Kanaka berdiri di depan mobilnya sembari melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 09.55. Sosok yang nanti masih belum menampakkan batang hidungnya.
"Tuh kan, dia itu pasti nipu lo Ka. Lo sih gampang banget ngasih uang segitu," ujar Ethan yang baru keluar dari cafe.
Kanaka tentu tidak menghiraukan ucapan temannya itu, ia yakin Cora bukanlah orang yang seperti itu. Bagi Kanaka, Cora adalah tipe manusia yang akan menepati ucapannya.
"Masih belum sampai Ka?" tanya Alan memasukkan dua roti dan dua kopi ke dalam mobil Kanaka. "Buat di jalan nanti," jelasnya ketika Kanaka menoleh melihat roti dan kopi tersebut.
Stevany keluar dari cafe sembari kesusahan mengikat rambutnya yang mulai memanjang. "Atau lo mau bareng gue aja?" Stevany menawarkan diri.
Kanaka kembali melirik jam di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 09.59. Sepertinya gadis itu memang tidak akan datang, Kanaka tidak akan berburuk sangka seperti Ethan, ia pikir mungkin gadis itu masih sibuk mengurusi neneknya di rumah sakit.
"Hoshh..hosh.." seorang gadis dengan skinny jeans hitam dan jaket kulit bewarna hitam berhenti di depan mereka dengan napas ngos-ngosan.
"Gue gak telat kan?" Bukannya jawaban, gadis itu malah mendapati tatapan dari semua orang yang ada di sana. Apakah ia berbuat salah? atau mungkin karena dirinya telat?
Tetapi bukan itu yang membuat mereka menatap Cora, melainkan penampilan gadis itu yang sangat berbeda dari yang biasa mereka lihat. Skinny jeans, jaket kulit bewarna hitam, dan rambut coklatnya yang di cepol asal.
"Dia siapa?" tanya Ethan pada Stevany yang berdiri disebelahnya.
"Cewek yang tadi lo bilang penipu," bisik Stevany.
"Kalian marah karena gue telat ya?" tanya Cora lagi karena semuanya masih diam menatapnya. Ia telat bukan karena sengaja, melainkan ia harus menunggu bibirnya yang dari Yogyakarta sampai, karena tidak mungikin meninggalkan nenek dan papanya begitu saja. Jika kalian penasaran kenapa Cora tidak meminta uang kepada bibinya? hal tersebut dikarenakan bibinya memiliki anak kembar yang tahun ini sama-sama masuk kuliah, bibinya juga bukan orang yang terlalu kaya, hanya berada di kelas menengah. Tentu Cora tidak ingin membebani bibinya dengan biaya sebesar itu.
"Ah? ehm...nggak kok." Kanaka membalas meskipun sedikit terbata. Penampilan Cora kali ini benar-benar membuatnya terpesona, mungkin bukan hanya dirinya, melihat bagaimana teman-temannya terdiam Kanaka yakin mereka juga terpesona.
Cora ikut terdiam melihat penampilan Kanaka yang mengenakan celana dasar bewarna hitam dan kemeja hitam dengan dua kancing di atasnya yang dibiarkan terbuka. Tentu berbeda dari Kanaka yang biasanya hanya mengenakan jeans dan baju kaus.
"Yaudah, yuk pergi sekarang," ajak Kanaka yang sudah membukakan pintu disebelah pengemudi untuk Cora.
Dahi gadis itu mengernyit. "Bukannya gue yang nyetir? kan gue bodyguard lo."
Kanaka menggulum senyumnya, ah sial! Kanaka bisa gila melihat Cora dengan penampilan dan ekspresi wajah yang ia tampilkan saat ini.
"Lo bodyguard gue, bukan sopir pribadi gue. Jadi lo cuma perlu lindungi gue dalam keadaan bahaya."
Cora pun mengangguk mengerti dan memasuki mobil dan diikuti oleh Kanaka, pria itu menurukan sedikit kaca jendelanya. "Nanti kalau udah dapat langsung gue share ke lo," ucap Kanaka pada Alan yang di balas anggukan.
"Dan lo, lo bantuin Ethan buat persiapan nanti." Kali ini Kanaka berbicara kepada Stevany.
"Persiapan? persiapan apa?" Ethan heran sendiri karena ia tidak tahu apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Destroyer
FantasyTak hanya punya kekuatan mengubah keberuntungan, tapi Kanaka juga memanfaatkannya untuk meraup kekayaan. Bersama tiga sahabatnya, ia menyelesaikan misi-misi berbahaya demi para klien yang haus keberuntungan. Namun, takdir memiliki rencana lain. Pert...