BAB 11 Sadar Diri

325 22 3
                                    

Seorang pria bertubuh tinggi menggunakan jaket hitam tebal dengan wajahnya tertutupi tuduh sedang berada di kamar rawat Alicia.

Tubuh besar nan jangkungnya berhasil membuat Aurel terdiam untuk beberapa saat. Setelah sadar, Aurel berusaha mendekat ke arah pria itu karena khawatir terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya.

"Siapa kamu?!" Tanya Aurel sedikit memekik.

Tak ada sahutan pria itu cepat-cepat memunggukan badannya dari Aurel. Tanpa sedikitpun ingin melihat ke arah Aurel, pria itu segera berlari menuju pintu keluar.

"Tunggu!" Cegat Aurel memegang lengan jaket pria itu hingga tersingkap setengahnya.

Ketika lengan jaket pria itu tersingkap, Aurel dapat melihat sebuah tato dengan huruf Z yang diberi variasi pada pergelangan tangannya.

Baru saja Aurel ingin buka suara, pria misterius itu sudah berhasil melepaskan diri dari genggaman Aurel. Pria itu segera berlari secepat yang dia bisa dari rumah sakit.

"Tolong ada penjahat! Tolong!" Pekik Aurel sekencang mungkin.

Orang-orang yang mendengar pekikan Aurel refleks bergerak cepat mengejar pria yang dimaksud.

"Oy, mau lari kemana kamu?!"

"Jangan lari!"

Seruan-seruan untuk menghentikan langkah pemuda itu bergema disepanjang lorong rumah sakit. Pria itu berlari tak tentu arah, bahkan ia menerjang apapun yang menghalangi di sepanjang jalannya.

"Oy, lo dimana? Buruan tolongin gue!" Omel pria itu pada seseorang lewat telepon.

"Ya elo sih lagian, gue udah bilang semuanya aman masih aja ngeyel! Mana pake dateng ke rumah sakit segala!"

"Bacot lo! Buruan tolongin! Kalo nggak gue potong gaji lo!"

"Iye bawel lo ah! Di depan langsung aja belok kiri!"

Setelah sambungan telepon terputus, sesuai perintah dari temannya, pria itu segera berbelok ke kiri.

Brak!

Prang! Treng!

Orang-orang yang mengejar pria itu menabrak seorang perawat yang sedang mendorong kereta saji untuk makanan para pasien.

"Awh, aduh ngapain sih ngalangin jalan?" Sungut salah seorang yang tadi mengejar pria misterius itu.

"Maaf bapak-bapak, saya nggak sengaja!" Ujar perawat laki-laki dengan menggunakan masker itu.

"Yah, kabur jadinya penjahat tadi!"

Semua kerumunan pergi, perawat itu segera pergi mendorong kereta sajinya yang kosong. Perawat itu segera menuju ke arah kamar mayat.

.

.

.

Di sisi lain Aurel sedang sangat panik dengan keadaan Alicia. Padahal Alicia tidak terluka, hanya saja gadis itu sedikit kaget akan apa yang barusan terjadi.

"Cia, kamu nggak apa-apakan sayang? Ada yang luka? Kamu di apain sama penjahat tadi?" Cecar Aurel tanpa jeda.

Penjahat? Apanya yang penjahat dan ingin mencelakai Alicia. Pria tadi malahan sedang menggenggam erat tangan Alicia. Dan juga Alicia dapat melihat tatapan senang pria itu ketika Alicia sadar.

Mana mungkin pria tadi berniat menyakiti Alicia bukan?

Greb!

Aurel memeluk Alicia erat, sesekali Aurel juga mengelus rambut Alicia dengan lembut. Matanya tak berhenti menitikkan air mata, bahkan Aurel tidak bisa mengungkapkan perasaan. Ada rasa senang, sedih dan khawatir bercampur dalam benaknya.

"Bunda takut banget kamu kenapa-kenapa Cia, bunda takut..." Lirih Aurel.

"B...Bunda Cia...Cia..."

Alicia menggantungkan ucapannya di sela-sela kekhawatiran Aurel. Sehingga Aurel menjadi semakin panik dan makin mengeratkan pelukannya pada Alicia

"Cia sesek nafas Bun! Bunda meluknya terlalu kenceng, luka Cia juga terasa sakit Bun!"

Plak!

Aurel refleks menabok pelan lengan Alicia, bisa-bisanya putrinya itu membuat Aurel semakin khawatir.

"Cia, nggak lucu sayang! Bunda beneran khawatir sama kamu!" Omel Aurel.

"Hehe...maaf Bun, Cia beneran tadi bunda meluk Cia kekencengan makanya Cia sesek nafas!" Jelas Alicia tertawa.

.

.

.

Kini di dalam kamarnya Alicia sedang berbaring seorang diri tanpa ada sosok Tasya dan Aurel. Aurel dan Tasya sedang ke rumah sakit yang lain untuk menemani Marina yang akan menjalani cuci darah. Sebelum pergi, Aurel sempat menitikkan Alicia pada perawat, tetapi perawat itu sedang ke toilet.

Ceklek,

"Loh bunda, kok cepat bang---"

Alicia tak menyelesaikan perkataannya saat ia melihat sesosok pemuda yang baru saja memasuki ruang rawatnya.

"Hai, gimana? Masih sakit?" Tanya pemuda yang tak lain adalah Zeno itu.

"Ngapain lo disini?" Tanya Alicia balik dengan nada tak suka.

Zeno tersenyum, pemuda itu mendekat ke arah berankar Alicia. Kemudian Zeno duduk di kursi sembari meletakkan parsel berisi buah-buahan di atas nakas.

"Gue jengukin lo lah, emangnya mau ngapain lagi gue di sini?"

Alicia hanya menampilkan wajah tak sukanya akan kedatangan Zeno, lagipula Zeno tau dari siapa Alicia sedang berada di rumah sakit? Apa dia cenayang?

"Lo udah makan? Udah minum obat?"

"Jangan sok khawatir gitu deh! Eneg gue liatnya!"

Alicia melipat kedua tangannya didepan dada sebagai aksi tidak sukanya akan Zeno. Dia merasa apa ya namanya? Muak atau kesal? Entahlah yang pasti Alicia tidak ingin Zeno ada di sini.

"Lo kenapa sih? Dari kemaren kayaknya sensian banget sama gue. Gue cuma nanya malah di sewotin," sungut Zeno.

Sungguh jika ditanya kesal atau tidak, tentu saja Zeno kesal. Pasalnya Alicia selalu bersikap aneh padanya sejak beberapa hari yang lalu. Jika Zeno ada salah setidaknya beritahu agar Zeno bisa perbaiki letak kesalahannya.

"Lagian lo tau gue di rumah sakit dari siapa sih? Kayaknya bunda sama Tasya belom kasih tau siapa-siapa deh. Apalagi ini tu tengah malem, cowok gila mana yang ke rumah sakit jam segini?" Selidik Alicia.

Deg!

Mati sudah! Apa yang harus Zeno katakan atas pertanyaan beruntun dari Alicia. Jika salah bicara sedikit saja, maka gadis itu akan berpikir macam-macam tentang Zeno.

"Gue tau dari...dari Bastian! Iya, gue tau dari Bastian! Kata dia lo lagi di rawat di sini, makanya gue buru-buru dateng buat jengukin lo!" Jawab Zeno.

Alicia tampak acuh, dari keheningan di antara mereka berdua. Zeno mengambil inisiatif untuk mengupas buah agar Alicia bisa makan, karena Zeno tau kalau Alicia tidak suka makan makanan rumah sakit.

"Nih, makan!" Titah Zeno memberikan apel yang sudah ia kupas bersih.

"Nggak mau!" Tolak Alicia.

Tak!

Alicia menepis buah apel itu dari tangan Zeno hingga jatuh ke lantai. Tanpa rasa bersalah gadis itu kini mengangkat dagu Zeno agar sedikit terdongak menatap dirinya.

"Sadar diri Zeno, kita itu cuma orang asing sekarang! Jangan sok-sokan perhatian kayak tadi, lepas aja topeng palsu lo itu!" Desis Alicia.

Zeno tersenyum miring, dengan berani pemuda itu menangkap kedua tangan Alicia dan menguncinya di atas kepala gadis itu. Tubuh Alicia tidak bisa bergerak, dibawah kuncian Zeno.

"Sadar diri Alicia, sampai kapanpun lo cuma milik gue dan kita belum berakhir! Jadi jangan sok-sokan jadi cewek galak dan ngusir gue buat pergi jauh dari hidup lo sayang!" Balas Zeno.

"Cowok sialan!"

"Haha...makasih gue tau gue emang romantis yang,"

The Wrong ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang