Chapter 3

930 132 15
                                    

"Hyuck, aku mau nginep di apart kamu boleh nggak?"

"Hah?!" Pemuda berkulit eksotis itu membeo dengan raut tak percaya atas ucapan Jeno barusan. "Suami lo emang nggak marah lo nginep? Ini bukan pertama kalinya tiba-tiba lo pengen nginep. Gue nggak mau ya dijadiin samsak lagi sama suami lo."

Donghyuck, pemuda tampan itu memang pernah dipukuli Jaehyun karena Jeno tidak pulang semalaman. Jeno ketiduran di tengah mengerjakan tugas kelompok mereka, dan pada saat itu Donghyuck tidak tahu kalau Jeno telah menikah. Walhasil ketika Jeno pulang dan mengaku kalau dirinya ketiduran di rumah teman, Jaehyun yang tak terima mendatangi apartemen Donghyuck, langsung meninju pemuda itu sampai babak belur.

Dari kejadian itu Donghyuck tahu kalau pria dewasa yang memukulnya adalah suami sahabatnya sendiri, dan semenjak saat itu jika ada tugas kelompok bersama, Donghyuck tidak membiarkan Jeno sampai menginap di apartemennya.

Bukan karena kapok membiarkan Jeno menginap berujung dirinya yang dipukuli, hanya saja mengetahui Jeno telah bersuami, tentu Donghyuck sebagai seorang dominan tidak ingin dicap buruk lantaran membiarkan istri orang di tempatnya.

Namun, tiba-tiba Jeno berkata ingin menginap. Kalau Jeno belum berpawang, Donghyuck tanpa berlama-lama lagi akan langsung mengiyakan, hanya saja situasinya sekarang berbeda.

"Iya, aku tau, aku minta maaf soal yang sebelumnya. Cuma kali ini aku lagi ada problem sama dia, aku nggak mau ketemu dulu."

Donghyuck mengedutkan pipi sebelah kirinya melihat pria cantik di depannya itu kini menunduk lesu. Sial, Ia jadi bimbang antara mau mengizinkan atau tidak.

"Cuma beberapa hari aja, Hyuck. Nanti aku ganti uang kamu. Atau, kalau perlu aku bayarin sekalian biaya apartemen kamu selama setahun?"

Kelopak mata Donghyuck membulat lebar. "Woi, woi, santai anying! Gila lo, mana mungkin gue setega itu ngebiarin lo buat bayar biaya sewa apartemen gue. Gue bisa sendiri kalik. Meskipun miskin gini, gue nggak bakal sampai ngebiarin lo malah bayarin yang seharusnya jadi tanggungjawab gue," tuturnya lugas. "Yaudah boleh. Tapi gue entar kerja dulu, pulang paling jam tujuh, lo nggak papa sendirian di apart gue?"

"Iya, nggak papa! Aku nggak bakal nyolong kok."

Donghyuck terkekeh geli. Tangannya terangkat mengacak-acak surai hitam si manis. "Lo kalo mau nyolong juga kayaknya nggak mungkin sih, soalnya barang-barang gue harganya nggak sebanding sama uang bulanan lo."

Jeno menyengir lucu, memperlihatkan deretan gigi rapinya yang membuat Donghyuck gemas ingin sekali memeluk erat pemuda manis itu. Namun, dia sadar bukan siapa-siapa si manis selain sahabatnya saja.

....

"Bi, Jeno pulang kuliah biasanya jam berapa?"

"Nak Jeno biasa pulang setengah empat sore, Tuan."

"Tapi sekarang udah jam tujuh malam. Dia ada bilang sama Bibi mau ke mana setelah selesai ngampus nggak?"

"Enggak, Tuan. Nak Jeno nggak bilang apa-apa. Tadi pagi cuma pamitan doang. Bibi bakal minta supir buat cari Nak Jeno."

"Nggak perlu, Bi. Biar saya aja yang cari."

Jaemin mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju garasi mobil. Pemuda itu bergegas masuk, lantas melajukan kendaraan beroda empat itu meninggalkan kediaman Jung.

Selama perjalanan, Jaemin sesekali melirik GPS mobil yang mengarahkan jalan menuju kampus tempat Jeno menuntut ilmu. Jarak dari rumah cukup jauh, Jaemin masih tidak percaya jika Jeno setiap hari berangkat dengan berjalan kaki.

Setiba dia di tempat tujuan, Jaemin menurunkan kaca mobilnya. Ia memandang bangunan tinggi yang sudah sepi—tidak sepi banget sebenarnya, masih ada beberapa mobil dosen terparkir dan juga seorang penjaga keamanan bertugas di pos.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RhapsodicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang