Hal

1.3K 157 37
                                    

Tiga hari setelah kematian Yori, gadis itu menjadi lebih murung dari sebelumnya. Freya Nashifa, gadis yang dulunya ceria dan penuh tawa-kini telah berubah 180 derajat. Tidak ada lagi si ceria dan si penuh tawa dengan senyuman semanis caramel itu. Sosok itu seakan telah hilang dengan digantikan oleh sosok Freya yang sekarang ini. Sosok yang kosong, bingung dan sedikit berbicara-seolah mulutnya terkunci setelah mengetahui fakta bahwa Yori telah tiada dan pergi untuk selama-lamanya dari hidupnya.

Freya duduk termenung di atas ranjang, matanya menatap kosong ke arah sebuah meja yang terdapat bingkai foto dirinya bersama dengan Yori sebelum berpisah waktu SMP.

Foto terakhir kali mereka bersama dalam satu momen itu terletak apik di atas meja dengan bingkai yang dihiasi oleh bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto terakhir kali mereka bersama dalam satu momen itu terletak apik di atas meja dengan bingkai yang dihiasi oleh bunga.

Freya meneteskan air mata, menyadari bahwa semua momen itu tidak akan pernah bisa ia ulang. Semua mimpi-mimpinya bersama Yori telah musnah, hilang bersamaan dengan perginya sahabatnya itu.

Freya beranjak, sedikit mengangkat tubuhnya untuk meraih bingkai foto itu dan memeluknya. Pelukan sangat erat yang bisa Freya lakukan.

Fiony, yang duduk sedari tadi di samping Freya, tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menatap tidak berdaya pada temannya yang tengah terluka saat ini.

Fiony tidak tahu harus berbuat apa. Ia sama sekali belum pernah berada dalam posisi seperti ini. Fiony sama sekali belum pernah memiliki seorang teman sebelumnya, jadi ia tidak bisa merasakan apa yang tengah dialami oleh Freya.

" Fio... "

Panggilan dengan suara parau terdengar. Freya memandang Fiony dengan mata sembab, bibirnya gemetar saat berusaha mengatakan kalimat selanjutnya.

Fiony mendekat, tangannya bergerak untuk memeluk Freya. " Kenapa? "

Freya menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya. Ia memeluk erat tubuh Fiony yang sedikit lebih tinggi darinya, dan membiarkan bingkai foto tadi terjatuh di atas pahanya.

Sunyi tanpa suara.

Keheningan terus berlanjut dan hanya bunyi dari detik jam selama beberapa menit terakhir yang terdengar.

Kedua gadis itu masih dalam posisi yang sama, masih saling memeluk satu sama lain tanpa bergerak.

Fiony merasakan tubuhnya mulai keju, tapi semua itu ia hiraukan demi untuk memberikan rasa nyaman bagi Freya.

" Fio... " Freya akhirnya bersuara setelah keheningan yang cukup lama. Suaranya terdengar pelan dan lembut, namun masih dapat terdengar oleh telinga Fiony.

Fiony tersenyum saat Freya menatap ke arahnya. " Ada yang mau diomongin? "

Freya kembali menunduk, dan memeluk Fiony lebih erat dari sebelumnya. " Dia nyakitin kamu nggak? " tanyanya pelan.

Terlontar pertanyaan yang cukup membingungkan bagi Fiony. " Dia " siapa yang dimaksud oleh Freya?

" Siapa? " tanya Fiony, mengelus lembut bahu Freya yang mulai bergetar.

48 GENGS [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang