25. 180 hari tanpa Aska

114 30 30
                                    

Ternyata benar ya. Kalimat yang mengatakan, alangkah indahnya menunggu jika hadiahnya kamu

Huffffhhhh

Menjalani hari-hari dengan harapan, kerinduan dan satu lagi "kesepian".

Terbiasa dengan gangguan, terbiasa dengan notif selamat pagi, terbiasa dengan gombalan maut, terbiasa dengan candaan garing, dan tidak lupa terbiasa dengan jemputan dari manusia yang mengaku dirinya sebagai tukang ojek.

"Jangan melamun mulu, ntar kesambet," tutur seorang wanita kepala empat, yang kini berada tepat di depan Nayla.

Wanita itu memberikan segelas air susu hangat kepada anak semata wayangnya, sepertinya ia mengetahui apa yang sedang anaknya itu pikirkan "Dia hanya istirahat, gak akan lari kok," ucapnya.

"Tapi udah enam bulan ma, udah tiga bulan istirahatnya." Nayla mengacak-acak rambutnya frustasi "Bahkan mama aja udah menepati janji mama buat kembali, tapi kenapa Aska enggak?" tanya Nayla, ia masih tidak terima dengan kenyataan sepahit itu.

"Ada banyak orang yang mengharapkan Aska untuk kembali, termasuk mama. Kamu jangan khawatir, banyak yang berdoa untuk Aska. Percaya aja sama yang maha kuasa." Sarah berusaha untuk meyakinkan Nayla, karena takdir tuhan itu pasti, semua akan kembali pada tempatnya masing-masing.

"Tapi mama gak tau, apa doa seorang pendosa seperti mama bisa diterima," lanjut Sarah.

"ihhh mama ngomong apasih? bukan salah mama, stop nyalahin diri sendiri," sambut Nayla.

Sarah menatap hangat wajah mungil putrinya itu "Tapi mama udah menghancurkan keluarga mereka Nay, mama gak pantas dapat maaf dari mereka," ungkap Sarah, rasa bersalahnya kini lebih besar dari apapun di dunia ini.

"Oke, kalau gitu aku yang bersalah, kalau aja aku gak pacaran sama Jeff dan gak dekat sama Aska, mama gak akan dapet ancaman dari si iblis Bumintara itu," sanggah Nayla, sembari meneguk segelas susu yang tadi diberikan oleh Sarah.

"Enggak sayang, bukan salah kamu. Kadang mama mikir apa jangan-jangan Aska udah tau semuanya, apa dia ngorbanin dirinya supaya kita gak terjebak lagi dengan ancaman Bumintara. Semua itu gak mustahil Nay, ada sebab dan akibatnya kenapa dia melakukan semua itu," ungkap Sarah, penuh keyakinan.

"Manusia sebaik dia apa pantas untuk aku, ma?" tanya Nayla, matanya mulai berkaca-kaca. Pikirannya mulai dihantui kekhawatiran. Bagaimana jika Aska mengetahui fakta bahwa keluarga Nayla menjadi bagian dari hancurnya hidup Aska? Apakah Aska akan menerimanya? Apakah Aska masih mencintainya?

"Kamu juga baik sayang. Bagi mama kamu lebih dari apapun, kamu pantas untuk siapapun," tegas Sarah, ia mengatakan yang sejujurnya, bukan kalimat penenang. Karena baginya Nayla memiliki banyak sekali kelebihan "Udah selesai makannya? Ayo berangkat, hari ini ada ujian kenaikan kelas kan?" Sarah merapikan beberapa piring kotor usai menelan makanan terakhir di mulutnya.

***

"WOI ..."

Kepala Naufal mendadak terasa panas, wajahnya memerah. Dengan canggung, ia berusaha duduk tegak, merapikan rambut yang berantakan. Teriakan temannya itu berhasil memotong mimpi indahnya. "Sial, kenapa harus sekarang?" cetusnya, memandang lekat wajah yang ada di hadapannya. 

"Masih pagi anjir, orang belajar buat ujian, lo malah tidur di sini." Arul mengetuk meja yang menjadi bantal kepala Naufal, yang benar saja ia datang ke sekolah pagi sekali hanya untuk tidur. 

"Bacot lo! Gue gak tidur semalaman ngafalin rumus," ungkap Naufal, dengan lantangnya. 

"Haha, kenapa? Gak ada yang nyontekin lo lagi?" ejek Arul. 

ASKARALA: OF COURSE NAYLA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang