9. Rencana

365 74 64
                                    

Jalanan mulai sepi, hanya ada satu mobil yang melintas di sepanjang jalanan itu. Sinar rembulan terpancar dengan sempurna, diikuti dengan bintang-bintang yang sedang berbahagia. Mereka tampak sedang mengejek seorang gadis yang tak henti bercucuran air mata.

Di dalam mobil yang hening, hanya terdengar suara isak tangis Nayla, ia sudah berusaha untuk membendung air matanya, namun tetap saja mengalir sendiri membasahi pipinya.

"Jeff sialan!!"

Umpatan yang memecah keheningan. Naufal memutar tubuhnya untuk melihat Aska yang sedang berbaring di atas pangkuan Nayla, di kursi penumpang. Sementara Arul masih fokus mengendalikan mobil agar bisa sampai ke rumah sakit dengan selamat.

Naufal kembali melihat jalanan yang diterangi oleh lampu mobil "Kita diamkan malah makin melonjak anying!" ucapnya.

Belum selesai ia mengoceh, masih ada beberapa kalimat yang tersimpan di mulutnya "Jadi lo masih mau sama cowok kayak gitu?" cetusnya.

Nayla sudah mengerti pertanyaan itu dilemparkan untuk dirinya. Ia hanya bisa diam, bersuara pun sudah tidak berguna.

"Mending lo diam! Jangan memperkeruh suasana!"

Nayla menundukkan kepalanya, sumber suara itu berasal dari Aska. Kedua mata Aska terbuka sempurna melihat wajah Nayla yang sangat dekat dengan wajahnya.

Setetes air bening jatuh mengenai mata Aska, hingga ia mengedipkan matanya beberapa kali. Kini ia merasakan seperti tertimpa hujan, Nayla terus menjatuhkan air matanya tepat di wajah Aska. Bayangin aja tuh air mata jatuh ke muka.

"Gu-gue kira lo udah mati," suara serak Nayla yang diikuti suara tangisan membuat Naufal dan Arul ingin muntah.

"Giliran udah kayak gini baru lembut, kemarin-kemarin udah kayak singa." ejek Naufal, melirik kaca yang berada di tempat pengemudi. Ia sedikit kesal dengan sifat Nayla yang mudah berubah.

"Jangan nangis! Jelek tau." Tangan kanan Aska meraih wajah Nayla, bermaksud untuk menghapus air mata gadis itu. Sementara tangan kirinya masih terjuntai tak berdaya.

Naufal membuka mulutnya, lalu mengeluarkan lidah tipisnya, ia merasa merinding mendengar kalimat yang keluar dari mulut Aska. Padahal kemarin-kemarin selalu aja melarikan diri saat melihat wajah Nayla, tapi mengapa ketuanya itu sudah menjadi pemberani.

"Jingin ningis! Jilik tai, wleee," usil Naufal. Arul hanya menggelengkan kepala dengan tingkah sahabatnya itu.

***

Nayla membuka kedua matanya yang tertidur pulas di atas sofa ruangan berbau obat-obatan itu, ia sangat lelah dengan kejadian semalam, tindakan Jeff masih terbayang-bayang di kepalanya, selama ini Jeff tidak pernah berbuat seperti itu.

Hanya ada Aska dan Nayla di ruangan itu, usai mengantarkan Aska kemarin, Naufal dan Arul langsung meninggalkan mereka berdua, karena mereka harus pergi sekolah pagi ini.

Nayla beranjak dari sofa itu, dan berpindah ke kursi yang berada di samping kasur Aska, pria itu masih belum sadar sejak sampai di rumah sakit itu. Luka tembakan di bahunya menjadi semakin parah dan mengeluarkan banyak darah karena perkelahiannya dengan Jeff.

Grub Justgirl:

Shelvia : Gue udah tulis surat izin buat lo Nay.

Nayla Gaurita : Thanks ya, mungkin gue sampai sore jagain Aska.

Aerina : Cie ada yang pdkt.

ASKARALA: OF COURSE NAYLA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang