11. tantangan

893 176 43
                                    

Bicara soal skripsi, Jeonghan benar-benar sudah muak. Dia menatap laptop di depannya dengan kepala yang terasa hampir pecah. Dia terjebak di bab kedua yang berisi landasan-landasan teori yang akan menjadi pondasi dari skripsinya itu.

Revisi yang diberikan oleh dosen pembimbingnya sangat banyak hingga mematahkan harapan Jeonghan untuk dapat mengikuti seminar proposal periode bulan ini. Pemuda itu merasa matanya panas dan punggungnya pegal. Jeonghan meregangkan tubuhnya yang kaku. Matanya menerawang sebentar kemudian membuka kacamata yang bertengger di hidungnya dan mengucek matanya yang terasa berat.

"Abang?"

Jeonghan mengalihkan pandangannya kepada Dokyeom yang muncul di pintu kamar.

"Kenapa, Dika?"

Dokyeom datang dengan Jersey bola berwarna biru gelap dan celana pendek selutut. Kakinya yang nampak berotot itu melangkah perlahan menuju Jeonghan. Anak itu duduk di samping Jeonghan sambil menatap abangnya itu dengan mata berbinar-binar.

Melihat hal itu, Jeonghan tersenyum, "Kenapa sih~?"

Dokyeom tersenyum sampai matanya tinggal satu garis, gigi rapinya berbaris membuat hati menghangat.

"Jadii, minggu depan kan bang. Aku ada penampilan padus di balai kota. Sebenarnya bukan aku aja sih, intinya tim padus sekolah kita. Terus abis itu, aku juga ikut lomba baseball. Abang nonton yaa!" Seru Dokyeom sembari memegang tangan Jeonghan penuh harap.

"Banyak amat kegiatan kamu, Dika. Apa nggak capek kamu?" Tanya Jeonghan sambil tersenyum.

"Enggak dong!" Dokyeom kembali menatap Jeonghan dengan antusias, "Katanya kalau kita menang bakal ada hadiah uang bang! Kan lumayan banget tuh!"

"Iyaa, biar bisa nambahin uang tabungan kamu."

"Bukan, tapi buat--" ucapan Dokyeom terhenti, "Ada deh! Pokoknya abang harus datang buat liat aku ya!"

"Iya, Dika," kata Jeonghan menyanggupi permintaan adiknya itu.

Dokyeom berteriak senang, ia memeluk Jeonghan erat dan mengecup pipi sang Abang cepat sebelum akhirnya berlalu dari dalam kamar itu.

Meninggalkan Jeonghan dalam kamar yang kembali menatap layar laptopnya malas. Dia mencoba fokus ke depan layar berisi banyak tulisan yang membuat kepalanya pusing. Jeonghan memaksakan dirinya untuk fokus, sampai notifikasi aplikasi berwarna hijau muncul si layar laptopnya.

Itu Joshua.

Han, hari Senin aku sempro. Bawain Hermes yaa wkwkwk

Jeonghan tak dapat menjelaskannya. Tapi ada sudut hatinya yang terasa tidak nyaman saat melihat pesan itu. Joshua sudah sempro, sementara dirinya masih berkutat dengan Bab 2 nya yang tak kunjung selesai dan selalu mendapatkan revisi. Jeonghan merasa kepalanya menjadi tambah pusing dan berat sampai rasanya ia hendak muntah.

Tanpa membalas pesan Joshua, Jeonghan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Seungkwan yang tengah bermain game bersama Hugo di ruang tengah, terlihat kaget saat melihat abangnya itu berlari cepat. Dan mendengar suara muntah dalam ruangan kecil itu, membuat Seungkwan meletakkan ponselnya begitu saja.

Anak itu berdiri dari tempatnya duduk dan dengan cepat berlari ke arah kamar mandi. Membuat Hugo terlihat bingung dan mengikuti Seungkwan dari belakang.

"Abang?!" Teriak Seungkwan saat melihat Jeonghan keluar dari dalam kamar mandi sembari menyeka mulutnya.

"Kenapa, Isa?" Tanya Jeonghan bingung.

"Abang kenapa? Sakit lagi?" Nada bicara Seungkwan terdengar sangat khawatir dan cemas. Kedua alisnya merengut dengan sorot mata yang hampir menangis.

Hugo juga berdiri di belakang Seungkwan. Dia pun melihat Jeonghan dengan tatapan ingin tahu.

It's You! [CheolHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang