“Om kenal sama abang-abangnya Gisa?” Tanya Hugo saat melihat Seungcheol yang tersenyum sangat lebar sembari menyapa Mingyu.
“Kenal lah, Hugo. Mereka ini siswanya Om.” Seungcheol menunjuk Mingyu, Soonyoung dan Dokyeom. “Ngomong-ngomong Gisa siapa?”
Hugo menunjuk Seungkwan yang terlihat bingung. “Itu Gisa.”
Seungcheol ber oh ria, lalu melihat Jeonghan sambil tersenyum sangat lebar. Akhirnya dia dapat melihat wajah yang sangat dirindukannya itu. Mata Seungcheol melekat kepada Jeonghan yang menatapnya datar. Senyumnya tak kunjung padam hingga rasanya Hugo pegal melihatnya.
“Bapak ngapain kesini?” tanya Mingyu sengit masih menutupi setengah tubuh Jeonghan dengan badannya yang besar dan tinggi itu.
“Mau jemput Hugo lah! Rumah kamu disini rupanya, Teo.” Seungcheol lagi-lagi tersenyum kepada Jeonghan yang menyungging senyum kecil yang terlihat terpaksa.
Ah, rasanya baru saja ada anak panah tak kasat mata yang mengenai dada Seungcheol.
“Namanya saya Mateo Mingyu, Pak. Bukan Teo.” Sungut Mingyu masih kesal dengan panggilan Seungcheol kepadanya.
Ingat, hanya Jeonghan saja yang boleh memanggilnya dengan nama Teo. Yang lainnya tidak bisa, apalagi Seungcheol. Mingyu masih memiliki rasa kesal karena Seungcheol kekeuh mengatakan ia mencuri uang Bu Ani. Meskipun masalahnya sudah selesai karena Seungcheol juga mengatakan bahwa tak ada bukti langsung Mingyu yang mengambil uang tersebut.
Tetapi Seungcheol pasti membelanya dia akhir karena ingin caper kepada abangnya.
“Lah Bapak datang kemari kagak bawa makanan gitu?” Soonyoung memasukkan tangannya ke dalam baju dan menggaruk perutnya. Mengakibatkan kaosnya terangkat menunjukkan perutnya yang berbentuk kotak-kotak itu.
Seketika Seungcheol seperti tersadar, “Oh iya! Bapak lupa, maaf ya. Lain kali Bapak bawa makanan. Kamu suka apa?”
Mata Seungcheol mengarah kepada Soonyoung akan tetapi kemudian berpindah dengan cepat kepada Jeonghan. Membuat Mingyu semakin merengut.
“Lain kali?” Mingyu bertanya dengan alis terangkat, “Bapak ngapain datang kesini lagi?”
“Martabak deh Pak!” seru Soonyoung semangat mengabaikan protes Mingyu.
“Saya boleh dibawain juga nggak Pak?” tanya Seungkwan sedikit mengerti mengenai apa yang terjadi.
“Boleh dong!” Seungcheol tersenyum dengan cerah kepada Seungkwan yang memiliki rencana.
“Pizza deh pak buat saya. Yang satu meter tapi.” Ujar Seungkwan sambil tersenyum lebar.
Pasti Seungcheol akan menyerah akan permintaan ini. Jeonghan menatap Seungkwan dengan pandangan memperingati.
“Waduh mantap juga, Dek!” Soonyoung merangkul pundak Seungkwan yang tersenyum dengan bangga.
“Oke!” berbanding terbalik dengan yang di harapkan, Seungcheol menyanggupi permintaan itu tanpa beban. “Ada lagi?”
Dokyeom tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam sambil melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Ia menatap Soonyoung yang terdiam bersama Seungkwan yang melongo.
Salah sekali hanya meminta pizza kepada seorang Seungcheol.
“Nggak ada! Udah bapak pulang aja sana!” seru Mingyu kesal.
Hugo menatap wajah Seungcheol dalam diam, kemudian membuka mulutnya, “Om kapan kita perginya?”
Seungcheol benar-benar melupakan apa tujuannya datang kemari. Yaitu menjemput Hugo yang diberitahukan Bibinya sedang bermain di rumah temannya. Ya, salah siapa rumah itu ternyata adalah rumah Jeonghan sang pujaan hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/351214446-288-k566868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You! [CheolHan]
FanfictionHidup lagi capek-capeknya, tapi Jeonghan malah harus jadi orang tua dadakan untuk empat adiknya. "Ya dikuat-kuatin ajalah, kalau gak kuat, ya tetap dikuat-kuatin." -Jeonghan yang tiap hari bingung mau nangisin yang mana dulu. •Seungcheol x Jeongh...