"sejak kapan lo punya handphone?"
"ini punya aza, bentar ya gue angkat telepon dulu." ucap devi sembari jari tangannya menggeser tombol berwarna hijau.
"hallo"
".."
"oh, malam ini?"
".."
"yaudah, jemput gue dirumah afan nanti malam"
".."
"iya gue dirumah afan, jadi nih ya jam delapan?"
".."
"iyaa, byee"
tutt!
"mau ada apa sama aza?" tanya afan yang memandang intens
"gue kerja, fan"
"kerja apa? lo yakin kerja sama tu cewe? kita tau aslinya orang itu aja enggak dev, mendingan lo batalin aja"
"gak mungkin gue batalin lah." bantah devi
_
jam dinding menunjukkan bahwa sekarang menunjukkan pukul 19:00, netra pria itu sekarang menuju pada gadis yang sedang berbalas pesan di benda pipih tersebut, bahkan sekarang devi sendiri hanya duduk saja menjauh dari pria tersebut, alasannya bahwa “ini rahasia”
"gue udah bilang sama lo, hati-hati sama aza! dia bukan cewe biasa." ucap afan dari jauh yang masih melihat gadis itu berbalas pesan dengan perempuan yang disebut aza tersebut.
"iya, gue bakal hati-hati kok, fan. lo tenang aja, gue bisa jaga diri"
"memangnya kerja apa sih?" tanya afan yang mulai mendekati devi
"asisten." devi menutup layar handphone berlogo Apple tersebut, dan beralih pada afan yang kini baru saja duduk di sampingnya. "fan, satu fakta yang lo tau. gue terima kerjaan ini bukan pyur sepenuhnya karena gue mau, tapi karena terpaksa. gue gak bisa lama-lama disini, fan. apa kata para tetangga ngeliat ada perempuan asing tinggal di rumah ini berhari-hari, apalagi kan kalian keluarga terpandang dan dikenal semua orang. karena itu gue mau dapetin modal biar dapet kost-kostan untuk tempat tinggal gue, untuk sekarang gue gak bisa pulang dulu. makanya gue terima kerjaan itu, gue mau menjauh dari ayah sama lea, lo bisa ngertiin gue'kan?" tutur devi, mencoba membujuk pria tersebut.
"kenapa lo gak bilang kalo lo perlu duit? mau berapa? nanti gue kasih. cash!" ucap afan penuh penekanan
"makasih banget lo udah mau bantuin gue selama ini, tapi sekarang gue mau cari uang sendiri dulu ya? lo gak perlu repot-repot"
"gue gak ngerasa di repotin, dev." ujar afan
"afan. terimakasih, tapi maaf gue gak bisa, doain aza malam ini menang yah? biar gue lebih cepat dapet cuannya!" seru devi mengangkat tangannya.
"menang? maksud lo?"
"dia ikut balapan motor" bisik devi.
"balapan?"
_
aza, gadis yang baru saja sampai di kediaman afan, harus melihat kemesraan antara kedua orang tua afan yang baru saja turun dari mobil, kedua manik mata itu melihat bagaimana romantis nya kedua pasutri itu, dimana pria paruh baya yang disebut papah oleh afan mengecvp kening sang istri, kejadian itu berhasil membuat sudut b1bir gadis ini tertarik hingga membentuk lengkungan indah.
"eh kamu? bentar tante lupa nama kamu! biar tante tebak." ucap wanita itu yang menyadari aza ada di dekat mereka.
"dia temen afan sama devi, mah." bisik sang suami