24. Hari Istimewa

156 11 8
                                    

Suara bising pasukan motor sport memenuhi arena balapan Gafarone, menandakan akan ada pertandingan besar-besaran pada malam ini.

"Ska, lo yakin mau ikut balapan ini? Lo udah tau rencana Jeff sama papanya dan lo masih mau membahayakan diri lo sendiri?" tanya Arul, khawatir.

Aska mengeluarkan suatu flashdisk dari saku jaketnya, lalu memberikan flashdisk itu kepada Arul "Rekaman ini tolong lo simpan, kalau gue gak selamat, kalian harus bisa masukin Bumintara ke penjara," pinta Aska, lalu ia memasang helm full face-nya, menandakan telah siap untuk memasuki area pertempuran.

"Kayak orang mau mati aja lo Ska," sambut Azzof, dengan wajah datarnya.

"Sebelum lo mati, angkat dulu si Arul jadi ketua, siapa tau gue juga bisa diangkat jadi wakil ketua," tambah Naufal.

Aska kembali membuka helm-nya, ia mengetuk dahi Naufal dan Azzof bersamaan "Bajingan lo berdua, Kalian berharap gue mati?" tanya Aska.

"Makanya jangan mati! Kalau lo mati siapa lagi yang bisa gue bully?" kata Naufal, kali ini wajahnya tampak serius.

"Gue yang buat rencana ini, artinya gue udah siap dengan semua konsekuensinya," sela Aska, percaya diri.

Aska langsung menuju ke area garis awal sebelum para peserta menancapkan gas motor sport mereka, sorakan-sorakan penonton menambah keramaian arena balapan itu.

Aska mengamati satu-persatu lawannya, terdapat sembilan lawan di baris terdepan, salah satunya adalah musuh bebuyutannya yaitu Jeffran. Aska menatap sinis lawannya itu, dengan jantung yang berdegup kencang, apakah ini malam terakhirnya berada di arena balapan ini? Apakah ia bisa memenuhi janjinya dengan gadis yang ia cintai?

One, two, three, go ...

Bendera berhasil di kibarkan. Dalam sekejap, motor-motor itu melesat seperti panah yang dilepaskan dari busurnya, menerobos angin dengan kecepatan luar biasa. Ban-belakang berderit, meninggalkan jejak hitam tipis di aspal. Setiap tikungan adalah pertarungan antara nyali dan kendali. 

Seperti biasa, dua pembalap memisahkan diri mereka dari pembalap lainnya, memimpin barisan terdepan, dengan pandangan fokus ke depan. Keduanya bersaing ketat, nyaris saling bersentuhan di tikungan-tikungan tajam yang berbahaya.

***

"Kenapa ma? kenapa harus papa Aska?" jerit Nayla, pipinya sudah dibanjiri air mata, bertekuk lutut di hadapan Sarah.

Sarah membungkuk kaku, membantu anaknya itu untuk kembali berdiri, ia tidak tega melihat anak semata wayangnya terus memohon kepadanya.

"Mama terpaksa Nay, demi keselamatan kita," balas Sarah, ia memeluk erat tubuh Nayla yang sudah mulai melemah.

Ruang tamu di rumah mereka menjadi saksi betapa terlukanya gadis manis bernama Nayla itu, saat mengetahui kenyataan yang tidak ia sangka akan terjadi.

"Mama tau, Aska yang menyelamatkan hidup Nayla berkali-kali, mama bayangin gimana kalau Aska tau penyebab hancurnya keluarga meraka adalah mama?" Nayla melepaskan dekapan Sarah, lalu ia mundur beberapa langkah untuk menjauhi mamanya itu.

"Ini hanya tugas yang sangat mudah, saya tidak ingin mendengar kegagalan, atau anak kamu Nayla, tidak akan selamat! Dan perusahaan kamu akan lenyap dengan sekejap mata!"

Ingatan di malam itu kembali berputar di kepala Sarah, di mana seorang investor keduanya yaitu Bumintara dengan mudahnya mengancam nyawa keluarga Sarah hanya untuk menuruti semua perintah konyolnya itu.

ASKARALA: OF COURSE NAYLA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang