12. Tukang Ojek

346 70 100
                                    

"Anak tidak berguna! Sia-sia papa kirim orang untuk menjadi mata-mata mereka, dan kamu masih bisa kalah melawan mereka!"

"Yang ingin papa dengar hanya kabar kematian Askara, bukan kekalahan kamu!"

Plaakkkkkkkk

Jeff tergeletak di lantai ubin, di markas Alfragon, setelah menerima satu tamparan ganas dari papanya. Ternyata rasanya lebih sakit dibandingkan pukulan berkali-kali oleh lawan.

Jeff berusaha untuk bangkit, ia memegangi pipinya yang terasa hangat, rasa perih telah menjalar dari kepala hingga ujung kakinya.

"Aku juga bingung kenapa Aska bisa mengetahui rencana aku!" desis Jeff, ia masih mampu mengeluarkan nada tinggi untuk membela dirinya.

"Jadi, apa rencana kamu berikutnya?" balas Dirga, ia mendekati Jeff hingga tak ada jarak antara keduanya, mulutnya mencapai telinga Jeff dan bermaksud membisikkan sesuatu "Dapatkan kembali hati Nayla, dan bunuh Askara perlahan!" bisiknya, lalu menjauhi anaknya itu.

Jeff membeku tak merespon apapun, ia berkelahi dengan isi kepalanya, apakah ia bisa merebut hati Nayla kembali? Bukankah rencana Dirga sebelumnya sudah meninggalkan jejak buruk tentang dirinya di hati Nayla? Bagaimana kalau ia tidak bisa melaksanakan rencana itu?

Raut wajah Jeff berubah menjadi penuh ketakutan, Dirga tak akan segan untuk menyiksanya jika dirinya gagal. Tatapan tajam masih bergelut diantara papa dan anak itu.

Setelah beberapa menit keduanya saling hening, Dirga kembali mendekati Jeff yang masih berdiri di hadapannya, lalu menepuk pundak Jeff dengan cukup keras "Jangan mengecewakan papa!" tegasnya, lalu pergi meninggalkan Jeff.

Akhirnya Jeff dapat bernafas lega, ia membanting tubuhnya di lantai itu, lututnya sudah tidak berdaya untuk menopang tubuhnya. Ia membujurkan tubuhnya, lalu menutup kedua matanya, dinginnya ubin tak lagi ia rasakan, hanya rasa perih yang menyelimuti.

Malam yang terasa sangat panjang baginya, kini tersisa Jeff seorang diri di markas besar itu. Markas dengan patung tengkorak yang mengelilingi dinding berwarna hitam.

Ia seperti manusia yang sangat kesepian. Bahkan wanita yang mengaku sebagai adik tirinya, sama sekali tidak mengetahui keadaannya sekarang. Berbeda dengan Nayla yang selalu mencarinya jika tidak ada kabar.

***

5 hari kemudian

Semprotan parfum vanila dengan variasi cake, berakhir di area leher seorang gadis yang sudah rapi mengenakan seragam SMA Bumintara, dengan rambut ikal panjang, yang ia biarkan tergerai.

Ia menarik nafas dalam-dalam menikmati aroma parfumnya. Kedua sisi bibirnya tertarik memancarkan senyuman manis di depan cermin bulat pada meja hiasnya. Entah apa yang membuatnya begitu bahagia di pagi hari.

Satu persatu anak tangga dilalui sambil bersenandung, hingga tiba di anak tangga terakhir.

Bugghhhh

"Mama ...." rengek Nayla, ia terjatuh di tangga terakhir, saking semangatnya.

Seorang wanita yang masih mengenakan daster polos berwarna merah dan sedang sibuk menata meja makan dengan lauk-pauk. Ia Datang menghampiri anak semata wayangnya dengan maksud ingin menolong.

"Kok bisa sampai jatuh sih Nay?" ucapnya, menarik tangan Nayla.

Sarah memapah Nayla hingga ke meja makan, anaknya itu berjalan dengan kaki yang pincang, ia tidak tega membiarkan Nayla berjalan sendiri.

ASKARALA: OF COURSE NAYLA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang