•••••
“Dalam tubuh kita, ada satu wujud yang selama ini selalu bersemayam di sana, Rakai.”
Alis Rakai melengkung ke bawah saat tak mengerti ke mana arah pembicaraan Azzura. Gadis itu meraih tangan besarnya, mengusapnya dengan pola-pola abstrak hingga membuat Rakai kehilangan fokus dan hanya memandang jari-jarinya.
“Rakai liat gue.”
Rakai mendongak, sedetik setelahnya ia tersentak saat melihat seorang nenek dengan wajah yang mengerikan ada di belakang tubuh Azzura. Ia ingin berteriak, ingin bergerak untuk menarik gadis itu ke sisinya, namun tubuhnya hanya berdiri kaku, mengeras seperti ada energi yang menahannya.
“Ini wujud yang di turunkan oleh Mama untuk kita, lo juga punya Rakai, bahkan di dalam tubuh lo lebih mengerikan dari apa yang lo kira.”
Tubuh Rakai menggeliat, tak nyaman seperti ada sesuatu yang akan ia muntahkan. Mulutnya terbuka lebar-lebar, dari sanalah wujud tanpa tubuh itu keluar. Hanya seonggok kepala yang melayang di hadapan wajahnya. Kepala yang terlilit sorban putih lusuh yang penuh dengan darah, dengan mata besar hitam yang membola.
Tubuh Rakai semakin kaku, tak menyangka jika selama ini dalam tubuhnya ada 'isi' berupa demit sialan yang sangat ia ragukan keberadaannya.
Suara decitan dari brankar Azzura terdengar, mata tajam Rakai bergulir pada gadis itu yang kini mendekatinya. Dalam jarak dua langkah kaki kecilnya, Azzura berdiri, dengan nenek buruk rupa bergaun putih itu melayang-layang di atas mereka.
“Alasan kenapa gue bisa ada di rumah sakit bukan karena gue sakit seperti kebanyakan manusia lainnya, gue mempertaruhkan nyawa untuk memanggil arwah para korban untuk melihat kehidupan mereka. Gue gak sekuat lo Rakai, sayang banget lo gak sadar selama ini.”
Mata yang sama persis seperti mata Rakai itu menyipit, saat lengkungan bibirnya naik untuk tersenyum.
“Jadi gue mohon, tolong bantu gue untuk menyelesaikan semuanya, karena hanya lo kuncinya Rakai, jangan khawatir, karena ini hanya sebentar, tiba pada waktunya gue akan pergi menghilang seperti apa yang lo dan Papa lo minta.”
•••••
Melaboh, Aceh Jaya, sebuah kota di penghujung Sumatra di mana isu terdengar bahwa orang-orang yang berasal dari sana adalah penganut ilmu hitam yang turun-temurun di gunakan ole keturunan darah asalnya.
Dua dari yang lainnya adalah Rakai dan Azzura. Azzura, gadis yang sering di panggil dengan sebutan Bom-bom itu pertama kali tau bahwa ada sesuatu di dalam tubuhnya saat kejadian ia di buang oleh Arok di sebuah desa pendalaman pinggir kota belasan tahun yang lalu.
Saat itu, ia masih sangat ingat. Arok mengatakan akan mengajaknya liburan di desa ke tempat yang paling Mamanya sukai. Pertengahan jalan di sore hari, Arok mengatakan ban mobilnya bocor dengan ekspresi wajah datar. Azzura ingat, kala itu Rakai yang tertidur dengan nyenyak selama perjalanan terbangun sembari mengucek matanya, pria itu bertanya pada Ayah mereka.
“Kenapa berhenti Pa?” tanya Rakai di kala itu.
Dengan lembut Arok menjawab, “ban mobil kita sepertinya bocor, bisa tolong kamu lihat sebentar?” tanya Arok yang Azzura lihat memandanginya dari kaca yang tergantung di depan kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURBAKALA
Teen FictionPurbakala Gang, suatu kelompok remaja yang ada di SMA bergengsi PRABU LIMA 02. Suatu hari di sekolah itu, terjadi insiden mengerikan di mana salah satu murid kebanggaan dan kesayangan kepala sekolah yayasan tersebut di temukan tewas di gudang. Beri...