BAB 3 Putus? Tidak!

304 17 0
                                    

Di perkirakan sekolah suasana tampak sudah sangat ramai. Hari ini Alicia terlihat cukup tenang, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang tampil mencolok dengan warna pink.

"Cia, banyak banget tuh yang liatin lo!" Celetuk Tasya.

"Ya biarin aja kali, lagian gue biasa-biasa aja kok nggak ada yang aneh," jawab Alicia santai.

    Alicia berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Disepanjang perjalanan banyak bisikan yang Alicia dengar tentang dirinya, jika kalian pikir dia di hina atau di cemooh maka kalian salah!

    Nyatanya mereka semua memuji Alicia yang tampil sangat cantik dengan menggunakan seragam putih abu-abu dibalut dengan rompi berwarna cream. Hal ini menimbulkan kesan dewasa pada diri gadis manja itu.

    Sebenarnya setelan ini memang setelan ala sekolah mereka. Jadi bukan hanya Alicia, banyak juga siswi SMA Airlangga yang menggunakan rompi berwarna cream.

    Hanya saja karena biasanya Alicia selalu menggunakan sweater pink, di tambah sepatunya juga berwarna pink. Melihat seorang Alicia menggunakan baju seragam formal menjadi sebuah tontonan menarik.

"Pagi sayang!" Sapa seorang pemuda dari arah belakang Alicia.

    Alicia menoleh antara ingin dan tidak, sungguh Alicia merasa muak untuk melihat wajah pemuda itu sekarang. Tapi mau tidak mau Alicia harus menatap wajahnya untuk mengatakan putus secara langsung.

"Kamu cantik banget hari ini!" Puji pemuda itu.

"Oh oke, tq," balas Alicia ketus.

    Alis pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Zeno itu bertaut. Mengapa rasanya ada yang berubah dari kekasihnya itu? Apa mungkin Alicia sedang PMS?

"Kamu kenapa? Kok ketus gitu sih?" Tanya Zeno khawatir.

"Gue nggak apa-apa, nggak usah lebay deh!" Sungut Alicia mengalihkan pandangannya dari Zeno.

    Zeno tersenyum kecil, kemudian tangan pemuda itu terarah mengelus rambut Alicia lembut.

"Sekarang kamu ikut aku ke lapangan, aku ada latihan basket hari ini!" Titah Zeno menggenggam tangan Alicia.

    Lapangan? Sebuah ide baru saja muncul dalam kepala Alicia setelah mendengarkan kata lapangan. Zeno, lihatlah pertunjukan yang akan Alicia suguhkan sesaat lagi.

*****

    Begitu di lapangan tribun sudah diisi oleh penonton. Sebenarnya Alicia tidak tertarik sama sekali dengan latihan basket atau semacamnya. Jadilah gadis itu hanya mengikuti arahan dari Zeno saja.

"Kami duduk di sini dulu ya sebentar? Aku latihan dikit abis itu aku anter kamu ke kelas," ujar Zeno.

    Alicia menganggukkan kepalanya paham, sepeninggal Zeno, Alicia berbicara dengan seorang pemuda yang kebetulan duduk di sebelahnya.

    Alicia tertawa, tersenyum dan kadang sedikit terharu saat mengobrol dengan pemuda bernama Eric itu. Tanpa mereka sadari, sedari tadi sudah ada sosok Zeno yang menatap mereka dengan sorot mata tajam.

    Zeno mengepalkan tangannya kuat karena pemandangan yang tersaji di depan matanya. Dia tidak suka Alicia tertawa, tersenyum dan menangis pada orang lain. Zeno memang egois dia hanya ingin itu semua untuk dirinya sendiri.

"Oy Zen! Buruan drible bolanya!" Seru rekan satu tim Zeno.

    Seusai latihan basket, Zeno menghampiri Alicia di tribun. Namun pemuda bernama Eric tadi berpindah tempat duduk menjadi tepat di sebelah Alicia.

    Jangan tanya bagaimana perasaan Zeno saat ini, jika ada kertas di dekatnya dapat di pastikan kertas itu akan terbakar. Bukan terbakar api apa, melainkan api cemburu Zeno.

"Oh gitu ya? Luc---"

Brugh!

"Awhhh!"

    Zeno dengan sengaja mendorong Eric hingga terjatuh dari tribun. Dengan ekspresi tidak bersalah Zeno malah menduduki tempat Zeno.

"Sorry tempat ini punya gue!" Kata Zeno menegaskan pada Eric akan posisinya.

    Bukannya manja-manja pada Zeno seperti biasanya, Alicia malah membantu Eric dan mengomeli Zeno karena bersikap kasar.

    Bingo! Ini adalah saat yang tepat bagi Alicia untuk mencari celah agar bisa putus dari Zeno. Bye Zeno Argantara! Pergi yang jauh dari hidup Alicia.

"Zeno Lo tau apaan sih? Kok kasar banget? Ngomong baik-baik kan bisa!" Sungut Alicia marah-marah.

"Tapi yan---"

"Udah cukup! Gue nggak mau denger apa-apa lagi dari mulut lo! Mulai sekarang kita putus! Gue nggak mau pacaran sama cowok kasar modelan kayak lo!" Tukas Alicia.

    Setelah mengatakan hal itu Alicia bergegas pergi dari sana. Alicia bernafas lega karena akhirnya bisa memutuskan hubungan dengan si brengsek Zeno.

Greb!

Deg!

    Langkah Alicia terhenti kala merasakan ada sebuah kepala yang sedang bersandar di punggungnya. Lengan kekar pemuda itu melingkar memeluk Alicia.

"Apaan sih? Lepasin!" Ronta Alicia.

    Nihil! Hasilnya gagal total semakin Alicia memberontak semakin kuat pula Zeno memeluk tubuhnya. Alicia bahkan menyikut tulang rusuk Zeno, namun tetap saja pemuda itu tidak bergeming dari posisinya.

"Zeno lepasin!" Sentak Alicia.

    Saat ini aksi Alicia dan Zeno di tonton oleh siswa dan siswi SMA Airlangga. Alicia merasa tidak nyaman sehingga berusaha begitu kuat agar bisa lepas dari pelukan Zeno.

"Enggak Cia! Aku nggak akan lepasin kamu! Putus kamu tanpa alasan dan bener-bener nggak bisa aku terima!" Protes Zeno.

    Alicia menghela nafas kasar, sungguh muak rasanya Alicia melihat Zeno. Jika saja Alicia tidak mengetahui bagaimana sifat asli Zeno, mungkin dia akan tertipu lagi akan topeng palsu pemuda licik itu.

"Cukup Zeno! Kita udah putus dan itu mutlak nggak bisa di ganggu gugat!" Tegas Alicia.

"Nggak aku nggak setuju! Aku nggak mau putus!" Keukeh Zeno masih terus memeluk Alicia dari belakang dengan erat.

    Sialan! Zeno benar-benar sangat menjengkelkan! Alicia sungguh tidak tahan lagi dengan pemuda brengsek bin bajingan ini.

"Lepasin brengsek!" Sentak Alicia.

    Akhirnya pelukan Zeno dari Alicia terlepas setelah begitu banyak usaha yang gadis itu keluarkan. Kini Alicia menatap Zeno dengan dalam, bukan cinta tapi tatapan kebencian yang dalam.

"Dengar ya, kita berdua udah putus. Kalo lo nggak terima itu terserah lo, tapi bagi gue kita berdua udah nggak ada hubungan apa-apa lagi! Lo ya elo, gue ya gue," tegas Alicia menaikkan jari telunjuknya pada Zeno.

     Alicia berlalu meninggalkan lapangan, ungkapan yang terpendam dalam batin Alicia kini tersampaikan. Sekarang Alicia tidak perlu berurusan dengan Zeno lagi. Pemuda itu juga pastinya membenci Alicia karena sudah mempermalukan dirinya di lapangan dan ditonton banyak siswa.

    Tentu saja pemuda mana yang tidak akan terluka egonya di putuskan di tengah lapangan seperti tadi, oleh perempuan lagi. Pasti sekarang Zeno sedang menatap horor Alicia.

"Aliciaaaa!" Seru Zeno.

    Alicia berbalik, entah mendapat perintah dari mana gadis itu secara refleks melakukannya seperti tersihir.

"Gue nggak akan pernah lepasin lo! Putus? Enggak! Bagi gue kita berdua belum putus, elo masih pacar gue! Pacarnya Zeno Argantara! Gue nggak Nerima putus ini, jadi bisa dibilang ini putus sebelah pihak! Inget lo masih pacar gue yang!" Lanjut Zeno berseru sekencang yang dia bisa dari tengah lapangan memberikan penegasan di setiap kalimatnya.

    Gila! Itulah yang Alicia pikirkan tentang Zeno, mengapa pemuda itu bisa segila itu? Alicia bahkan belum pernah melihat sisi Zeno yang seperti itu sebelumnya.

The Wrong ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang