Pada [R.L]

1.1K 146 31
                                    

Mereka telah berkumpul sekarang, Adel, Chika dan Ara, Kathrina, serta Ashel dan juga Indah.

Duduknya Adel di antara mereka, mengawali pertemuan ini. Chika mulai berbicara, menceritakan semua kejadian kala ia bertemu dengan Christy, Mira beserta Oniel yang sudah lama tidak muncul di permukaan semenjak kejadian besar pada waktu itu.

Chika menghela nafas sejenak, kemudian menatap mereka yang menunggunya untuk melanjutkan.

" Christy... Dia minta kita buat bersiap. " tatapan Chika kini mengarah pada Adel, yang nampak sedikit terkaget, dibuktikan dengan dia yang tiba-tiba menyilangkan tangan di dada.

" Christy minta kita buat kumpul di stasiun mati, 25 Agustus nanti. "

Mereka saling bertukar pandang terkejut, kecuali Adel yang tiba-tiba berdiri. Wajahnya menampakan raut wajah serius saat menatap Chika. " Apa yang dia mau sebenernya? Zoya atau kita, 48 Gengs? "

" Semuanya. " jawab Chika, membuat Adel menggeram kesal sampai-sampai memukul meja cukup kuat.

°°°

Seorang gadis dengan rambut sebahu nampak duduk berlutut di depan seorang gadis berambut panjang yang dikuncir kuda. Tangan kanannya bergetar saat memberikan sesuatu pada orang di depannya itu. " Selesai. Aku udah ngelakuin apa yang kalian mau. "

" Gue rasa belum. "

" Christy! " Sebuah tangan menahan gerakannya, mencegahnya untuk bangkit dari kursi. " Dia udah ngelakuin apa yang kita suruh. "

Christy menoleh, memberikan tatapan malasnya. Dengan sekali gerakan, gengaman tangan itu terlepas dari tangannya. " Jangan ngatur gue kalo lo masih mau Adel tetep hidup. "

Ancaman itu seketika membuatnya mundur tak berkutik, kembali diam tanpa bisa mencegah perbuatan kejam yang mungkin akan segera Christy pertontonkan.

Christy lantas benar-benar berdiri, tangannya dengan lembut meraih dagu gadis yang berlutut di depannya. " Gue lupa nama lo. Boleh kasih tau gue sekarang? "

Gadis itu nampak ragu, namun karena tatapan penuh perintah yang diberikan oleh Christy, akhirnya bibirnya tergerak untuk menjawab. " Giselle... "

Christy nampak tersenyum puas. " Giselle ya? "

Kecupan diberikan oleh Christy pada dahi Giselle yang penuh keringat. " Sekarang, lo pilih antara dua ini. " Christy merogoh saku celana, kemudian menunjukan dua buah barang pada gadis itu. " Dadu ini, atau ini. "

Opsi kedua adalah sebuah paku berukuran cukup besar dengan panjang kisaran 5 cm, membuat Giselle tidak dapat lagi membuat pilihan selain memilih dadu.

Bola mata Giselle bergerak ke arah dadu. Christy tersenyum kemudian memberikan dadu itu padanya.

" Tiap-tiap dari setiap nomor punya maksud masing-masing. Semoga beruntung. " ucap Christy, kemudian kembali duduk di kursi tempatnya tadi.

Mereka yang berdiri di belakang Christy, saling bertukar pandang, bertanya-tanya akan apa maksud dari dadu itu.

" Lempar! " titah Christy seraya menyilangkan kaki.

Di lemparnya dadu itu ke lantai oleh Giselle. Dadu itu berputar beberapa detik, sampai kemudian benar-benar terhenti dan menunjukan angka 4 di atasnya.

" Dapet empat, ya? " Christy lantas menoleh ke belakang, sebelum kembali menatap Giselle, yang bertanya-tanya akan apa maksud dari angka empat pada dadu itu.

" Sayang banget, kalau udah takdir emang nggak bisa di ubah, ya? " Christy menyeringai, lalu sedikit membungkuk untuk mengambil dadu itu dan menyimpannya kembali.

48 GENGS [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang