BAB 2 Awal Baru

644 34 4
                                    

Perasaan Alicia seakan hancur hingga ke akarnya, dia hanya bisa terduduk lemas di lantai akan hal yang baru saja dilihatnya.

"Kenapaaa!!! Kenapa kamu lakuin semua ini Zeno? Salah aku apa?" Isak Alicia pilu.

    Alicia sungguh tak kuat lagi dengan semua ini, gadis itu berlari meninggalkan rumah Zeno. Tanpa arah dan tujuan Alicia terus berlari tanpa alas kaki menyusuri aspal yang kasar.

    Jangan tanya kondisi kaki Alicia sekarang, darah segar sudah menjadi penghias kakinya sekarang. Sialnya, hujan ikut turun membasahi bumi seakan menjadi kesan dramatis bagi keadaan yang Alicia alami.

"Arghhhhh! Tuhan! Kenapa tuhan kasih takdir yang semenyedihkan ini sama aku? Kenapaaa?!"

    Alicia tak sanggup lagi, gadis itu meluapkan seluruh kesedihannya begitu saja. Bahkan Alicia sadar apa yang dia katakan itu salah, tapi dia bisa apa?

"Kenapa tuhan enggak pernah temuin aku sama Zeno aja biar aku enggak perlu ngerasain rasa sakit ini? Aku harus apa sekarang? Aku udah enggak punya siapa-siapa lagi," ungkap Alicia frustasi.

    Gadis itu hanya bisa mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit malam yang gelap. Alicia membiarkan tetesan air hujan menerpa wajahnya.

"Bunda, Cia kangen bunda! Cia mau ke tempat bunda aja, Cia capek bun,"

Tinnntinnn!

    Suara klakson mobil tak kunjung membuat Alicia bergeming dari tempatnya. Hingga saat pengemudi itu turun menghampiri Alicia, gadis itu hanya mampu melayangkan tatapan sendu.

"Mbak bisa pindah dulu? Nangisnya tunda aja mbak, saya lagi buru-buru nih," ujar si pengemudi mobil.

    Alicia tertawa kecil, menurutnya ucapan pengemudi itu cukup lucu. Tapi tunggu dulu! Kenapa wajah pengemudi itu terasa sangat familiar?

"Mas siapa?" Tanya Alicia spontan.

"Saya Marcel mbak," jawab Marcel tampak agak bingung.

    Marcel? Kenapa nama itu terdengar tidak asing? Seperti Alicia pernah mendengarnya di suatu tempat, tapi di mana?

"Marcel...penulis novel Hutan Tanpa Hujan?"

"Betul sekali, mbaknya kenal saya? Suka baca buku saya?" Cecar Marcel dengan nada sarkas.

    Alicia menganggukkan kepalanya pelan, demi apa rasanya seperti mimpi bagi Alicia bisa bertemu dengan penulis kesukaannya.

    Namun sangat di sayangkan hal sebagus ini malah terjadi saat dunia Alicia sedang hancur-hancurnya.

"Mbaknya pulang ke mana? Biar saya anter, soalnya udah malem nggak aman kalau pulang sendiri. Apalagi kayaknya kondisi mbak lagi nggak baik." tawar Marcel.

"Rumah saya udah nggak ada lagi mas, semuanya udah ancur nggak ada lagi yang tersisa sekarang," ujar Alicia dengan tatapan kosongnya.

    Marcel tak berani mengambil kata-kata lagi, tampaknya gadis dihadapannya itu sedang mengalami masalah yang berat. Pasti rumahnya sedang tertimpa musibah, banjir atau tanah longsor mungkin, begitulah pikir Marcel.

"Kalau begitu mbaknya mau gimana? Sebisa mungkin saya bantu kalau memungkinkan, itung-itung sebagai tanda apresiasi saya karena mbak udah jadi penggemar berat saya,"

"Boleh saya pinjem mobilnya?" Tanya Alicia tersenyum tipis.

    Marcel mengangguk pelan, sebenarnya Marcel sangat tidak paham kenapa wanita itu meminjam mobilnya. Apa untuk di jual agar kerusakan rumahnya bisa teratasi?

    Setelah mendapatkan kunci mobil dari Marcel, Alicia segera naik dan menyalakan mesin. Tampak gadis itu menoleh ke arah Marcel sembari melayangkan sebuah senyuman.

The Wrong ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang