AMBISI 2

138 91 16
                                    

•••••

Paradoks orang-orang Indonesia, dari beberapa orang ahlinya membuktikan bahwa, orang-orang Indonesia banyak berbicara sedikit bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paradoks orang-orang Indonesia, dari beberapa orang ahlinya membuktikan bahwa, orang-orang Indonesia banyak berbicara sedikit bekerja. Tidak bisa di tampik bahwa artikel yang beredar di beberapa web lokal hingga luar negara memang fakta adanya, tidak hanya rakyat, pemimpin dan antek-anteknya pun begitu.

Jadi tidak heran jika banyak sekali kecurangan terjadi di mana-mana, baik itu di kota besar atau di desa bagian pendalaman.

Dan kini hal itu terjadi di sekolah menengah atas internasional Prabu Lima, di mana kasus yang merengut nyawa dari seorang putri dari orang yang kelas kehidupannya menengah ke atas itu terbengkalai hingga berbulan-bulan lamanya, hingga pihak sekolah mengambil jalan pintas agar nama sekolah itu tidak semakin tercoreng sedemikian rupa.

Sore itu di belakang bengkel tempat Puan bekerja, di bawah sebuah pohon  yang anginnya membuat sejuk dengan minuman dingin yang menghilangkan haus dahaga, para anggota Purbakala itu kini berkumpul setelah pulang dari sekolahnya hari ini.

“Ini jalan pintas sih untuk gue, kapan lagi coba gue punya kesempatan untuk kuliah ke luar negeri, malah di biayai lagi kehidupan gue, tentram banget pasti kan?”

Puan yang menyanggul tinggi-tinggi rambutnya itu terlihat cantik dengan beberapa baut-baut otomotif yang sengaja di bawanya dari bengkel untuk ia jadikan mainan seperti biasanya. Matanya menerawang jauh pada masa depan jika ia bisa mendapatkan hadiah beasiswa itu, bukan dari pemerintah namun ini dari pribadi kepala sekolah sendiri.

Siapa yang tidak tau jika Bastian Agrata itu adalah pemilik dari beberapa resort di Bali juga penguasa bisnis di ladang airport industri Indonesia, dan salah satu pejuang  yang sedang berjuang menyelamatkan tanah Papua dari kecurangan para pemimpin Indonesia yang tidak bertanggung jawab, pria itu memang tidak berjuang dari segi tenaga, tapi dari segi ia menolak bekerja sama dengan beberapa oknum, sudah cukup membuktikan bahwa ia membela tanah emas milik para suku pemilik kulit berlian hitam itu.

“Lo yakin ini jalan pintas buat mimpi lo? Atau jalan pintas untuk mempercepat kematian lo? Seperti yang lo tau Puan, ini bukan sebuah permainan mudah, ada nyawa yang harus lo pertaruhkan di dalamnya.”

Puan menoleh pada Rakai yang memandang tajam ke arahnya, mulutnya berkata demikian, tapi tatapannya berkata lain, ada kilat ambisi besar di sana.

“Gue tau, dan itu memang resiko bagi gue yang gak hidup seperti kalian, gue  itu beda, dari semenjak umur gue kecil gue harus tau cara untuk bertahan hidup, bukan kayak lo yang baru lahir langsung di sumpal dengan sendok emas, bukan juga kayak Dewa yang hidupnya udah di atur sedemikian rupa, bukan pula Yudha, yang hidupnya bebas tapi masih ada seorang ibu untuk tempatnya berpulang, atau Pitaloka yang hidupnya bagai putri raja, gue yatim piatu, dan kalian tau itu.”

PURBAKALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang