1. Pertemuan Singkat

21 15 0
                                    

Tahun 2024

"Belok kanan!" seorang pria dengan stelan serba hitamnya berlari sesuai intruksi melalui earphone yang bertengger manis ditelinganya. 

Bunyi tapak kaki terdengar begitu jelas di tengah malam, kesunyian dan bunyi cipratan air yang mereka injak menambah kesan menegangkan diantara dua orang yang kini saling mengejar di sebuah gang kecil.

Kanaka menatap tajam ke arah setumpuk sampah yang berada beberapa meter dari mereka, tanpa berkedip mata Kanaka bergerak kearah kiri, tumpukan sampah tersebut ikut bergerak seiring arah pupil mata Kanaka dan tepat mengenai pria berbaju coklat yang sedari tadi ia kejar.

Bunyi dentuman terdengar cukup nyaring, pria itu berguling beberapa kali hingga menabrak tembok di hadapannya dan kembali menimbulkan bunyi dentuman, Kanaka meringis membayangkan rasa sakit yang pria itu alami. Namun, tak berselang lama satu sudut bibir Kanaka terangkat, ia pun meniup poninya yang jatuh menutupi matanya dan menyisir rambutnya kebelakang dengan gaya songongnya.

Kanaka berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya tepat di hadapan pria tersebut. Pria itu menatap Kanaka tajam tanpa mau menyambut uluran tangannya. Kanaka kembali menarik tangannya karena tidak mendapat respon.

"Yaelah, sombong amat, udah baik juga mau bantuin."

Diam-diam pria itu meraih balok kayu yang tak jauh dari nya, Kanaka tertawa sinis dan dengan sekali lirikan mata, balok tersebut bergerak tepat mengenai wajah pria itu. Kanaka pun berjongkok berniat mengunci pergerakan lawannya.

"Sshhh!" Kanaka mendesah pelan ketika ujung pisau tajam menggores pipinya, pria itu dengan cepat mengambil kesempatan dan berlari menjauhi Kanaka.

"Lo kenapa?" suara panik terdengar dari earphone yang dikenakan Kanaka.

"Gores dikit," jawab Kanaka, ia segera berlari mengejar pria yang baru saja melarikan diri darinya.

"Arah jalan utama dekat City hotel," kembali terdengar arahan dari earphone.

Kanaka berlari cepat ke arah setumpuk kardus yang tak jauh darinya untuk menjadikan kardus tersebut pijakan, dengan lihainya Kanaka kini sudah berada diatas dinding pembatas yang membatasi jalan. Ia kembali tertawa sinis ketika pria itu berlari ke arahnya tanpa sadar bahwa orang yang dihindarinya sedang bertengger manis di atas dinding.

Dalam sekali lompatan Kanaka kini berada dihadapan pria itu, karena panik melihat kanaka pria tersebut langsung memutar tubuhnya dan berlari menghindar. Namun, sialnya bukannya berhasil kabur dari Kanaka ia malah menabrak seorang gadis yang baru saja keluar dari Taxi.

Bukannya meminta maaf, ia malah berdecak kesal dan kembali berlari ketika melihat Kanaka berjalan santai ke arahnya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Btw, lo ngapain cape-cape ngejar, kan lo bisa gunain kekuatan lo." seseorang di sebrang sana seakan teringat sesuatu.

"Formalitas." Kini tatapan Kanaka berubah serius, tampaknya ia sudah muak bermain-main dengan pria tersebut. Dan benar saja, hanya dengan sekali lirikan tiba-tiba pria tersebut terduduk dilaintai, ia berusaha berdiri. Namun, kakinya tidak bisa ia gerakkan.

Ia semakin panik ketika Kanaka sudah berdiri dihadapannya, tidak ada lagi wajah tengil yang tadi ia lihat, melainkan wajah serius Kanaka dengan tatapan mata yang mengerikan, dan ia seperti melihat kilauan memancar dari kedua bola mata Kanaka.

"Polisi bentar lagi sampai."

Kilauan dari mata Kanaka seketika meredup, ia dengan segera mengunci pergerakkan pria tersebut. Tak berselang lama suara sirine polisi terdengar nyaring.

"Lo simpan dimana?" tanya Kanaka berbisik kepada pria tersebut.

"Di rumah," jujurnya. Ia heran sendiri karena apa yang keluar dari mulutnya tak sesuai dengan apa yang ia pikirkan, seakan-akan ada yang mengendalikan dirinya.  Seperti saat ini tangannya tiba-tiba bergerak mengambil ponsel Kanaka dan menuliskan sesuatu di sana.

"Nice!" girang Kanaka ketika pria tersebut menuliskan sendiri alamatnya.

"Alamatnya udah gue kirim," ucap Kanaka kepada seseorang yang sedari tadi berbicara dengannya melalui earphone.

"Oke, gue sama Ethan kesana, lo langsung balik ke markas aja."

Kanaka menyerahkan pria tersebut kepada polisi yang baru saja sampai, salah seorang petugas tersenyum ramah. "Terima kasih karena sudah membantu kami menangkap prnguntit yang akhir-akhir ini meresahkan," ungkap petugas tersebut.

"Tidak masalah, pastikan ia mendapat hukuman yang berat," ucap Kanaka menatap jijik pria yang baru saja ia tangkap, ia hanya tidak mengerti kenapa ada manusia seperti itu di dunia ini, ah sepertinya Kanaka terlalu baik menyebutnya manusia, karena ia tak lebih dari sekedar sampah.

"Tapi bisakah anda ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian?" tanya petugas lainnya.

"Tentu, tapi kalian duluan saja, saya akan menyusul."

"Baiklah."

Sepeninggalan polisi Kanaka berjalan ke arah seorang gadis yang sedari tadi menarik perhatiannya. Kanaka hanya tidak mengerti kenapa gadis itu sangat betah duduk di jalanan. Ia sama sekali tidak bergerak dari posisinya saat terjatuh karena ditabrak pria tadi.

"Lo gapapa?" tanya Kanaka ketika melihat gadis itu tampak seumuran dengannya.

Gadis itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun, bahkan menoleh pun tidak. Kanaka berjongkok di hadapan gadis itu dan barulah suara isakan terdengar dari bibirnya, air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Kanaka panik sendiri.

"Kaki lo gak patah kan?"

Gadis itu tetap tidak menjawab dan menatap ke suatu arah, Kanaka mengikuti arah pandangnya dan melihat seorang pria sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita di depan hotel. Kanaka menghela napas.

"Pacar lo?" tanya Kanaka.

Masih tidak ada jawaban. "Kalau itu pacar lo, samperin terus tampar, gue jadi supporter lo dari sini."

Gadis itu menggeleng. "Gimana kalau nyatanya gue yang jadi selingkuhan?" hanya beberapa kata itu yang keluar dari mulut gadis tersebut. Namun, sangat cukup untuk membuat Kanaka tercengang.

Kanaka pun berdiri, ini bukan urusannya dan ia sama sekali tidak tertarik untuk ikut campur. "Jangan lama-lama duduk di sana, ntar jadi makanan semut," ujar Kanaka. Namun, sebelum benar-benar pergi Kanaka melihat ke arah pria yang masih sibuk bercumbu, mata keduannya tak sengaja bertemu, dan entah kenapa Kanaka merasa jengkel melihat tatapan itu.

Kedua bola mata Kanaka kembali memancarkan cahaya dan tiba-tiba saja pria yang sibuk bercumbu tadi melepaskan cumbuannya karena tersedak saliva. 

🍀🍀🍀 

Ethan dan Alan tercengang melihat rumah yang baru saja mereka masuki, ini lebih terlihat seperti gudang.

"Lo sana yang cari." ucap Alan.

"Wahh!" gumam Ethan kagum. Alan dengan cepat memukul kepala Ethan untuk menyadarkan pria tersebut agar bergegas mencari barang yang mereka butuhkan sebelum polisi mengamankan rumah pelaku.

Kini mereka berdua berdiri di depan setumpuk barang yang membuat mereka meneguk salivannya. Alan menyodorkan sebuah foto. "Cepat cari!"

Dengan ragu Ethan mulai mencari di antara setumpuk pakaian dalam dengan sarung tangan agar sidik jarinya tidak tertinggal di sana, ia melempar asal pakaian dalam yang tidak sesuai dengan foto yang ditunjukkan Alan.

"Ketemu!" girang Ethan ketika berhasil menemukan barang yang mereka cari.

Ethan dengan cepat memasukkannya ke dalam pastik dan bergegas pergi dari sana sebelum polisi sampai, Ethan dan Alan bergidik ngeri melihat rumah pria tersebut dipenuhi pakaian dalam.

"Dasar pria mesum!" umpat Alan.

_________________________

Hai!!!        

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote dan komen, awas aja kalau jadi pembaca gelap...

see u....

Fate DestroyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang