"afan! my son! wake up from bed!" di pagi hari terdengar ketukan pintu yang dibuat oleh mamah afan sendiri, pasal nya afan belum juga bangun dari tidurnya.
"aduh mah, ini hari minggu" terdengar suara afan dari dalam yang bisa ditebak afan masih belum beranjak dari tempat tidurnya.
"iya sayang mamah tau tapi bukan berarti kamu harus bangun siang'kan? mamah gak pernah lho ngajarin kamu jadi anak pemalas."
"huh!"
afan membuka matanya lebar-lebar. sungguh dia malas mendengar celotehan mamahnya pagi-pagi begini, memang sejak dulu orang tua afan mendidik dirinya supaya tidak menjadi orang yang pemalas. walaupun sebenarnya afan tidak malas untuk bangun pagi tetapi dikarenakan ulah devi semalam membuatnya susah tidur sehingga pagi ini rasa kantuknya malah menghantui seperti membisik ditelinga afan untuk kembali lagi ke ranjang yang empuk nan nyaman.
"afan? kamu denger mamah, nak?"
tok..
tok..
tok..ketukan kembali terdengar padahal afan sudah bangun dan sedang merapihkan tempat tidurnya tetapi sama sekali tidak ada niatan bagi afan untuk menjawab pertanyaan mamanya.
tok..
tok..
tok.."afan? kamu ga malu sama devi? dia udah bangun dari tadi lho, masa kamu sebagai tuan rumah malah bangkong." kembali membujuk afan.
afan yang sudah mendengar nama devi yang mulai disebut-sebut mamahnya pun memutar bola mata malas, lagi-lagi devi.
"iya mah! afan udah bangun dari tadi kok, cuman lagi ngerapihin tempat tidur aja" teriak afan dari dalam ruangan.
"makanya ngomong dong, sayang. yaudah mamah lanjut mau ke dapur kamu segera bersih-bersih plus parfum yang barusan mamah beli kemarin di pake, when you come out you have to be good looking okay?"
"ck! okay mom!"
"good." berlalu dari pintu nomor satu tersebut.
afan mengerti sang mama memintanya agar keluar kamar dengan keadaan good looking alasannya adalah devi, sifat mamanya kadang membuat lelaki ini geleng-geleng kepala.
__
"wow, kamu jago banget masaknya sayang."
"makasih tante, ini semua devi belajar dari bunda."
"berarti bunda kamu jago masak dong? kapan-kapan kenalin tante sama bundanya yah?"
"bundanya devi udah dipanggil sama yang maha kuasa tan."
seketika senyuman dari mama afan tersebut luntur saat mendengar kalimat yang barusan saja devi lontarkan.
"maaf sayang tante gak tau" merangkul devi
"gak papa kok, tan. devi juga udah terima sama semuanya" devi tersenyum tipis menatap mamah afan.
"yaudah sayang, devi bisa kok anggap tante sebagai ibu kamu, lagian jugakan devi ini calon menantu tante ya'kan?"
mendengar perkataan wanita paruh baya yang ada didepannya ini sedikit menggelitik perutnya, tante ini sangatlah lucu pikir devi.
"wah pada masak apa ini?"
mendengar ada suara kedua perempuan ini membalikkan tubuhnya dan mendapatkan papa afan yang sudah siap dengan pakaian kantornya.
"eh papah, ohiya papah belum kenalan kan sama devi?" seraya menuntun devi agar bisa berkenalan dengan suaminya.
"devi, om" menjulurkan tangan kanannya.
tanpa rasa ragu pria yang bisa diperkirakan usianya setengah abad tersebut membalas jabatan tangan dari devi seraya tersenyum.
devi secara langsung dibuat bingung dengan wanita yang ia sebut tante tersebut membisikkan sesuatu ke telinga suaminya yang tentu saja mustahil untuk devi dengar.