, bagaimana ia bisa melihat jika matanya kelilipan sesuatu, memangnya pria itu pikir mata kakinya bisa melihat. Alan menarik tubuh Cora menghadap dirinya dan menghentikan tangan Cora yang terus mengucek matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Destroyer
FantasyTak hanya punya kekuatan mengubah keberuntungan, tapi Kanaka juga memanfaatkannya untuk meraup kekayaan. Bersama tiga sahabatnya, ia menyelesaikan misi-misi berbahaya demi para klien yang haus keberuntungan. Namun, takdir memiliki rencana lain. Pert...