16

17 8 1
                                    

typo bertebaran, happy reading!!

-

menunggu detik mereka akan ditemukan, gema tak sengaja melihat ada lantai yang memiliki warna berbeda

"lo ngapain?" tanya fayra melihat pria itu memasang telinganya kelantai

radengga langsung tahu jika gema sedang mengecek lantai dibawahnya pun mendekat

aluna dan kaila akhirnya sadar jika dibawah sana terdapat sesuatu

dengan sigap aluna mengeluarkan cutternya, radengga lalu langsung mengarahkan pada silantai

"ini ruangan" ucap gema saat lantai keramik itu sudah terbuka

"masuk, cepat" hanna dan yang lain dengan hati hati menuruni tangga tempel yang berada dibawah

"lo turun duluan"

"ngga, lo aja" aluna mempersilahkan gema untuk turun terlebih dulu

bertepatan aluna menutup kembali ruangan itu dengan lantai keramik, saat itu juga pintu terbuka

untung nya gadis itu sigap dan berhasil menutup tanpa ada yang menyadari

dibawah ternyata adalah lorong, hanya terdapat beberapa lampu redup di setiap jalan nya

"tunggu gue" ucap aluna yang melihat teman teman nya sudah sedikit jauh meninggalkannya

saat aluna ingin berlari, tiba tiba seorang pria mencegat bahu gadis itu lalu

...

"kemana tujuan kita berikutnya" tanya regan, pria itu terus memandangi punggung kaila yang berada di depannya

"luna" panggil gema yang membuat sang pemilik nama tersadar "lo ngelamun?"

"hah?"

"lo mikirin apa lun, ngga biasanya lo bengong" fika menyenggol bahu gadis itu

"lo kenapa na?" kaila kini ikut mendekat ke arahnya

aluna hanya menggeleng
"ini kedua kalinya lo bengong setelah kejadian pertama kali perang ini" saut naura yang sedang menggandeng tangan hanna

"gue gatau, badan gue rasanya sakit semua, terus gue ngerasa seluruh badan gue terasa ada luka luka padahal ga ada samsek"

"halusinasi lo kali" tebak fayra sambil terus menendang batu batu kecil didekat kakinya sembari berjalan

sesudah keluar dari lorong pembuangan itu, mereka sampai di tengah kota dan melanjutkan perjalan menuju tempat tinggal prof eliza

karna tak memiliki kendaraan mereka pun mau tak mau harus berjalan kaki

hari yang gelap dan pencahayaan yang minim membuat nereka was was akan sekitar

setelah lama berjalan, kini mereka sudah hampir tiba di gedung apartement prof eliza berkat peta yang aluna miliki.

"itu gedung nya?" tanya fika menunjuk gedung tinggi mencakar langit

"dia di lantai berapa, ga mungkin kita ceksatu persatu unit kan?" kaila menggaruk tengkuknya

aluna masih terus bergulat dengan handphone nya "ck, ga bisa di hubungi. nomornya ga aktif"

"kita masuk aja dulu, misinya disuruh cari. jadi bukan masalah besar buat ngecek semua unit di apartement ini" gema kembali melanjutkan perjalannya

yang lain pun mengikuti dari belakang

setelah kurang lebih 15 menit, kini mereka sudah di depan gedung itu

who's survive?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang