Suara sirine ambulans yang berlalu sempat menyita perhatian Tasya saat sedang berada di parkiran restoran yang dia kunjungi bersama Bastian.
Saat itu Tasya tidak berpikir macam-macam, lebih tepatnya tidak terlintas sedikitpun dalam pikiran gadis itu kalau yang berada di dalam ambulans adalah Alicia. Memangnya siapa yang akan menyangka?
"Sya, mau pulang sekarang atau jalan-jalan dulu sebentar?" Tanya Bastian meniti sepeda motornya.
"Langsung pulang aja deh Bas! Udah malem juga, takutnya nanti Tante Aurel sama Alicia khawatir dan malah nyariin gue,"
"Oke deh, yuk naik!"
Tanpa banyak bantahan Tasya segera naik ke atas motor milik Bastian. Gadis itu ragu-ragu, dia ingin berpegangan pada pinggang Bastian. Tapi takut kalau nanti pemuda itu malah risih dan malah berpikir yang tidak-tidak tentang Tasya.
Brum, Brum,
Bastian menggeber motornya hingga menimbulkan suara yang cukup mengganggu pendengaran. Tapi bukan suara yang sangat bising dan nyaring seperti knalpot racing.
"Lo dingin nggak?" Tanya Bastian.
"Eh, e...enggak kok! Gue nggak dingin!" Kilah Tasya.
Bastian mematikan mesin motornya sesaat, kemudian Bastian turun dari atas motor. Pemuda itu melepaskan jaket kulit miliknya yang tebal dan memakaikan jaket itu pada Tasya.
Deg, deg, deg,
Tasya berusaha keras menahan kedutan senyuman yang ingin terbit di wajahnya karena perlakuan Bastian yang bisa dibilang cukup romantis dan pengertian.
"Kalo dingin bilang aja kali, nggak usah sungkan gitu sama gue! Kayak sama siapa aja lo Sya!" Ujar Bastian lembut diiringi tawa kecil.
Setelah selesai memasangkan jaket pada Tasya, Bastian kembali naik ke atas motor. Sialan! Tasya ingin sekali berteriak saking senangnya gadis itu.
Kenapa? Tentu saja karena Bastian itu adalah orang yang Tasya sukai. Sejak kapan? Dari SMP tentunya, sejak kelas 8. Tasya ingat betul bagaimana dia bertemu dengan Bastian pada saat itu.
Semua momen kebersamaan antara dia dan Bastian tidak akan pernah Tasya lupakan. Kenangan itu akan terus Tasya biarkan melekat pada memorinya.
Srettt,
Bastian menggapai tangan Tasya dan meletakkan tangan gadis itu didepan perutnya. Bastian usap halus tangan Tasya agar tidak merasakan kedinginan pada kedua tangannya.
"Pegangan yang kenceng Sya! Gue bakalan ngebut!" Titah Bastian sedikit tertawa.
Dengan senang hati Tasya mengeratkan pelukannya pada pinggang Bastian yang terasa hangat. Tasya sandarkan kepalanya pada punggung kokoh Bastian.
Brummm!
Motor dilajukan dengan kecepatan standar oleh Bastian, motornya membelah jalanan ibu kota pada malam hari. Aspal yang basah dan langit berbintang seakan jadi saksi bisu betapa hati Tasya sangat menginginkan Bastian meski tanpa pernah mengucapkannya.
'gue bakalan tetep nyimpen perasaan ini buat lo Bas! Kalaupun nanti takdir berkata lain dan kita pada akhirnya nggak bisa bersama, gue bakalan simpen semua tentang lo jauh di lubuk hati gue yang paling dalam. I love you Bastian Jeandra!' batin Tasya tersenyum dengan kepalanya dia sandarkan pada punggung Bastian.
.
.
.
Prang!
"Arghhhh! Sialan!"
Semua barang di dalam kamar itu berantakan, pecahan kaca berserakan dilantai. Pria bertudung hitam itu melemparkan barang-barang dengan sembarang ke segala arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Change
Teen FictionAlicia gadis yang manja dan sudah menggantungkan seluruh kehidupannya pada Zeno sang kekasih, pada akhirnya harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Saat Alicia tau bahwa alasan dibalik berubahnya sikap Zeno karena mencintai gadis lain. Sakit...