08: keluarga

1.1K 183 29
                                    

"Abang aku sakit, jadi nggak bisa main lama-lama." Seungkwan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Hugo menatap Seungkwan yang sibuk membereskan barang-barangnya dengan terburu-buru. Dia hanya berdiri di sana saat Seungkwan melambaikan tangan padanya.

Anak laki-laki itu berjalan di belakang Seungkwan yang berlari kecil menuju sebuah sepeda motor dengan bentuk memperihatinkan. Dia berdiri mematung ketika Seungkwan sudah menghilang dari pandangannya. Lama matanya terpaku pada tempat dimana Seungkwan menghilang, hingga akhirnya ia menoleh karena seseorang menepuk pundaknya.

"Hai, Hugo." Sapa seorang anak perempuan padanya, "Kamu kenal aku nggak?"

Hugo tak menjawab, ia kembali memalingkan wajahnya ke arah jalan depan sekolah sebelum akhirnya berjalan menuju parkiran sekolah.

Sang perempuan yang menyapanya melongo, sebelum berlari menyusul Hugo.

"Hei! Kok di tinggal sih?!" Anak itu merentangkan kedua tangannya untuk menghadang Hugo yang telah duduk apik siap mengendarai motornya.

"Minggir," suruh Hugo sambil menyalakan mesin.

"Aku nebeng dong!" Anak itu berseru, "Kamu nggak bareng Gisa, kan? Jadi aku boleh neb--"

Ucapan anak itu terhenti saat Hugo dengan lihai mengendarai motornya dan melewatinya.

"Ihh Hugo!"

***

"Mana yang sakit, Bang?" Dokyeom menatap iba kepada Jeonghan yang berbaring di atas kasur dengan pandangan lemah.

"Abang cuma demam, Dika." Ujar Jeonghan sembari tersenyum sayu, "Udah, kamu bantuin Teo sana."

Raut wajah Dokyeom terlihat sangat khawatir. Masalahnya sudah dua hari dan demam Jeonghan tak kunjung turun. Sudah ia berikan tablet penurun panas, kompres kening abangnya itu sampai ia bahkan tak tertidur tapi tidak ada perubahan sama sekali. Dokyeom menjadi sangat cemas sekarang.

"Abang tahan sakitnya, ya?" Dokyeom berkata sambil menggenggam tangan Jeonghan yang terasa panas. Wajah pemuda itu terlihat merengut sedih, mungkin sebentar lagi akan menangis.

"Iyaa," sebuah senyuman terbentuk di bibir pucat Jeonghan, "Gapapa kamu pergi makan dulu terus bantuin Teo nyuci bajunya ya."

Dokyeom mengangguk dengan lemah. Ia beranjak setelah memperbaiki selimut Jeonghan dan meninggalkan sang abang di dalam kamar sendirian.

Jeonghan meletakkan tangannya di atas matanya. Tubuhnya terasa sangat lemah sekarang, kepalanya seperti di pukuli tanpa ampun, tubuhnya terasa sangat kedinginan tetapi ia berkeringat, mulutnya terasa pahit dan ia tak dapat memakan lebih dari tiga sendok nasi karena mual.

Kondisinya yang seperti ini sangatlah menyedihkan dan membuat Jeonghan frustasi. Benar ini hanya demam, akan tetapi ini sangat menyiksa. Jeonghan pikir demamnya akan segera turun ketika ia sudah beristirahat. Tetapi ternyata tidak ada perubahan setelah dua hari.

Dia sudah dua hari tidak masuk kerja dan progres skripsinya terhenti. Benar-benar banyak yang Jeonghan pikirkan bahkan ketika dirinya sakit seperti ini.

Jeonghan memejamkan matanya yang terasa panas juga. Berharap dengan tidur, ia akan merasa lebih baik saat terbangun nanti.

Setelah Jeonghan tertidur, Seungkwan memasuki kamar sang Abang dengan perlahan, takut membangunkan Jeonghan yang baru tertidur tidak lebih dari lima menit itu.

Anak itu meletakkan tangannya ke atas kening Jeonghan yang basah oleh keringat dan menggigit bibirnya saat suhunya masih sama panasnya. Dia meraih kain kecil di atas meja dan menyeka kening Jeonghan yang basah oleh keringat.

It's You! [CheolHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang