"Iya, Ma. Mas ngerti."
Seungcheol mematikan ponselnya setelah menerima panggilan dari sang ibu yang menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah. Pria berusia tiga puluhan itu menghela nafas kemudian kembali ke dalam kantor guru.
Dia duduk di kursinya dengan meja kosong tanpa buku. Tidak seperti meja guru-guru lain yang sangat penuh dengan berbagai buku dan juga kertas-kertas ujian. Meja Seungcheol hanya berisi tumblr minum dan roti melon satu kotak.
Pria itu kembali menghela nafas lalu menatap siswa di depannya. Siswa yang cukup berprestasi dalam pelajaran dan selama dua bulan terakhir Seungcheol mengajar di sekolah ini, dia tak pernah mendapati siswa ini membuat masalah.
"Mateo Mingyu." Seungcheol memasang wajah tegas yang mengintimidasi, menatap mata Mingyu yang berdiri di hadapannya, "Berapa kali lagi saya harus bilang, suruh orang tua kamu buat datang ke sekolah. Saya perlu bicara sama mereka."
"Saya tidak punya orang tua, Pak." Mingyu menjawab tegas.
"Wali. Atau siapapun orang dewasa yang tinggal bareng kamu." Seungcheol kembali berbicara dengan nada paling tenang yang ia miliki.
Tidak ada jawaban dari Mingyu, bola mata anak itu terlihat tidak fokus. Namun pada akhirnya dia tetap tak ingin membawa walinya ke sekolah.
Alis Seungcheol terangkat, "Baik. Jika kamu tidak mau bekerja sama, saya akan mendatangi rumah kamu langsung."
Bola mata Mingyu membulat, "Jangan pak! Saya memang tidak punya orang tua, mereka sudah cerai, Pak!"
"Saudara?" Tanya Seungcheol lagi dalam balutan baju kaos dan celana trainingnya, khas guru olahraga.
"Saya punya abang, tapi masih sekolah juga, Pak." Mingyu terlihat lesu.
Seungcheol menatap tajam ke arah Mingyu, membuat anak itu mengalihkan pandangannya agar tak membuat kontak mata dengannya. Di intimidasi seperti itu membuat Mingyu tidak nyaman dan tiba-tiba ia merasa kesal dan marah.
"Saya nggak ada mencuri, Pak! Saya bersumpah, saya nggak pernah masuk kantor guru dan pegang tas Bu Ani!"
"Tapi kamu kan yamg yang bawa tas Bu Ani dari kelas?" Selidik Seungcheol.
"Itu benar, Pak. Karena Bu Ani yang minta tolong, tapi saya berani sumpah, Pak, saya nggak ada curi apapun dari dalam tas ibu itu!"
"Kamu tidak punya bukti Mingyu dan dalam kasus ini, kamu itu tersangka utama. Bu Ani udah ikhlas uangnya hilang, tapi kamu tetap harus dapat hukuman dan wali kamu harus datang ke sekolah. Saya perlu ngomongin masalah ini sama wali kamu." Tegas Seungcheol, "Kalau kamu tidak mau juga bawa wali kamu ke sekolah, saya yang temui langsung."
Mendengar itu, Mingyu kembali panik. Dia tidak ingin Jeonghan terlibat dari masalah ini. Sudah cukup abangnya itu berkutat dengan urusan ekonomi mereka, di tambah Jeonghan jugs sedang pusing mengerjakan skripsinya. Jika sampai ia mendengar masalah ini juga, apa yang akan terjadi padanya?
Mingyu tak ingin menambah beban sang abang. Jadi selama satu minggu ini ia tak mengatakan apa-apa mengenai hal ini kepada abangnya. Tak perduli berapa banyak kecaman dan sindiran yang ia terima dari guru-guru dan beberapa temannya, Mingyu tetap bersikeras tidak akan membawa abangnya itu ke sekolah.
"Tapi orang tua saya udah pindah ke luar kota, Pak. Saya saja tidak tahu dimana mereka sekarang." Ujar Mingyu.
"Siapa nama abang kamu?" Seungcheol mengalihkan pembicaraan mengenai orang tua Mingyu.
"Hosea, Pak." Jawab Mingyu singkat.
"Kelas?"
"Dua belas IPS 3, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You! [CheolHan]
FanficHidup lagi capek-capeknya, tapi Jeonghan malah harus jadi orang tua dadakan untuk empat adiknya. "Ya dikuat-kuatin ajalah, kalau gak kuat, ya tetap dikuat-kuatin." -Jeonghan yang tiap hari bingung mau nangisin yang mana dulu. •Seungcheol x Jeongh...