12. lika-liku hidup

888 161 63
                                    

"Aku nggak mau minta maaf!"

Jeonghan memijat pelipisnya saat melihat dua adiknya yang babak belur di depannya. "Iya terus aja. Nggak usah maaf-maafan, abang nggak peduli lagi."

Mendengar itu, Soonyoung menggeleng cepat . "Nggak boleh, Abang jangan marah."

Jeonghan menghela nafas, "Gimana abang nggak marah kalau kalian berantem kayak gini? Abang cape Sea, banyak yang harus abang pikirin. Kenapa lagi kalian berantem?"

Soonyoung terdiam sementara Mingyu tidak mengatakan apapun. Dia hanya diam tak membela diri ataupun membalas setiap perkataan Jeonghan. Dia diam disana, jujur saja hatinya masih keras. Dia juga tidak peduli.

Sesuatu dalam hati Mingyu membantah bahwa ia yang harus minta maaf. Dia merasa dirinya pantas untuk marah dan merajuk kepada Jeonghan karena abangnya itu terang-terangan membela Seungcheol. Perasaan marahnya beralasan dan lagi, sebenarnya Mingyu merasa sedih dan sakit hati saat Jeonghan memarahinya di depan Seungcheol.

Dia hanya ingin mendiamkan Jeonghan untuk beberapa waktu, tetapi Soonyoung malah mengatakan hal seperti itu padanya. Mingyu memainkan jari-jarinya. Dia tak pernah masalah dengan pembagian tugas di rumah yang sebagian besar dikerjakan olehnya, namun ketika Soonyoung memarahi dirinya, Mingyu melakukan pembelaan diri. Mengungkit bahwa Soonyoung sangat jarang melakukan pekerjaan rumah apapun.

Tanpa Mingyu sadari, Jeonghan memperhatikan gerakan Mingyu. Lalu helaan nafas kembali terdengar.

Saat ini Jeonghan bersama dengan Mingyu dan Soonyoung berada di dalam kamar milik Jeonghan. Sang abang duduk di atas kasur, sementara Mingyu dan Soonyoung berdiri di hadapannya.

Kedua mata Jeonghan menatap menyelidik kepada kedua adiknya yang jauh lebih besar darinya itu. Mengeluarkan aura intimidasi yang jelas ia miliki sebagai saudara yang paling tua.

"Coba jelasin sama abang kenapa kalian berantem, Sea," suruh Jeonghan dengan pandangan dingin.

Soonyoung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Jeonghan, wajah anak itu tampak cemas dan khawatir. Namun ia tetap membuka mulutnya, "Sebenarnya aku yang ajak berantem, Bang. Aku marah soalnya Igu diemin abang..."

"Kamu bilang apa sama Teo?" Tanya Jeonghan dengan alis terangkat.

Soonyoung memainkan jari-jarinya dengan gugup, wajahnya terlihat kaku dan memandang takut-takut kepada Jeonghan.

"Aku bilang, Igu punya apa buat diemin abang--"

"Dia bilang aku sok jago!" Sela Mingyu dengan bibir cemberut.

"Abang ada nanya kamu, Teo?" Kedua mata Jeonghan menatap datar kepada Mingyu yang langsung menurunkan pandangannya.

Melihat Mingyu yang menunduk, Jeonghan kembali mengalihkan pandangannya kepada Soonyoung yang juga buru-buru menunduk. "Terus kamu emangnya udah punya apa bisa marah ke Teo kayak gitu, Sea?"

Tenggorokan Soonyoung terasa kering. Kedua tangannya saling meremat di depan tubuhnya dan ia sama sekali tak menemukan jawaban untuk pertanyaan Jeonghan.

"Ayo dijawab. Kamu kan jagoan."

Mingyu yang mendengar hal itu entah mengapa merasakan sedikit kelegaan dalam hatinya. Tetapi melihat Soonyoung yang terpojok membuat pemuda itu juga merasakan ketakutan yang sama.

"Kamu udah kelas berapa, Sea?" Tanya Jeonghan lagi, masih dengan nada yang terkesan dengan datar.

"Kelas 12, Abang..." Cicit Soonyoung pelan dengan mata yang terasa panas.

"Oke kelas 12. Kalau ada pertanyaan harusnya dijawab dong. Masa anak kelas 12 nggak bisa jawab pertanyaan itu?" Jeonghan kembali menatap Soonyoung yang menunduk, "Abang tanya kamu udah punya apa?"

It's You! [CheolHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang