Seungcheol memarkirkan motor besarnya di depan bangunan rumah berwarna putih tersebut. Dengan segera pria berusia lebih dari tiga puluh tahun itu berjalan setengah berlari ke arah rumahnya dan segera membuka pintunya.
"Mama!" Panggilnya begitu pintu terbuka.
Pria yang masih mengenakan kaos putihnya itu memilih pulang ke rumahnya daripada kembali ke sekolah. Sepertinya Seungcheol lupa bahwa dia sedang merajuk sekarang.
"Mas?" Seorang wanita berpenampilan lembut muncul dari arah dapur.
Melihat sang ibu muncul, Seungcheol berjalan cepat ke arah ibunya itu dan segera memeluknya lalu mengecup pipi wanita yang melahirkan dirinya itu.
"Udah nggak ngambek lagi kamu?" Tanya sang ibu sambil terkekeh lembut.
"Mana ada aku ngambek." Seungcheol membawa ibunya untuk duduk di sofa ruang keluarga mereka.
Ruangan lembut berwarna cream dengan satu set sofa lembut bernuansa sama. Memiliki luas sekitar 8×9 meter, marmer putih sebagai lantainya dan beberapa furniture yang memperlihatkan kesan luas dan hangat.
"Ya itu, tiba-tiba ngga pulang ke rumah. Di telepon jawabnya cuek banget, apa lagi namanya kalau ngga ngambek, Mas."
Seungcheol mengalihkan pandangannya sebentar karena merasa malu. Lalu ia kembali menatap sang ibu, "Ya habisnya, gitu deh!"
"Mama, gimana sama rencana aku? Aku boleh nikah, kan?" Tanya Seungcheol antusias. Sangat berbeda dengan image nya di sekolah maupun di perusahaan.
Kini Seungcheol lebih terlihat seperti bocah laki-laki yang ingin membeli mainan dan merengek kepada ibunya.
"Kok tiba-tiba, Mas? Kamu udah ada calon?" Ibu Seungcheol kebingungan.
"Adalah Ma! Makanya aku bilang mau nikah, ngga mungkin aku nikah sendiri," Seungcheol mengerucutkan bibirnya, "Tapi, dia cowok, Ma."
Sang ibu tersenyum, "Ya ngga apa-apa kalau Mas cintanya sama dia. Tapi dia udah setuju? Setau Mama kamu kan ngga pernah pacaran?"
Seungcheol terdiam sebentar, kemudian melanjutkan, "Itu dia, Ma. Sebenarnya aku belum lamar."
Kedua alis ibu Seungcheol terlihat mendekat satu sama lain, "Terus kok Mas bilang mau nikah padahal belum ada niatan ngelamar? Jangan ambil keputusan sepihak ya Mas, ngga baik."
"Engga, Ma. Sebenarnya..." Seungcheol terlihat ragu untuk melanjutkan, namun pada akhirnya dia mengatakan niatnya langsung, "Aku aja belum ada hubungan sama dia, tapi Mas suka banget sama dia Ma. Mas pengen nikah sama dia aja, beneran. Kalau sama dia, besok pun Mas setuju langsung nikah, Ma."
Lagi-lagi sang ibu tersenyum mendengar penuturan anaknya itu, "Ya itu kan kamu, orang Mas yang suka. Ya pasti bakal setuju lah. Tapi calonnya mau ngga sama kamu? Itu juga penting. Nikah itu terjadi kalau dua-duanya setuju dan siap mau nikah, Mas. Bukan salah satunya aja, itu namanya kamu maksa dan itu ngga baik. Mama ngga pernah ya, didik Mas jadi orang pemaksa."
"Ma," Seungcheol menarik tangan ibunya, "Aku juga ngerti, Ma. Aku cuma mau ngasih tau Mama, kalau misalnya aku narik ucapan aku yang bilang ngga mau nikah. Soal Jeonghan, aku juga ngga akan maksa dia buat nikah sama aku. Aku bakal bikin dia juga suka dan cinta sama aku."
Melihat tekad bulat yang ditunjukkan anaknya, Ibu Seungcheol mengangkat tangannya untuk mengelus kepalanya, "Namanya Jeonghan, ya?"
Seungcheol mengangguk di bawah tangan ibunya.
"Iya, Mas. Tapi ingat jangan maksa dan jangan gunain uang buat narik dia biar suka sama kamu. Jeonghan harus suka sama diri kamu, bukan uang kamu." Senyuman lembut itu kembali merekah, "Dekatin secara normal dan perlahan aja, jangan juga kamu bikin dia ngga nyaman sama kamu, oke Mas?"
![](https://img.wattpad.com/cover/351214446-288-k566868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You! [CheolHan]
ФанфикHidup lagi capek-capeknya, tapi Jeonghan malah harus jadi orang tua dadakan untuk empat adiknya. "Ya dikuat-kuatin ajalah, kalau gak kuat, ya tetap dikuat-kuatin." -Jeonghan yang tiap hari bingung mau nangisin yang mana dulu. •Seungcheol x Jeongh...