"ngapain lo malem-malem ada disini?" tanya afan dengan sedikit tersulut emosi
devi menatap kedua manik mata tersebut dengan sendu, dirinya tidak sanggup mengingat kembali apa yang sudah terjadi sebelumnya.
"jawab."
"gue lupa arah jalan pulang, tas gue baru aja di jambret." bohong devi
"really?"
"yeah."
"rayen, anterin ni cewe pulang." perintah afan kepada sahabatnya yang sedari tadi hanya berdiri di sampingnya.
"jadi lo ngapain? kenapa gak lo aja?"
"gak usah, gue bisa sendiri! gue gak mau ngerepotin kalian." dengan cepat devi bangkit dari aspal "shh.. aw!" ringis devi hingga jatuh lagi di tempat yang sama.
"keseleo? siku lo berd4rah, pipi lo juga leb-"
"iya iya, fann! gue tau"
sekarang bukanlah afan yang menahan emosi melainkan devi, dirinya terlalu pusing sekarang pikirannya penuh dengan masalah yang selama ini harus ia pendam dalam-dalam.
"gue gak tau mau kemana malem ini" seraya mendunduk
"fan, mending lo bawa devi kerumah lo. dia aja gak tau jalan pulang rumahnya, apa lagi kita." saran Rayen yang merasa iba pada gadis di depannya.
Afan bingung dengan pilihan ini, apakah ia akan membawa devi pulang? seribu pertanyaan akan diberikan mamahnya, atau devi akan ia tinggalkan sendiri? agh afan tidak tega meninggalkan seorang gadis apa lagi kondisinya masih buruk seperti ini.
"gimana kalo devi kita bawa ke basecamp?" saran Afan yang langsung ditolak oleh Rayen.
"gil4 lo! disana cowo semua, fan!" ucapnya dengan nada tinggi "udah paling bener bawa kerumah lo malem ini" lanjutnya.
didalam hati, Afan ingin sekali men3ndang pria yang berstatus sahabatnya tersebut, mengapa harus dia? mengapa tidak Rayen saja?
"gak usah mikir aneh-aneh! gak mungkin devi gue bawa kerumah gue, nyokap gw lagi gak ada dirumah." seolah mengerti perasaan Afan
"udah deh! kalo kalian memang gak bisa bantuin gue yaudah! gue gak maksa" tangis devi pecah, ia tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi membendung
"dev, naik ke motor gue." ucap Afan yang beranjak kearah motornya.
"gue deluan." Rayen yang sudah siap dengan kendaraan melaju meninggalkan dua sejoli tersebut.
"tunggu apa lagi? ayok"
"bentar" usaha devi hanyalah sia-sia, beberapa kali ia mencoba berdiri tapi terjatuh lagi, sepertinya kakinya memang benar-benar keseleo.
"agh!" Afan mendes4h pelan dikala melihat devi yang sedari tadi terjatuh "lo benar-benar gak bisa berdiri?"
"maaf, ini bukan maksud gue. gue juga gatau kalo-"
grebb!
tanpa basa-basi Afan menggendong Devi ala bridal-style.
"untuk pertama kalinya gue gendong cewe" ucap afan didalam hati, seraya beranjak ke arah motornya
"ini beneran gue di gendong Afan? andai aja lea ngeliat ini semua, bisa-bisa mat1 gue kalo sampe rumah" ucap devi didalam hati.
kini devi sudah duduk di motor afan. ia sengaja tidak bersikap seolah tidak terjadi apa-apa takutnya jika Afan mengira yang tidak-tidak tentang perasaan devi terhadapnya.
"dingin gak?"
"enggak"
"huft! nih pake jaket gue" memberikan jaketnya yang barusan ia lepas dan diserahkan ke Devi